Alora masih sulit mengendalikan senyuman yang mengembang di wajahnya sejak pertama kali masuk ke dalam rumah. Garis wajahnya masih saja cerah sejak pulang ke rumah tadi.
Alora sama sekali tidak menyangka akan duduk di atas satu motor lagi dengan Bryan. Gadis itu bahkan benar-benar terkejut ketika Bryan mengajaknya pulang bersama ketika TM tadi.
Bryan memang hanya mengantarnya sampai di warung dekat komplek perumahannya. Tapi senyuman yang diakibatkan cowok itu masih bertahan sampai sejam setelah Alora menginjakan kaki ke dalam rumahnya itu.
Keduanya banyak membicarakan hal-hal ringan selama perjalanan dan tertawa bersama. Tawa Bryan benar-benar membuat bahu Alora meringan. Gadis itu menyukai tawa lembut dan renyah seorang Bryan Ivander. Jantungnya selalu berdesir hangat ketika tawa cowok itu terdengar.
Senyuman Alora semakin melebar ketika gadis itu mengingat bagaimana Bryan mengusap lututnya ketika mereka berhenti di lampu merah. Pipinya memanas begitu saja. Padahal hanya mengingat cowok itu saja.
Ah, Bryan selalu bisa membuatnya salah tingkah bahkan tanpa harus bertatap mata dengannya.
Alora mengeringkan wajahnya dengan handuk. Gadis itu baru saja mencuci muka dengan maksud agar rona merah di wajahnya tak terlihat jelas. Alora merasa wajahnya benar-benar panas karena mengingat semua yang terjadi antaranya dirinya dengan Bryan tadi.
Cinta memang bisa membuat manusia hilang akal.
Alora duduk di depan meja belajarnya. Gadis itu terdiam beberapa saat sebelum menghela napas panjang. Alora mulai membenci rutinitasnya untuk belajar di depan meja belajar seperti ini. Gadis itu ingin belajar dari alam. Dia bosan jika harus terus menerus melihat kertas, pena, buku cetak, deretan angka dan rumus lainnya.
Alora menarik laci meja belajarnya. Gadis itu mengeluarkan ponselnya dari sana, mengabaikan buku fisika yang sudah terbuka di atas meja belajarnya.
Bryan : hai Alora
Bryan : udah sampe rumah kan?
Bryan : tau gak
Bryan : masa gue langsung kangen sama lo
Alora terkekeh. Ah, cowok ini manis sekali. Jemari Alora bergerak di atas layar ponselnya, mengetikkan balasan untuk cowok itu.
Alora : hai jg. Iya gue udah sampe kok. Makasih ya
Alora : masa udah kangen? Baru juga satu jam
Tak lama kemudian ponselnya kembali bergetar. Ada notifikasi dari cowok itu. Alora terkekeh dibuatnya.
Sebenarnya Alora sering kali merasa bersalah ketika lama membalas chat cowok itu. Padahal Bryan selalu menjawab chatnya dengan cepat. Tapi bagaimana pun, Alora bukan tipe orang yang betah berlama-lama dengan ponselnya. Gadis itu lebih suka beraktivitas tanpa ponsel. Lebih menyenangkan.
Bryan : sejam itu lama loh
Bryan : coba itung itu berapa detik
Bryan : hasilnya aja malah masih jauh kurang dari presentase kangen gue ke elo
Alora : dih gombal banget lo wkwk
Bryan : yaampun gue kangen beneran loh sama lo
Bryan : malah dibilang gombal
Bryan : perlu gue buktiin?
Alora : mau dibuktiin gimana coba?
Bryan : share location
Bryan : gue otw sekarang
Alora melebarkan matanya, terkejut dengan apa yang dikatakan Bryan. Cowok ini serius?! Tidak mungkin kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...