TIGA

4.2K 255 51
                                    

Alora meletakkan ranselnya di kursi dekat tembok. Jam baru menunjukkan pukul setengah tujuh kurang. Gadis itu memang selalu jadi yang pertama datang ke kelasnya. Bukan kerajinan tapi gadis itu memang selalu begitu dari dulu.

Alora menghela napas dalam mengingat apa yang terjadi di rumahnya tadi pagi. Memang bukan kalimat yang baru didengar Alora, tapi tetap saja ada rasa tak menyenangkan yang timbul dalam hatinya.

Kadang orang lain tak mengerti kalau kalimat sederhana bisa menyakitkan banyak orang, bahkan orang terdekat sendiri.

"Aloraaa!"

Alora mengangkat wajah refleks menoleh ke pintu kelas, sumber suara tadi. Alora mengernyit. "Tumben pagi-pagi udah dateng."

Sella yang mulai melangkah ke kursinya di samping Alora jadi meringis malu. Gadis itu biasanya memang datang mepet dengan bel masuk. Mungkin baru kali ini ia datang cepat begini bahkan ketika kelas masih sepi.

Sella Avinda, teman sekelas Alora yang juga adalah teman terdekatnya selama ini. Tidak, Alora tidak akan mengatakan kalau Sella adalah sahabatnya. Sahabat harusnya tahu tentang kita kan?

"Tadi bokap gue harus ke bandara," kata Sella. "Jadi gue ikut nganter sekalian ke sekolah langsung deh. Makanya cepet. Padahal gue masih ngantuk tadi pas dibangunin."

Alora terdiam sebentar sebelum terkekeh pelan. "Dasar kebo. Untung lo gak ditinggalin."

"Enggaklah. Masa gue ditinggal sama bokap sendiri." Sella ikut terkekeh. "Ah, iya, Ra. Jumat kemaren lo jadi ke kwarcab?"

Alora hanya mengangguk menanggapi kalimat Sella.

Wajah Sella langsung merekah. Gadis itu bahkan sampai mengubah posisi duduk menghadap Alora sepenuhnya. "Ketemu sama cowok yang namanya Bryan Ivander gak?"

Alora mengangkat alis merasa tak asing dengan nama cowok itu. Ah iya, cowok yang sejak Jumat kemarin rutin bertukar pesan dengannya.

Alora merutuki hatinya yang melambung lagi mengingat apa yang terjadi kemarin. Apa sih gue? Baru dichat aja begini. Lebay banget.

"Woi!" Sella menjentikkan jarinya di depan wajah Alora menyadarkan gadis itu dari lamunannya. "Malah bengong. Lo kenal gak? Anak SMA Cendekia tuh. Gue liat di instagram dia, dia ke kwarcab juga kemaren. Berarti ikut komunitas pramuka kota." Sella bicara panjang lebar. "Kenal gak?" tanyanya lagi.

"Ah, iya. Kenal."

Wajah Sella makin merekah. "Temen SMP gue tuh. Ganteng kan?"

Alora mengangguk begitu saja. Emang kenyataan kalau cowok itu ganteng kan?

"Lo pernah gebet dia?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Alora.

Sella meringis malu. Wajahnya memerah begitu saja. Padahal tak ada yang melihatnya selain Alora. Tapi tetap saja gadis itu malu.

"Hehe iya. Tapi gak sampe jadian. Banyak yang naksir dia juga soalnya."

Alora mengangkat alis, tanpa sadar jadi penasaran. Gadis itu mengulum bibir sekilas. "Dia jadian sama yang lain?"

"Selama SMP gue taunya dia cuma sekali jadian. Sama Naya, temen sekelas gue dulu. Itu pun cuma tahan seminggu." Sella jadi terus mengoceh tentang Bryan. "Padahal ya, Ra, yang suka sama dia tuh banyak banget. Cantik-cantik semua lagi."

Alora terdiam. Kalimat terakhir Sella seakan menamparnya kuat. Menyadarkannya yang mulai berharap pada Bryan.

Alora mengalihkan wajah, menghela napas dalam.

Wake up, Alora. Lo gak secantik cewek lainnya. Gimana mungkin lo bisa berharap cowok seganteng Bryan mau sama lo padahal dia sendiri nolak cewek lainnya yang lebih cantik dari lo.

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang