SEMBILAN

2.7K 215 5
                                    

Lapangan utama SMA Cendekia ramai pagi ini. Ada sebuah panggung di sisi lapangan yang sudah dihiasi kain-kain berwarna merah putih. Di sampingnya ada beberapa kursi yang ditudungi dengan tenda merah putih. Beberapa mahasiswa berpakaian putih-putih khas petugas upacara terlihat sibuk mempersiapkan diri di sana.

Cuaca hari ini cukup cerah dan beruntungnya tak begitu terik membuat panitia yang masih sibuk mengecek sana sini jadi melakukan tugasnya dengan riang. Beberapa umbul-umbul sudah dipasang di sekitar lapangan. Sebuah spanduk besar melambai di gapura sekolah, siap menyambut peserta olimpiade dan guru pendamping yang datang.

Acara olimpiade MIPA ini memang menjadi program rutin dua tahun sekali di Universitas Cendekia. Setelah dua tahun lalu memilih SMP Cendekia sebagai tuan rumah, kali ini giliran SMA Cendekia yang dipilih menjadi tuan rumah.

Ketiganya bernaung di sebuah yayasan yang sama, Yayasan Cendekia. Program olimpiade ini memang rutin diadakan di unit berbeda untuk sekaligus promosi setiap sekolah di bawah naungan Yayasan Cendekia ini.

Bryan dan tim pramuka SMA Cendekia mempersiapkan diri di koridor ujung. Mereka sekali lagi mengecek kelengkapan seragam pramuka masing-masing. Bryan sesekali mengusap kedua tangannya. Tak bisa dipungkiri cowok itu agak gugup kali ini.

Meski sudah tampil di beberapa tempat dalam tiga bulan ini, Bryan tak bisa memungkiri kalau tampil di acara seperti ini jauh lebih mendebarkan. Apalagi ada kepala yayasan -yang kabarnya adalah purna anggota jambore nasional- ikut menonton langsung di sini.

Dan yang terpenting dari semuanya, ada gadis itu yang juga akan menontonnya di sini.

Selama jumpa karya kemarin, yel-yel pangkalan hanya ditampilkan dengan durasi dua menit, itu pun hanya diam di tempat karena mereka diminta yel-yel ketika upacara pembukaan jumpa karya.

Bisa dikatakan ini perdana untuk Bryan memimpin tampilan yel-yel pangkalannya di depan Alora-dan orang-orang lainnya. Entah mungkin gadis itu pernah melihat penampilan yel-yel mereka di lain kesempatan, tapi yang jelas ini merupakan yang pertama setelah perasaan Bryan pada gadis itu tumbuh.

Adit yang berdiri di sebelahnya menyenggol lengan Bryan membuat cowok itu menoleh. "Lo gugup?"

Bryan menghela napas dalam. "Lumayan."

Adit tersenyum. "Lakuin yang terbaik aja. Pokoknya sesuai ajaran Kak Riko kemarin. Gue yakin lo bisa mimpin dengan baik," ucapnya menyemangati. "Ah, atau lo gugup karena ada Alora?"

Bryan meringis menanggapi kalimat Adit. "Kayaknya sih iya."

Adit menepuk pundak Bryan. "Pokoknya do your best ajalah. Gue yakin dia bakalan terpesona juga liat lo nanti." Adit tertawa.

Bryan meninju lengan Adit. Temannya itu baru saja menyindir kalimat yang digunakan Bryan pada Alora kemarin. "Sialan lo. Sana siap-siap di barisan."

Adit nyengir lalu melangkah masuk ke barisannya.

Bryan berdiri di depan barisan pangkalannya itu. Cowok itu memperbaiki posisi baret dan stangan lehernya.

Entah bisikan dari siapa, Bryan menoleh ke arah gerbang utama. Gadis berkuncir kuda itu baru saja melangkah masuk bersama tiga teman lainnya. Mata Bryan jadi mengikutinya.

Cowok itu menghela napas. Semoga dia bisa memberikan yang terbaik di depan semua orang - dan juga gadis itu.

****

Alora baru turun dari mobil Bu Erni yang mengantar dirinya dan 3 murid lain yang akan mengikuti olimpiade hari ini. Gadis itu berdeham menetralkan rasa gugupnya.

Semalaman dia sudah mempersiapkan diri untuk olimpiade ini. Alora bahkan menunda menyalin tugas dan catatan dari Sella supaya dirinya bisa fokus 100% pada olimpiade hari ini.

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang