DUA PULUH TIGA

1.8K 132 21
                                    

Bryan menembak bola basket itu ke ring setelah mendapat operan dari teman setimnya. Cowok itu tertawa lebar sambil menunjuk bangga pada bola yang berhasil masuk ke ring.

Bryan berlari ke pinggir lapangan, meminta pertukaran pemain sejenak karena cowok itu kelelahan dan sempat jatuh di lapangan tadi. Bryan meraih handuk kecil di tasnya dan botol minum. Cowok itu agak mendongak meminum air putih yang dibawanya, tanpa menyadari bahwa ia menjadi pemandangan indah bagi gadis-gadis yang menonton latihan tim basket sekolah mereka pagi ini.

Gadis-gadis yang berada di sisi lapangan tanpa sadar menelan ludah dengan susah payah melihat keringat menetes dari sisi wajah tampan Bryan. Rahang tegas cowok itu terlihat jelas dari tempat mereka berdiri.

Sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu itu.

Bryan mengusap wajahnya dengan handuk kecil lalu duduk di kursi pinggir lapangan. Cowok itu awalnya menonton latihan teman-teman setimnya, tapi semenit kemudian ia malah meraih ponsel.

Bryan: hai Alora

Bryan: lagi di tempat les ya?

Satu lagi roomchat yang Bryan buka selain roomchat dengan Alora. Adit.

Bryan: Dit, lo udah jagain Alora?

Berbeda dengan Alora yang belum membalas, pesan singkat Bryan langsung mendapat tanda read dari Adit. Temannya itu memang sulit lepas dengan ponsel, tidak seperti Alora yang bisa tidak melihat ponsel selama berjam-jam.

Alora mungkin bisa meraih penghargaan dan menjadi panutan bagi generasi milenial saat ini yang 24/7 menempel dengan ponsel.

Adit: iya. Ini gue duduk samping dia

Adit: doain gue gak baper ya

Bryan: sat

Bryan: awas aja lo

Adit: wkwk lo napa jadi sering ngumpat dah

Adit: belajar sama siapa sih lo

Bryan: ngaca woi gue belajar dari lo

Adit: wkwk apa kata Alora yang kalem kalo tau lo ngomong kasar gitu ya? Hmm

Bryan: nanti gue traktir McD

Adit: oke gue delete chat lo yang itu aman

Adit: gue burger sama ayam ya. Sama es krim juga soalnya lagi pengen

Bryan: :)

Bryan menyimpan ponsel setelah sekali lagi mengecek roomchat Alora yang ternyata belum ada tanda read di samping balon chatnya. Cowok itu merapikan seragam basketnya kemudian berlari kembali ke lapangan, bergabung dengan teman-temannya yang lain.

****

Adit benar-benar tidak mengerti Alora itu manusia jenis apa. Sejam duduk di sebelah gadis itu, Adit tak merasakan pergerakan otot wajah Alora. Total sudah 2 teater komedi yang ditampilkan, tapi tak sekali pun Alora mengeluarkan tawanya. Gadis itu hanya terkekeh kecil tak sampai 5 detik.

Alora benar-benar datar tanpa ekspresi yang berlebihan.
Mungkin tawa lebar gadis itu ketika bermain egrang adalah tawa lebar pertama yang pernah Adit lihat—dan mungkin juga yang pertama dilihat teman-teman lainnya.

Sejujurnya dari awal Bryan mengatakan menyukai Alora, Adit tak habis pikir bagaimana kinerja hati sobatnya itu. Bagaimana mungkin Bryan menyukai Alora yang biasa saja jika dibandingkan dengan gadis-gadis lain yang mendekat cowok itu, seperti Viola?

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang