Adit tak bisa menyembunyikan tawanya ketika Bryan melangkah gontai ke arahnya. "Udah gue bilang, PDKT tuh liat tempat dan waktu. Main nge-gas aja."
Bryan mendengus. "Gue mah kalo gak inget Alora pemalu, gue tetep di situ aja. Kak Silvi juga tadi bercanda. Dia ketawa-ketawa gitu ngomongnya," cerocos Bryan. "Ah kalo bukan senior udah gue omelin tuh. Masa ganggu momen langka gue sama Alora."
Adit terbahak. "Gaya lo anjir. Disinisin Kak Silvi mampus."
Bryan melengos. Padahal tadi itu bisa jadi sweet moment antara dirinya dan Alora. Bryan bisa modus memegang tangan gadis itu untuk memperkuat pegangannya pada bambu egrang. Tapi ternyata niatnya tak direstui semesta.
"Lo aja baru bisa egrang minggu lalu. Udah sok mau ngajarin dia. Gaya lo." Adit menyambung tawanya tadi.
Ya. Minggu lalu Bryan belajar main egrang setelah tahu kalau di pertemuan ini mereka akan belajar permainan tradisional.
Saat ditanya Adit kenapa ia ingin buru-buru latihan, jawaban Bryan sederhana. Dia ingin mengajari Alora nantinya.
Adit langsung mendecih saat itu juga.
"Ya udahlah, Der. Tunggu aja entar pulang. Kan bisa berduaan. Ayo gabung sama yang lain. Katanya mereka mau main layangan sama bakiak."
Bryan menghela napas. Cowok itu mengikuti langkah Adit menuju teman-teman pramuka putra lainnya yang sudah sibuk dengan layangan dan bakiak.
****
Alora tertawa ketika mencoba permainan bakiak. Sudah lama sekali dia tidak bermain seperti ini. Beruntung sekali sarannya untuk traditional game diterima oleh Silvi dan Dika. Jadilah ia bisa tertawa lepas mencoba permainan-permainan ini.
Alora, Karin, dan Sifra memutari pohon untuk kembali ke tempat awal. Alora yang berada di tengah sempat kehilangan keseimbangan sesaat membuat kedua temannya terpekik melihat gadis itu hampir jatuh.
Untung saja Alora bisa dengan cepat menyeimbangkan tubuhnya kembali. Mereka melangkah bersama menuju teman-teman pramuka putri lainnya yang menunggu giliran untuk mencoba bakiak.
"Kalian bertiga ke tempat layangan tuh. Gabung sama yang lain. Yang cowok-cowok juga masih pada buat layangan." Silvi menunjuk pos tempat teman-teman lainnya membuat layang-layang. Alora melangkah ke sana bersama Karin dan Sifra. Sudah ada beberapa teman perempuan mereka di sana.
Alora mengedarkan pandangannya ke lapangan. Gadis itu tersenyum simpul ketika melihat Bryan asyik memainkan layangannya bersama Adit. Sesekali keduanya melempar ledekan di sana. Ah, sepertinya persahabatan mereka seru sekali.
"Ra, bisa buat layangan?" Alora menoleh ketika namanya dipanggil oleh Dika. Cowok itu tengah membuat layangan bersama yang lain.
"Aku belum pernah nyoba buat, Kak."
"Yaudah lo bantu pasang benang aja sama Viola. Dia juga gak bisa bikin layangan makanya gue suruh pasang benang aja." Dika menunjuk gadis cantik yang duduk di pos sebelah sendirian. Alora mengangguk menghampiri Viola.
Alora duduk di samping Vioka, membantu teman satu sekolahnya itu memasang benang di layangan mereka.
"Lo ada hubungan apa sama Bryan?"
Alora terdiam mendengar kalimat itu keluar dari mulut Viola ketika ia baru duduk di samping Viola. Alora bisa melihat wajah Viola yang datar. Tumben sekali wajah Viola sedatar itu. Biasanya gadis itu selalu terlihat riang dengan garis wajah yang menyenangkan.
"Gue sama Bryan cuma temen."
Viola mendengus, tak percaya. "Bryan temenan sama semua cewek. Tapi kenapa gue liat tadi dia perhatian banget sama lo? Lo pelet dia biar suka sama lo?" tandasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...