Jumat.
Alora tak pernah tahu hatinya akan seindah ini ketika bertemu hari Jumat. Gadis itu sudah sangat semangat sejak pagi. Wajahnya yang biasa lurus tak banyak ekspresi juga lebih banyak tersenyum hari ini.
Meski tak mengubah sedikit pun penampilannya -tetap dengan rambut kuncir kuda khasnya tanpa polesan apa pun, tetap saja hal itu membuat Sella yang duduk di sebelahnya jadi bingung. Sella sudah melihat senyum Alora sejak masuk ke kelas hingga semenit sebelum bel masuk.
"Napa lo senyum-senyum mulu dari tadi?" tanya Sella yang sedari tadi mengernyit bingung. "Dapet lotre lo?"
Alora menggeleng. Kini bersenandung sambil mengemasi barang-barangnya. Bel istirahat baru saja berbunyi beberapa saat yang lalu.
Sella yang tak mendapat jawaban jadi mendengus singkat. Alora tuh kalo lagi senang gini kenapa malah bikin orang lain kesel sih?
"Kenapa deh, Ra? Dari tadi senyum-senyum mulu. Gak gila kan lo?"
Alora menggeleng lagi. Masih tak menjawab. Gadis itu menutup resleting tas setelah mengambil botol minumnya. Alora menegak air putihnya. Rupanya banyak senyum juga melelahkan.
"Lagi jatuh cinta lo?"
Uhuk!
Alora terbatuk mendengarnya. Gadis itu mengusap bibir, membersihkan bulir air yang tadi sempat tersembur karena batuk.
Sella jadi tertawa. "Beneran lo jatuh cinta? Kaget sampe batuk-batuk gitu."
Alora mendengus, menutup botol minumnya. "Apa sih? Gue gak jatuh cinta."
Sella mengangkat alis tak percaya dengan kalimat Alora. "Kalo gak jatuh cinta kenapa sampe kaget gitu denger gue ngomong jatuh cinta?"
Alora terdiam. Benar juga. Kenapa dia kaget sampai terbatuk begitu mendengar kalimat Sella tadi? Memangnya dia jatuh cinta? Kalau memang iya, sama siapa?
Bryan Ivander.
Alora menggeleng ketika nama itu muncul di otaknya begitu saja. Tidak. Tidak mungkin ia jatuh cinta dengan Bryan kan? Mereka bahkan baru kenal dalam waktu dekat.
Sella menjentikkan jarinya di depan wajah Alora. "Kok diem?" tanyanya. "Beneran jatuh cinta lo?"
Alora menggeleng cepat. "Enggak. Apa deh lo? Gue cuma senyum emang salah?"
Sella terkekeh. "Gak salah sih. Cuma ya lo tuh aneh aja tiba-tiba senyum-senyum sendiri gitu. Napa sih? Cerita dong sama gue," bujuknya.
Alora mendengus. "Enggak ada apa-apa elah. Udah ah gue mau ke ruang guru." Alora beranjak meraih ranselnya. Lima menit lagi bel masuk akan berbunyi. Dia harus ke ruang guru sekarang.
Sella menatap Alora yang tengah memperbaiki tali ransel di pundaknya. "Enggak nunggu sampe jam istirahat?"
Alora menggeleng. "Hari ini pulang cepet jadi gue langsung ke ruang guru dari jam pertama. Nanti gue pinjem catatan ya." Alora bangkit dari duduknya dan melangkah ke luar kelas setelah Sella mengangguk singkat.
****
Pertemuan komunitas pramuka kota di kwarcab baru saja dimulai lima belas menit yang lalu. Upacara dilakukan dengan sistem satuan terpisah. Laki-laki di lapangan barat dan perempuan di lapangan timur. Tapi semuanya berkumpul setelah selesai upacara pembukaan di lapangan timur, tempat laki-laki.
Tadi Bryan sudah sempat bertemu dengan Alora sebelum upacara dimulai. Cowok itu memang sengaja menunggu di pintu gerbang utama bukan di lapangan timur karena ingin melihat Alora.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...