ENAM PULUH LIMA

1.4K 102 15
                                    

Setelah mempersiapkan diri selama beberapa hari, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba. Hari ini, Cendekia Scout Championship dibuka secara resmi di lapangan SMA Cendekia. Pembukaan akan dilaksanakan jam 9 pagi. Jam baru menunjukkan pukul setengah 8 pagi, tapi lapangan SMA Cendekia sudah ramai oleh peserta dari sekolah lain. Seragam coklat bertebaran di mana-mana.

Alora turun dari motor bersama teman-temannya yang lain. Gadis itu memandangi lapangan besar milik SMA Cendekia. Ada sedikit rasa kagum menyelinap di dalam hatinya. Anak-anak pramuka SMA Cendekia benar-benar kreatif dengan semua yang mereka persiapkan untuk acara ini.

Lapangan hijau itu disulap dengan indah oleh panitia lomba menjadi tempat yang menyenangkan. Ada banyak umbul-umbul yang terpasang di tempat itu. Di sudut lapangan, terdapat photobooth yang disediakan panitia. Dari jauh saja, Alora bisa melihat kalau tempat itu sangat menyenangkan.

Di bagian depan lapangan, ada panggung kecil dengan berbagai hiasan berwarna coklat di sana. Sepertinya panitia memang sengaja membuat dekorasi serba coklat, khas anak pramuka.

Viola menghampiri Alora. Disenggolnya lengan gadis itu. "Lo nyariin Bryan?"

Alora tersentak kaget mendapati Viola tiba-tiba berada di sampingnya. "Hm, enggak. Gue lagi liat-liat dekornya. Bagus."

Semenjak kejadian itu, Alora tak pernah lagi berhubungan dengan Bryan. Selain karena ponselnya disita dan gadis itu sudah dilarang secara keras oleh Frans dan Monika untuk tidak lagi mengikuti kegaitan di komunitas pramuka kota, Alora juga menyadari bahwa bukan hal yang baik untuk berkomunikasi lagi dengan Bryan setelah apa yang terjadi pada keduanya.

Lagi pula Alora tak yakin Bryan masih mau bicara dengannya setelah penolakannya waktu itu.

"Emang lo gak janjian sama Bryan?" Viola melengos ketika melihat gelengan Alora. "Yaudah deh." Viola berlalu dari samping Alora. Gadis cantik itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, mencari sosok Bryan yang sejak tadi ia tunggu.

Sebenarnya Viola menghampiri Alora tadi agar bisa bertemu dengan Bryan. Viola pikir Alora pasti akan bertemu dengan cowok tampan itu di sini mengingat keduanya sudah sangat dekat. Jadi Viola nempel ke Alora.

Tapi ternyata Alora tidak ada janjian untuk bertemu dengan cowok itu. Kalau begitu, Viola bisa mencari Bryan sendiri tanpa perlu nempel dengan Alora. Lagian juga malas kalau harus bersama gadis kaku itu. Alora bukan orang yang enak diajak ngobrol.

Alora masih memandangi lapangan, kali ini dengan tatapan kosong. Mengingat apa yang terjadi padanya dan Bryan beberapa hari lalu membuat Alora jadi sedikit kehilangan semangat.

Ya, harusnya hari ini ia bisa bertemu dengan Bryan dan menghabiskan waktu senggang di perlombaan ini bersama cowok itu sebelum keduanya tidak akan pernah bertemu lagi. Tapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi. Alora bahkan belum bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti ketika dirinya berpapasan dengan cowok itu,

"Ra, lo kenapa?"

Alora mengangkat wajah, menatap Ilo yang berdiri di sampingnya. Gadis itu tersenyum tipis. "Gapapa, Kak. Tiba-tiba gugup aja." Alora meringis di ujung kalimatnya.

Ilo tersenyum. "Jangan dipikirin amat. Anggap aja cari pengalaman. Menang gak menang urusan belakangan. Yang penting dapet pengalamannya dulu."

Alora mengangguk. "Iya, Kak. Makasih ya."

"Sama-sama." Ilo menepuk pundak Alora dua kali, mengajak gadis itu mencari barisan bersama teman-teman tim pramukanya yang sudah lebih dahulu melangkah.

****

Mata tajam cowok tampan itu tak bisa lepas dari seorang gadis berkuncir kuda yang datang bersama rombongannya. Tatapannya menyendu melihat seorang lelaki berseragam pramuka menepuk pundak gadis yang dipandanginya sejak tadi.

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang