Aku tidak tahu ini sekedar ungkapan semata atau kau memang akan tetap ada saat aku terluka. Tapi, terima kasih.
****
Dua bulan berlalu setelah jumpa karya berakhir. Hari ini pertemuan pertama komunitas pramuka kota di tahun yang baru. Hari ini juga akan ada anggota komunitas pramuka kota junior yang terdiri dari alumni jumpa karya penggalang dua bulan lalu dan juga beberapa orang yang mendaftar independen (tidak melalui sekolah).
Upacara pertama tahun ini dilakukan di lapangan timur. Mereka membahas apa saja yang menjadi program mereka selama setahun ke depan. Dika yang masih menjabat sebagai ketua komunitas pramuka kota sampai akhir tahun, memaparkan apa saja yang akan dilakukan mereka setahun ini. Dia juga meminta saran kepada anggota komunitas lainnya.
Usai upacara, seperti biasa, Alora menunggu Bryan di pos ronda dekat parkiran kwarcab. Tadi Alora melihat Bryan dihampiri beberapa anak-anak penggalang putri. Alora memang sudah melihat anggota baru penggalang putri itu sejak tadi sibuk melirik Bryan dari barisannya ketika upacara.
Alora menghela napas panjang. Kadang rasa tidak percaya diri itu timbul begitu saja. Bagaimana kalau ternyata Bryan menemukan gadis yang lebih darinya? Bagaimana kalau nanti Bryan memilih meninggalkannya demi perempuan lain? Tadi saja ada beberapa anak penggalang putri yang belum datang. Bagaimana kalau semuanya datang? Mungkin lebih banyak lagi yang mendatangi cowok itu.
Mungkin Alora hanya bisa diam. Dia tidak bisa melakukan banyak hal. Bagaimana pun juga, statusnya dan Bryan sampai sekarang hanyalah teman, tak lebih. Keduanya belum memiliki hubungan spesial apa pun. Alora tak punya hak untuk cemburu.
"Hai, Alora."
Alora menoleh, menemukan Bryan baru sampai di pos ronda dan duduk di sampingnya. "Hai. Udah jumpa fansnya?"
Bryan terkekeh. "Gue berasa deja juga vu. Pas awal-awal kita jadi anggota baru gue juga diajak foto sama dimintain id line sama anak-anak seangkatan kita."
Bryan sialan. Cowok itu mengatakannya dengan nada datar, sedangkan Alora sudah hampir meledak mendengarnya!
Bryan mengangkat alis melihat Alora yang diam saja. Cowok itu tersenyum lalu berdeham singkat. "Gue juga jadi inget waktu kita ketemu lagi setelah sebulan gue minjemin jaket ke elo."
Alora menggigit bibir bawahnya, menahan senyum yang hampir saja terlukis lebar di wajahnya. Ah, momen manis itu. Tentu saja gadis itu tidak akan pernah lupa.
"Kok lo diem?"
"Ah, gapapa," jawab Alora cepat. "Gue waktu itu kaget banget pas lo ngelarang gue keluar dari ruang panitia abis ambil makanan."
Bryan terkekeh. "Lagian lo nekat banget mau nerobos ujan waktu itu. Gue gak mungkin biarin lo nerobos ujan dan akhirnya kedinginan, kan?" ucapnya. "Kok lo mau sih ngambil makanan pas ujan-ujan gitu? Tanpa payung, tanpa jaket lagi."
Alora mengulum bibirnya sekilas. "Viola yang nyuruh. Temen-temen satu sangga gue gak ada yang mau keluar dari tenda ngambil makanan. Yaudah gue ambil. Lagian gak nyampe lima menit kan untuk ngambil makanan ke ruang panitia?"
Bryan tersenyum. Tangannya terulur mengusap lembut puncak kepala Alora. "Gue malah berharap biar ruang panitianya lebih jauh biar gue bisa ada di bawah jaket yang sama dengan lo untuk waktu yang lebih lama."
****
Alora merebahkan tubuhnya di ranjang. Bibirnya masih menyunggingkan senyum tipis. Perasaannya selalu membaik setiap pulang dari pertemuan komunitas pramuka kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...