TUJUH PULUH DUA

1.6K 121 17
                                    

Alora mengangkat alis melihat Sella yang hari ini tampak lebih ceria. Teman sebangkunya itu tidak berhenti tersenyum sejak istirahat pertama berakhir. Tidak mungkin Sella menjadi gila sampai senyum-senyum seperti ini kan? Kemarin-kemarin Sella masih waras kok.

Alora menjentikkan jariny di depan Sella, berusaha menyadarkan temannya itu. "Kenapa deh, Sel?"

Sella menoleh ke arah Alora—masih dengan senyuman di wajahnya. "Apa yang kenapa?"

"Senyam senyum terus lo dari tadi. Lagi seneng banget?"

Senyuman Sella makin tercetak lebar. Gadis itu mengangguk semangat. "Peka banget lo."

Alora mengangkat alis. "Kenapa emang?"

"Ada deh." Sella tertawa melihat garis wajah Alora menurun begitu saja ketika mendengar jawabannya. "Nanti gue kasih tau pas balik sekolah. Tapi temenin gue nunggu jemputan di gerbang depan ya."

"Kenapa gak sekarang aja? Takutnya gue keburu dijemput duluan sama Pak Muri."

Sella menggerak-gerakkan jari telunjuknya. "No no no," ucapnya. "Nanti temenin gue dulu sampe dijemput. Gue maunya cerita pas balik sekolah aja."

Alora mengernyit, merasa bingung dengan sikap temannya satu ini yang tiba-tiba jadi aneh. Biasanya Sella itu selalu ingin cepat-cepat melakukan sesuatu, apalagi yang menyangkut sesuatu yang membuatnya bahagia seperti ini. Biasanya Sella akan menghabiskan waktu istirahat dengan menceritakan semua yang ada di kepalanya dari awal sampai akhir.

"Malah bengong," celetuk Sella. "Oke gak nih?"

Alora tersentak kecil. Gadis itu lalu mengangguk. "Iya entar ditemenin."

Sella kembali tersenyum. "Oke," ucapnya. "Duh gak sabar gue pengen cerita."

Alora menggeleng tobat melihat teman sebangkunya itu. Gadis itu berbalik, mengambil buku paket kimia dari ranselnya.

Sementara itu, Sella meraih ponselnya, membuka roomchatnya dengan seseorang. Jemarinya bergerak di layar ponsel, mengetikkan pesan.

Sella : Alora udah oke. Nanti siang lo bisa ke sekolah gue

Sella : hari ini kami pulang jam setengah 4 sore

Sella : pokoknya gue minta imbalan gamau tau

Sella terkekeh pelan. Gadis itu mengeluarkan buku paket kimianya dari laci meja, mengabaikan tatapan bingung Alora yang melihatnya.

Pak Pras yang melangkah masuk ke ruang kelas mengalihkan perhatian siswa-siswi yang sibuk sendiri. Guru tampan itu berdiri di depan papan tulis, menatap murid-muridnya.

"Anak-anak, hari ini kita belajar di perpustakaan ya. Bawa buku catatan dan alat tulis aja."

Ucapan Pak Pras disambut dengan sorakan senang para murid. Siapa juga murid yang tidak senang untuk belajar di perpustakaan? Apalagi ruangan satu itu lebih adem dan menyenangkan dibandingkan dengan ruang kelas.

Pak Pras tersenyum melihat murid-muridnya yang tampak bahagia itu. "Saya tunggu di perpustakaan. Lima menit harus sudah ada di sana. Kalau terlambat saya hokum." Guru tampan itu lalu melangkah keluar kelas diikuti beberapa siswa yang buru-buru mengikuti langkah guru itu.

Alora meraih buku catatan dan alat tulisnya. Gadis itu lalu menoleh kepada Sella. "Ayo, Sel."

Sella mengangguk. Gadis itu mengantongi ponselnya dan melangkah mengikuti Alora setelah mengecek pesan yang masuk ke aplikasi chatnya itu.

Bryan : oke pulang sekolah gue ke sana

Bryan : nanti gue traktir seblak kalo udah jadian

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang