LIMA PULUH TUJUH

1.5K 129 16
                                    

Technical meeting baru saja selesai. Panitia Cendekia Scout Championship benar-benar mengemas acara dengan detail. Semua teknis yang perlu diketahui peserta saat perlombaan nanti sudah dijelaskan dengan rinci dari awal sampai akhir.

Alora mencatat semua penjelasan yang tidak ada di juknis lomba. Gadis itu memang diberi tugas oleh Ilo untuk mencatat hal-hal yang tidak ada di juknis lomba.

Alora merapikan ranselnya. Gadis itu mengangkat wajah memandang perpustakaan yang sudah mulai sepi. Beberapa sekolah sudah beranjak pulang. Ada beberapa orang juga yang masih menghampiri ketua panitia untuk bertanya lebih lanjut.

Entah bertanya atau entah modus karena yang bertanya pada sang ketua panitia adalah cewek-cewek.

Alora sebenarnya merasa kesal sekaligus geli melihat gadis-gadis itu modus kepada Bryan. Ya kesal karena tentu saja ia tidak suka ketika ada gadis lain yang mencoba menarik perhatian Bryan Ivander. Meski belum memiliki status resmi sebagai pacar, tapi Alora rasa ia berhak-berhak saja untuk merasa kesal ataupun cemburu mengingat Bryan sudah beberapa kali menyatakan bahwa cowok itu memang menyukainya.

Di sisi lain, Alora benar-benar merasa geli melihat gadis-gadis itu modus. Mereka mengingatkan Alora pada Sella dan teman-teman perempuan lainnya di kelas yang selalu saja ada alasan untuk menghampiri Pak Pras. Dasar tukang modus.

"Gue udah nanya Pak Dedi katanya di sekolah udah jam pulang jadi kita boleh langsung pulang," ucap Ilo pada Alora, Viola, dan Geri. "Jadi kita mau langsung pulang atau mau makan dulu?"

"Makan dulu aja," jawab Geri. "Nanti baru kita nganterin Viola sama Alora pulang. Gapapa kan kalian berdua?" ucapnya pada Viola dan Alora.

Viola mengangguk setuju. "Iya gapapa, Kak. Kita makan dulu aja. Aku juga udah laper."

Alora diam sejenak. Gadis itu melirik Bryan yang masih sibuk dengan dua gadis di depannya. Sepertinya cowok itu masih sibuk.

"Gimana, Ra? Gapapa kan?"

Alora menggigit bibir bawahnya. "Hm, gapapa deh. Tapi kalian duluan aja. Nanti aku nyusul."

Viola mengernyit. "Kenapa?"

"Mau ke toilet dulu."

"Oh yaudah kita tungguin aja. Nanti biar ke depannya barengan," ucap Viola.

"Eh, gapapa duluan aja," katanya cepat. "Nanti aku susul ke depan. Kasih tau aja tempatnya di mana."

Viola baru saja akan menjawab kalimat Alora ketika Geri langsung membuka suara. "Yaudah kita tungguin di depan ya, Ra." Geri menyandang ranselnya dan melangkah ke luar perpustakaan. Viola menghela napas gusar sebelum akhirnya mengikuti langkah Geri keluar perpustakaan.

Ilo menatap Alora. "Yaudah nanti gue chat di mana kita makan. Di deket-deket sini doang kok. Kalo jauh nanti kita tungguin di parkiran."

Alora mengangguk. Gadis itu tersenyum tipis. "Makasih, Kak."

Ilo membalas senyuman Alora sebelum melangkah meninggalkan gadis itu keluar dair perpustakaan.

Alora mengangkat wajah memandang dua gadis yang tadi sibuk berbincang dengan Bryan kini sudah beranjak pergi dari aula. Gadis itu mengulum bibir, mencoba memberanikan diri menghampiri Bryan yang tengah membereskan lembaran-lembaran kertas di mejanya. Tim pramuka SMA Cendekia yang lain tengah berada di sisi lain perpustakaan. Sepertinya mereka sedang mengerjakan sesuatu.

Alora menghela napas. Gadis itu melangkah perlahan menghampiri lelaki tampan itu. "Bryan."

Bryan yang baru saja selesai merapikan kertas-kertasnya sontak mengangkat wajah. Cowok itu tersenyum lebar. "Jadi pulang bareng?"

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang