TUJUH PULUH TUJUH

1.8K 154 56
                                    

Alora merapikan dapur kosan Silvi yang dipakainya untuk membuat kue. Gadis itu sudah berkutat dengan adonan kue sejak beberapa jam yang lalu. Ada banyak pesanan yang harus ia buat hari ini. Alora bersyukur kue buatannya disukai oleh ibu-ibu yang berbelanja di warung dekat kampus Silvi. Beberapa dari mereka bahkan memesan kue buatannya. Total ada 50 pesanan kue yang diterimanya, belum termasuk dengan kue yang harus dititipnya di warung besok.

Syukurlah. Setidaknya Alora bisa punya tambahan uang pegangan dari usahanya ini.

Sebenarnya tadi Silvi mengajak Alora untuk datang ke pertemuan komunitas pramuka kota sore ini. Kata Silvi, mereka diberi tanggung jawab lagi untuk mengadakan kegiatan pramuka dan kali ini mereka memilih mengadakan perlombaan pramuka. "Biar ada semangat bersaing dikit." Begitu kata Silvi ketika Alora bertanya kenapa tidak membuat jumpa karya lagi.

Tapi Alora tidak memenuhi ajakan Silvi. Gadis itu beralasan tidak membawa seragam pramuka sehingga tidak mungkin bisa datang ke pertemuan komunitas pramuka kota sore ini. Jadilah sore ini Silvi tetap pergi ke komunitas pramuka kota sendirian dan meninggalkan Alora di kosan.

Sebenarnya Alora membawa seragam pramukanya. Tidak mungkin ia meninggalkan salah satu pakaian yang paling disukainya itu. Gadis itu hanya beralasan agar tidak perlu datang ke komunitas pramuka kota sore ini. Bukan. Alora bukan kehilangan semangat untuk mengikuti pramuka. Ia hanya tidak siap untuk masuk kembali komunitas dan bertemu dengan teman-temannya.

Alora juga sebenarnya belum siap bertemu dengan Bryan. Cowok itu pasti akan bertanya tentang pesannya yang tak kunjung dibalas. Alora tidak mau Bryan tahu soal kepergiannya dari rumah. Ia tidak mau cowok itu tahu sisi menyedihkan hidupnya.

Omong-omong soal pesan, ya Alora memang belum membuka instagram. Gadis itu malu meminta tethering kepada Silvi untuk membuka instagram dan membalas pesan Bryan.

Alora menyimpan baskom yang ia sudah ia cuci ke dalam rak dengan mata melirik ke jam yang tergantung di dinding dapur. Sudah pukul 7 malam dan Silvi belum juga pulang. Tadi sebelum berangkat, Silvi memang sempat bilang kalau ia akan pulang lama.

Ah, Silvi memang seperti itu tiap Jumat. Sebelum menginap di kosan Silvi pun Alora sudah tahu kalau seniornya satu itu memang sering pulang malam ketika selesai pertemuan di kwarcab. Silvi memang salah satu seksi sibuk komunitas pramuka kota selain Dika.

Alora mengangkat alis ketika pintu kosan diketuk. "Iya sebentar!" Gadis itu mengeringkan tangannya sekilas, lalu melangkah menuju pintu. Ketukan semakin terdengar jelas.

Gadis itu membuka pintu. "Iya cari si—"

"Hai Alora."

Mata Alora melebar melihat siapa yang ada di hadapannya saat ini. Gadis itu tidak habis pikir bagaimana cowok itu bisa tahu keberadaannya. "B-Bryan? L-lo ng-ngapain di sini?"

Bryan tak menjawab kalimat Alora. Cowok itu menatap Alora lekat-lekat. Sebelum akhir menghela napas panjang dan maju mendekap gadis itu.

Alora tersentak bukan main ketika Bryan menarik tubuhnya mendekat dan memeluknya. Gadis itu menahan napas ketika mencium aroma tubuh Bryan yang khas. Cowok itu masih menggunakan seragam pramuka lengkap. Pikiran Alora memang blank saat Bryan memeluknya. Tapi gadis itu bisa tahu kalau Bryan baru habis dari komunitas pramuka kota.

Apa mungkin Silvi yang memberi tahu keberadaan Alora? Tapi Silvi sudah berjanji tidak akan memberi tahu siapa pun tentang keberadaan Alora. Masa Silvi ingkar janji? Tidak mungkin kan?

Bryan meletakkan dagunya di bahu Alora. "Gue kangen."

Alora menggigit bibir bawahnya ketika merasa pelukan Bryan semakin kuat. Tangan Alora terangkat, perlahan membalas pelukan Bryan. Tanpa jawaban apa pun dari mulutnya, tapi melalui pelukan ini, Alora yakin Bryan tahu kalau gadis itu juga merindukannya.

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang