Adit mengangkat alis melihat teman sebangkunya itu melipat kedua tangan di atas meja lalu menaruh kepalanya di sana. Baru beberapa detik lalu cowok tampan itu tersenyum bahagia karena sedang chat dengan Alora.
Adit menepuk lengan Bryan sekilas. "Napa dah lo tiba-tiba diem?" Bryan hanya diam tak menjawab pertanyaan Adit.
Adit meraih ponsel di sisi lengan Bryan, ingin melihat history chatnya dengan Alora. Mungkin karena chat itu Bryan jadi diam begini.
Tawa Adit menyembur begitu saja ketika membaca history chat Bryan dengan Alora. Bryan mendelik mendegar tawa Adit. Cowok tampan itu mengangkat wajahnya, membelalak ketika melihat Adit memegang ponselnya. Bryan merebut ponselnya dengan cepat.
"Apa sih lo liat-liat HP orang gak pake izin?!"
Adit malah terbahak mendengar nada emosi Bryan. Bagaimana dia tidak tertawa melihat Bryan, cowok tampan idaman semua wanita itu dicuekin sama Alora?
Bryan mendengus kesal mendengar tawa Adit malah makin keras. "Apa lo?! Receh banget gitu aja ketawa."
Tawa Adit perlahan surut. "Dikacangin lo?"
Bryan mendegus lagi. "Gak usah diperjelas." Bryan menelan umpatan yang hampir keluar dari mulutnya. Cowok itu kembali meletakkan kepala di lipatan tangannya.
Adit terkekeh. "Gue baru liat cowok kayak lo dicuekin cewek," ucapnya. "Berarti tuh cewek emang harus lo perjuangin, Der."
Bryan mengangkat wajah ketika mendengar kalimat terakhir Adit. "Maksud lo?"
"Ya kan elo selama ini gak pernah berjuang banget untuk deketin cewek. Sama Naya aja waktu itu karena tuh cewek yang nembak lo duluan. Hih, kalo gue jadi bokap lo dah gue coret dari kartu keluarga," oceh Adit. "Masa cewek yang nembak lo duluan? Cowok macam apa tuh."
Bryan mendelik tapi di satu sisi membenarkan hal itu. Cowok itu pacaran dengan Naya -meski hanya seminggu-dulu karena Naya duluan yang menembaknya.
Bagi sebagian cowok, mungkin itu menyenangkan karena ada gadis cantik yang mau menembak duluan tanpa rasa gengsi.
Sebenarnya dulu Bryan termasuk dalam kelompok itu. Cowok itu tak pernah PDKT. Naya-lah yang lebih dahulu mengiriminya pesan. Tak lebay seperti gadis-gadis lainnya yang sampai mengiriminya coklat dan hadiah-hadiah lainnya.
Itu alasan kenapa Bryan akhirnya memutuskan untuk menerima Naya sebagai pacarnya meski hatinya belum merasakan cinta pada gadis itu. Penerimaan Bryan saat itu hanya berdasar pada sikap Naya yang berbeda dengan gadis-gadis lain yang mendekatinya.
Tapi Naya sesungguhnya tidak seperti itu. Gadis itu berbeda ketika pacaran. Lebih banyak menuntut dan lebay. Bryan tak suka hal itu dan langsung memutuskan hubungannya dengan Naya seminggu setelah pacaran.
Ya. Naya yang nembak, Bryan yang minta putus. Sungguh cowok ganteng yang kurang ajar.
"Makanya gue bilang lo emang harus berjuang lebih buat Alora biar bisa mikat hati dia," lanjut Adit. "Sekalian biar lo tau arti perjuangan sesungguhnya."
Bryan mencibir. "Berisik banget yang sering berjuang tapi gak dinotice sama doinya."
"Anjing."
Gantian, kini Bryan yang terbahak.
****
Alora merebahkan dirinya di atas ranjang. Sudah tiga hari ini dia disibukkan dengan persiapan olimpiade matematika bersama Bu Erni. Jadwal belajarnya jadi tambah menyebalkan lagi seperti dulu ketika persiapan olimpiade kimia bersama Pak Pras.
Pagi sampai sore di sekolah gadis itu tidak masuk kelas. Hanya sampai istirahat pertama saja karena setelah itu Alora diminta ke ruang guru untuk persiapan lomba. Jadilah sudah tiga hari Alora ketinggalan banyak catatan dan tugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...