Hari ini hanya ada pertandingan pionerring tingkat penegak di SMA Cendekia. Harusnya Alora tidak perlu datang ke tempat perlombaan hari ini. Tapi teman-teman satu pangkalannya meminta semua anggota datang supaya bisa memberi semangat kepada teman-teman yang hari ini lomba.
Alora diminta secara khusus untuk datang karena dari antara tim pramuka SMA Bhinneka, gadis itu adalah anggota yang paling mengerti tali menali. Ketika tim pionerring berlatih pun, gadis itu ada di sana untuk membantu mereka.
Sebenarnya Alora tidak ingin datang ke SMA Cendekia hari ini. Ia masih tidak nyaman jika harus melihat cowok itu tanpa menyapa sama sekali, seperti yang terjadi kemarin. Entahlah. Mungkin karena sudah terlalu biasa berbincang dan sekarang harus menjadi orang asing, Alora jadi tidak begitu semangat.
Alora tiba bersama teman-teman tim pramukanya tiba di SMA Cendekia pukul 1 siang. Lomba untuk tingkat penegak memang baru dilaksanakan pukul setengah dua siang. Paginya lomba diadakan untuk tingkat penggalang yang memang menjadi sasaran utama dari Cendekia Scout Championship. Sepertinya SMA Cendekia memang gencar berpromosi melalui bidang pramuka mereka yang sudah terkenal seantero kota.
"Kita ke tempat kemaren aja ya ngumpulnya," komando Ilo. Cowok itu melangkah bersama teman-temannya menuju koridor dekat lapangan yang menjadi tempat mereka berkumpul kemarin.
"Makan dulu nih." Aurel membagikan makanan yang mereka beli tadi kepada teman-teman satu pangkalannya. "Nanti sampahnya masukin ke kantong ini aja ya." Gadis berambut sebahu itu meletakkan kantong plastik di dekat tumpukan ransel mereka. Ia lalu duduk samping Alora.
"Rel, nitip rotinya ya. Gue mau ke toilet dulu." Alora meletakkan rotinya di pangkuan Aurel. Gadis itu lalu melangkah meninggalkan teman-teman satu pangkalannya yang masih menyantap makanan masing-masing.
Alora mengedarkan pandangannya. Gadis itu menemukan Adit bersama seorang teman perempuannya di depan ruang panitia. Tapi Alora tak lama memandangi itu. Gadis itu mengalihkan pandangannya. Mata Alora terus bergerak, berusaha menemukan cowok itu di antara kerumumanan orang di SMA Cendekia.
"Alora!"
Alora sontak menoleh ketika mendengar suara Adit. Teman lesnya itu tengah berlari kecil menghampiri Alora. Rupanya Adit juga melihat dirinya.
"Kenapa, Dit?" tanya Alora ketika Adit sudah menghentikan langkahnya.
"Lo gak ketemu sama Ivander?"
Alora terdiam beberapa saat sebelum menggeleng. "Enggak. Kenapa emang?"
Adit mengulum bibir, merasakan Alora tak nyaman mendapat pertanyaan itu darinya. "Lo masih belum ada ngomong apa-apa sama dia ya?"
Alora menghela napas. "Dit, gue lagi gak mau bahas itu."
"Hm, oke, sorry," ucap Adit. "Lo mau ke mana sendirian gini?"
"Ke toilet. Paling deket toilet yang di mana?"
Adit mengangkat alis. "Lo bukannya udah pernah ke sini pas olimpiade?"
"Iya tapi itu jauh."
"Di deket ruang panitia ada toilet. Di sana aja," ucap Adit. "Ayo gue anter sekalian gue balik ke ruangan."
Alora mengangguk. Gadis itu melangkah mengikuti Adit. Matanya masih bergerak ke arah lapangan, mencari cowok tegap itu. Ya, tidak bisa dipungkiri Alora merindukannya. Tidak ada yang bisa gadis itu lakukan selain memandanginya dari jauh. Alora belum punya keberanian yang cukup untuk menyapa cowok itu duluan.
Adit menghentikan langkahnya di depan ruang panitia. "Tuh toiletnya, Ra." Adit menunjuk palang bertuliskan 'toilet' yang tidak begitu jauh dari ruang panitia.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...