Alora bergerak gelisah sejak tadi. Dia sama sekali belum menemukan Karin sejak pertama menginjak lapangan timur—tempat apel untuk pramuka putri—padahal temannya itu sudah bertanya tentang latihan hari ini pada Alora.
Sebelum materi, Alora menyempatkan diri membuka ponsel untuk menghubungi Karin.
Alora: Rin, lo gak masuk hari ini?
Semenit kemudian, ponsel Alora bergetar beberapa kali. Gadis itu buru-buru mengecek ponselnya sekilas.
Karin: astaga gue lupa ngabarin
Karin: iya Ra gue gak masuk hari ini. Kaki gue keseleo jadi gabisa ke sana
Karin: tapi nanti lo bisa dateng ke rumah gue gak?
Karin: sent location
Karin: itu rumah gue. Ga begitu jauh kan dari kantor kwarcab?
Alora mengecek aplikasi ojek onlinenya sesaat untuk melihat apakah uangnya cukup atau tidak. Setelah yakin uangnya cukup untuk naik ojek online dari kwarcab-rumah Karin-rumahnya, barulah Alora mengetik di roomchatnya dengan Karin.
Alora: oke. Gws ya, Rin
Alora: nanti gue ke sana
Alora menyimpan ponselnya ke dalam saku rok pramuka lalu segera bergabung dengan yang lainnya untuk mengikuti materi hari ini.
****
“Alora!”
Alora yang baru saja meraih ranselnya langsung mengangkat wajah ketika suara itu terdengar. Gadis itu tersenyum tipis. “Hai, Bryan,” sapanya ketika Bryan sudah ada di depannya.
Bryan balas tersenyum. “Hai, Alora.” Bryan terkekeh kecil. “Lo mau ke rumah Karin kan? Ayo gue anter.”
Alora mengangkat alis. “Gue naik ojek online aja.”
Bryan menggeleng. “Udah sore. Bareng gue aja.”
“Emang lo tau rumah Karin di mana?”
Bryan mengangguk yakin. “Tadi gue nanya ke Kak Dika. Dia ngasih alamat Karin,” jelasnya. “Mau ya?”
Alora terdiam. Gadis itu berpikir sejenak. Apa Bryan tidak keberatan mengantarkannya? Apalagi Alora bukan siapa-siapa Bryan sampai saat ini.
Tapi kan Bryan sendiri yang menawarinya. Masa cowok itu keberatan ketika sudah menawarinya?
“Ra? Gimana? Mau ya?”
Bryan sendiri takut setengah mati mendengar jawaban Alroa. Selama ini gadis itu selalu menolak ajakannya. Apa mungkin Alora juga akan menolaknya kali ini?
Sial. Bryan merasa sudah kalah sebelum berperang.
Alora menghela napas. Gadis itu mengulum bibir bawah sekilas. “Ayo.”
Mata Bryan membulat sempurna. Dia tidak salah dengar kan?****
Bryan tidak pernah membayangkan kalau sebahagia ini ketika membonceng seorang gadis di atas motornya. Ya, sebelumnya, cowok itu tidak pernah membonceng gadis mana pun. Hanya Adit yang pernah duduk di boncengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...