EMPAT PULUH LIMA

1.4K 99 13
                                    

Adit kembali dengan dua botol minuman dingin di tangannya. Cowok itu mengulurkan satu botol kepada Bryan. Adit lalu mendengus ketika mendapati Viola duduk di samping Bryan.

"Vi, lo ngapain sih?" Adit tak bisa menahan diri untuk mengusir Viola. "Bryan mau ketemu Alora, bukan lo."

Viola mengangkat alis. Tentu gadis itu tersinggung dengan kalimat Adit. "Yang mau ketemu kan Bryan, bukan lo. Kenapa lo yang sewot?" balasnya. Tak ada lagi kalimat manisnya pada Adit. Bagi Viola, semua orang yang mendukung Alora bersama Bryan adalah musuhnya. "Lagian juga Bryan gak masalah gue di sini."

Bryan menghela napas. Cowok itu mengabaikan Viola yang duduk di sampingnya lalu menatap Adit. "Sella jadi manggilin Alora gak?"

Garis wajah Viola mengeruh. Ia pikir dengan duduk berdua bersamanya di sini, Bryan bisa melupakan tujuan awal cowok itu yang ingin bertemu dengan Alora. Ternyata tidak sama sekali.

Sial. Alora pasti pakai pelet.

"Tadi kan Sella bilang mau manggilin Alora. Tungguin aja." Adit membuka segel botol air dingin itu lalu meneguknya.

Bryan memangut. Entah kenapa ia merasa gelisah sendiri. Kenapa Alora lama sekali? Kata Sella tadi kelas mereka tidak begitu jauh dari gerbang depan. Tapi kenapa sampai sekarang keduanya belum tampak?

Adit menutup botol minumnya. Cowok itu mengangkat wajah. "Der, itu Sella." Ia mengedikkan dagunya ke arah Sella yang tengah melangkah mendekat.

Bryan mengangkat alis. "Kok lo cuma sendiri? Alora mana?" tanyanya ketika Sella sudah mendekat.

Sella melirik Viola sekilas. "Tadi dia udah ke sini. Tapi balik lagi ke kelas."

"Kok gitu?"

Sella menghela napas. "Harus banget gue kasih tau di sini?" Gadis itu kini menatap Viola terang-terangan, membuat Adit dan Bryan ikut mengarahkan pandangan mereka kepada Viola.

Viola yang mengerti arti tatapan itu langsung mendecak. "Oke, gue balik." Gadis itu menoleh, memasang wajah manis di hadapan Bryan. "Aku duluan ya, Bryan. Nanti chat aja." Gadis itu beranjak dari duduknya, meninggalkan tiga orang itu di dekat pos satpam.

"Lo ada apaan sama Viola?" tanya Sella langsung.

"Ck, gue gak ada apa-apa sama dia. Cuma satu komunitas doang di pramuka kota."

"Terus tadi duduk sebelahan berdua kenapa?"

Bryan melebarkan mata. "Tadi Alora liat gue sama Alora berdua makanya dia balik ke kelas?" Sella mengangguk, membuat Bryan mengusap wajahnya kasar. "Lo sih, Dit, kelamaan beli minum."

"Kenapa jadi gue njir," protes Adit. "Kan elo yang nyuruh beli minum."

Bryan mendecak. "Gue gak tau kalau Viola tiba-tiba dateng pas lo beli minum," ucapnya. "Sel, tolong bilangin ke Alora dong. Gue tuh gak ada apa-apa sama Viola. Tadi gue nungguin Aloran sendirian di sini gara-gara Adit beli minum. Terus Viola tiba-tiba dateng dan duduk di samping gue. Beneran deh, gue tuh gak ada apa-apa sama Viola," jelas Bryan panjang lebar.

Sella menghela napas. "Iya, entar gue omongin ke Alora," ujarnya. "Tadi dia keliatan sedih pas liat lo sama Viola. Makanya dia langsung balik ke kelas." Sella membasahi bibir bawahnya. "Tapi, Alora emang dari tadi pagi agak murung gitu. Gak tau kenapa. Gue tanyain gak dijawab."

"Der, lo chat Alora deh. Jangan sampe dia tambah badmood gara-gara liat lo sama Viola tadi."

Bryan terdiam. Cowok itu lalu mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya dan membuka roomchatnya dengan Alora.

Bryan : Hai Alora

Bryan : are you okay?

Bryan : tadi gue beneran nyari lo kok

Bryan : gue udah bilang kan kalo gue sukanya sama lo, bukan Viola

Bryan : jangan salah paham ya

Bryan : gue sayang lo

Bel tanda istirahat selesai berbunyi ketika Bryan menyimpan kembali ponselnya ke saku jaket.

"Udah bel. Gue balik ya," ucap Sella.

"Eh, bentar," tahan Bryan. "Gue nitip sesuatu ke Alora boleh gak?"

****

Mood Alora benar-benar buruk hari ini.

Mulai dari ia telat bangun, hampir menangis di mobil dan di sekolah, dan terakhir makin membuat moodnya buruk, ia melihat Bryan duduk berdua bersama Viola.

Harusnya Alora tahu ia dan Bryan tak akan bertahan lebih lama. Viola dan gadis lainnya di sekitar Bryan pasti jauh lebih cantik dari Alora. Memangnya Bryan rela melepas mereka demi dirinya yang biasa-biasa saja?

Dari pagi, Alora sering kali melamun menatap guru yang tengah mengajar di depan. Untung saja mata pelajaran pagi tadi baru Bahasa Indonesia dan matematika yang masih bisa Alora tangkap dengan baik meski ia melamun.

Alora menghela napas dalam-dalam. Gadis itu melipat tangannya di atas meja, lalu meletakkan kepalanya di sana dan memejamkan mata. Ia benar-benar lelah dengan semua yang terjadi padanya dalam sehari ini.

Bel tanda masuk yang berbunyi membuat Alora mengangkat kepalanya. Gadis itu membereskan mejanya, bersiap untuk jam pelajaran berikutnya.

Alora mengangkat alis ketika Sella duduk di sampingnya dengan napas terengah. Sepertinya teman sebangkunya itu baru saja lari."Dari mana, Sel?"

Sella meletakkan bungkusan putih di mejanya. "Tadi gue nemuin Bryan sama Adit. Bryan bilang dia sama Viola gak ada apa-apa."

Garis wajah Alora menurun. "Iya gue tau."

"Tadi Adit lagi beli minum." Sella mengabaikan kalimat Alora. "Terus Bryan nunggu sendirian di pos satpam. Dia gak ikut karena mau nungguin lo," jelasnya. "Tiba-tiba Viola dateng terus duduk di samping Bryan. Makanya begitu."

Melihat Alora yang diam saja, Sella menghela napas, lalu meraih bungkusan putih yang ia letakkan di mejanya tadi dan memberikannya pada Alora.

Alora mengangkat alis. "Ini apa?"

"Dari Bryan. Dia bilang nitip ke elo." Sella beranjak dari duduknya. "Gue ke WC dulu ya. Entar bilangin Bu Mita ya." Sella lalu berlalu dari hadapan Alora setelah Alora mengangguk.

Alora mengulum bibirnya. Tangannya terulur meraih bungkusan putih di mejanya. Gadis itu membuka bungkusan itu. Matanya melebar. Ada dua batang coklat di dalamnya.

Alora meraih kertas yang tertempel di salah satu batang coklat. Ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman ketika membaca kalimat itu.

Hai Alora. Tadi kata Sella, lo keliatan gak mood dari tadi pagi dan Sella bilang mood lo tambah ancur pas liat gue sama Viola di deket pos satpam. Maaf ya kalo gue bikin mood lo tambah ancur. Tapi serius, gue sama Viola gak ada apa-apa. Gue kan beneran sayang sama lo:)

Kata orang, coklat bisa bikin mood naik. Jadi, ini gue beli buat lo. Semoga suka ya. Jangan badmood lagi, Alora Helsa. Gue sayang lo.

-Bryan Ivander-

Alora menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan agar senyumannya tak semakin lebar. Gadis itu lalu menyimpan coklat dan kertas itu di tas, lalu meraih ponsel di saku roknya. Ia berniat ingin mengucapkan terima kasih pada Bryan selagi Bu Erni belum masuk kelas.

Senyum Alora semakin melebar ketika melihat enam baris pesan manis dari Bryan di aplikasi chatnya. Moodnya membaik begitu saja.

****










A.N :
HUHUHU TADINYA MAU UPLOAD INI MALEM AJA TP KOK GATEL PENGEN UP AKU NYA:(

Kmrn aku gak smpt buka laptop sama sekali guis jadi gak update maap yaa hehe>•<

Jadi gimana? Sampe di part ini, ada yg bisa nebak badai besarnya apa?:3

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang