TIGA PULUH EMPAT

1.5K 111 4
                                    

Hari kedua jumpa karya penggalang dilaksanakan. Alora sudah bangun sejak pukul 5 pagi tadi. Hari ini akan ada dua kegiatan untuk peserta jumpa karya, yaitu LKBB dan gladian pemimpin regu. Malamnya akan ada kegiatan bivouac dan pentas seni. Artinya, seharian ini Alora akan berada di aula untuk mempersiapkan pentas seni nanti malam.

Meski bukan penanggung jawab di pensi malam ini, tapi Alora dan tim koordinator pensi wajib mengecek setiap perlengkapan yang dibutuhkan seperti sound system, audio mixer, alat musik, dan sebagainya.

Kemarin Adit sudah mencatat tampilan apa saja yang ada di malam ini. Karena malam pensi ini juga berbarengan dengan kegiatan bivouac, maka yang mengikuti pensi adalah perwakilan anggota regu yang tidak mengikuti bivouac.

Ada 10 tampilan malam ini. Melihat list tampilan dari Adit tadi saja sudah membuat Alora bersemangat menyaksikan pentas seni malam ini.

“Ra, abis sarapan nanti langsung ke aula ya,” ucap Revan memberi tahu. Sebagai ketua koordinator pensi, cowok itu pasti jauh lebih sibuk daripada Alora.

Alora mengangguk. “Oke, Kak.”

“Bilangin ke Dewi juga ya. Adit sama Ari udah di aula dari tadi.”

“Oke, Kak.”

“Makasih ya, Ra.” Revan tersenyum sekilas sebelum melangkah meninggalkan Alora.

Alora masuk ke ruang panitia untuk sarapan di sana. Sudah ada beberapa orang yang sarapan. Peserta jumpa karya juga sedang sarapan di tenda mereka masing-masing. Silvi dan Alfa sudah mengatur agar acara jumpa karya ini tidak terlalu melelahkan sehingga mereka bisa menyerap semua ilmu dan pengalaman yang diberikan di sini dengan baik.

Alora mengambil piring dan makanannya lalu duduk di pojok ruangan. Sejak dulu tempat favoritnya memang di pojok. Lebih tenang dan nyaman.

Bola mata Alora bergerak mencari seseorang di ruangan itu. Orang yang kemarin bisa membuat Alora menumpahkan segala keresahannya dengan jujur. Orang itu juga meminjamkan pundaknya untuk Alora bersandar sampai gadis itu ketiduran.

Flashback on

Bryan menepuk-nepuk pipi Alora, membangunkan gadis itu yang terlelap di bahunya. “Ra, bangun, Ra.”

Alora bergerak kecil kemudian mengusap matanya, mencoba mengumpulkan kesadaran. Gadis itu mengerjap-ngerjap beberapa saat. “Gue ketiduran ya?”

Bryan tersenyum geli. Muka bantal Alora sangat menggemaskan. Cowok itu tak bisa menahan diri untuk meraih ponsel dan mengambil foto Alora yang masih setengah sadar.

Alora membelalakkan matanya melihat apa yang dilakukan Bryan. “Bryan lo ngapain ish?!” omelnya.

Bryan terkekeh. Ia menunjukkan layar ponselnya pada Alora. Foto gadis itu sedang mengusap mata dengan bibir mencuat kecil. “Lucu deh.”

Alora ingin sekali memukul Bryan yang melakukan hal itu tanpa rasa bersalah. Tapi debaran jantungnya membuat gadis itu mengurungkan niat. Bryan sudah mengatakan pujian itu berkali-kali untuknya dan efeknya masih tetap sama. Alora masih terlalu lemah untuk kebal dengan pujian cowok itu.

Bryan menyimpan ponselnya ke saku celana. Cowok itu maju, memperbaiki jaket di tubuh Alora. “Ayo gue anter lo ke tenda panitia cewek.” Bryan menarik lengan Alora lembut, menuntun gadis itu ke tenda panitia cewek.

Flasback off

Alora tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Sebenarnya ia malu jika mengingat ia ketiduran di pundak Bryan. Tapi entah kenapa hatinya malah menghangat ketika mengingat tiap detik kejadian kemarin malam bersama cowok itu.

Cowok itu selalu memberi memori yang menyenangkan untuk diingat oleh Alora.

****

Alora mengatur suara mikrofon yang digunakan untuk MC malam nanti. Di pensi pertama ini, yang menjadi MC adalah Adit dan Dewi. Keduanya sudah berlatih di panggung sejak tadi dengan Revan yang mengawasi keduanya.

Ari pergi ke pos LKBB ingin melihat anak-anak berlatih baris berbaris di sana. Tadinya Alora juga ingin ke sana. Tapi melihat ada gitar-gitar yang akan dipakai untuk pentas seni nanti, gadis itu jadi tergelitik untuk memainkannya. Mumpung tidak banyak orang yang melihat.

Jadilah Alora duduk di sudut aula dengan gitar di pangkuannya. Jemarinya bergerak memetik senar-senar gitar, melantunkan sebuah lagu.

Dengarkanlah suara hati ini

Suara hati yang ingin kudendangkan

Tak mampu untukku sampaikan

Kan ku ungkapkan lewat laguku

Berawal dari perkemahan ini

Rasa itu pun hadir di hatiku

Menghiasi relung sukmaku

Cinta bersemi di bumi perkemahan

Oh mungkinkah rasa cinta ini akan abadi untuk selamanya

Rasa ini semakin membelenggu

Cinta lokasi di bumi perkemahan

Akankah cintaku sebatas patok tenda

Tenda terbongkar sayonara cinta

Akankah cintaku sebatas patok tenda

Tenda terbongkar sayonara cinta

Alora tidak menyanyi dengan suara besar. Ia hanya melantunkan melodi melalui permainan gitarnya dan bergumam kecil. Gadis itu tidak berani mengeluarkan suara. Alora terlalu malu bahkan untuk bernyanyi dengan suara yang kecil di tempat ini.

Mata Alora mengarah ke Adit dan Dewi yang masih berada di panggung dengan Revan yang duduk di depan keduanya. Alora ingin sekali bisa tampil di depan umum seperti keduanya. Tapi entahlah. Alora merasa tak mampu dan tak layak untuk berdiri di depan orang banyak.

“Alora!”

Alora meletakkan gitar di sudut ruangan dan langsung beranjak menghampiri Revan yang memanggilnya. “Kenapa, Kak?”

“Panggilin Ari deh, Ra. Kita latihan untuk pensi puncak dulu aja deh. Mumpung ada waktu. Kemaren-kemaren kan kita gak sempet latian. Tinggal besok nih.”

Alora mengangguk. Gadis itu melangkah ke luar aula menuju lapangan tempat latihan LKBB diadakan. Alora mengedarkan pandangannya mencari Ari di tengah banyak orang di sana.

Pandangan Alora berhenti ketika menemukan Ari duduk bersebelahan dengan Bryan di tepi lapangan. Gadis itu berdeham pelan sebelum melangkah menghampiri keduanya. “Ri, dipanggil Kak Revan ke aula.”

Bryan yang tadinya fokus ke LKBB di depannya langsung menoleh ketika suara familiar itu terdengar di telinganya.

Ari mengangkat alis. “Mau ngapain emang?”

“Latian untuk pensi puncak. Koordinator kan nampil.”

“Oke.” Ari beranjak dari duduknya. Cowok itu menepuk-nepuk celananya sekilas sebelum melangkah mendahului Alora menuju aula.

Alora baru saja hendak melagkah menyusul Ari ketika tangan seseorang mencekal lengannya. “Kenapa?”

Bryan menggeleng. Cowok itu melepas pegangannya pada Alora. “Tadi gue mau ikut ke sana. Tapi enggak deh. Gue mau liat surprise dari penampilan kalian di malam puncak nanti aja.”

Alora terkekeh. “Dasar tukang kepo.”

“Wah udah berani ngeledek gue sekarang hm?”

Alora menggeleng. “Enggak. Gue cuma bercanda. Udah ah gue mau ke aula entar dicariin.” Alora berbalik meninggalkan Bryan.

“Semangat ya! Gue gak sabar denger suara merdu lo nanti,” seru Bryan. Cowok itu melepas tawanya ke udara ketika Alora berbalik lalu mencibir.

****





A.N :
Hula gimana chapter ini?:3

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang