Hari ini hari terakhir UTS di SMA Cendekia. Siswa-siswi menghambur keluar dengan sorakan riang setelah menyelesaikan UTS jam terakhir. Rasanya begitu lega setelah menyelesaikan UTS selama 5 hari ini. Meski mereka hanya bisa menikmati liburan di hari weekend karena hari Senin sudah kembali masuk dan belajar seperti biasa, tapi tetap saja rasanya lega setelah bisa menyelesaikan UTS. Mereka merasa sudah tidak punya tanggung jawab besar lagi sampai nanti UAS. Ya, anak-anak SMA Cendekia rata-rata memang penganut SKS garis keras.
Di tengah sorakan riang dan wajah-wajah ceria para siswa hanya Bryan yang tak terlihat seceria yang lain. Pemuda tampan itu malah menampilkan wajah datar. Tak ada sorakan yang keluar dari mulutnya. Ia benar-benar terlihat seperti orang yang tidak punya tenaga.
Tapi memang benar begitu adanya. Tenaga Bryan seolah-olah sudah habis untuk memikirkan gadis yang tiap malam muncul di mimpinya.
Bryan sendiri tidak mengerti mengapa ia bisa memikirkan gadis itu begitu dalam. Entah mantra apa yang diberikan Alora padanya sehingga ia selalu memikirkan gadis itu. Bryan tak pernah seperti ini sebelumnya.
Hari Rabu kemarin, Bryan tidak main-main dengan ucapannya. Cowok itu benar-benar merealisasikan niatnya untuk pergi ke SMA Bhinneka bersama Adit setelah menyelesaikan ujian. Bryan bahkan melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tidak mau mengambil resiko tidak bertemu dengan gadis itu mengingat Alora sering dijemput tepat waktu oleh Pak Muri.
Tapi hasilnya sia-sia. Bryan tak menemukan gadis itu di sana. Ia bahkan sudah bertanya pada satpam sekolah dan murid-murid SMA Bhinneka yang lain. Tapi tak ada satu pun yang melihat Alora.
Bryan melupakan apa yang dikatakan Alora waktu itu, di mana gadis itu tidak ingin anak-anak sekolahnya tahu mengenai kedekatan mereka berdua. Bukan. Cowok itu bukan lupa. Tapi, pura-pura lupa. Ia tidak mau kalimat Alora waktu itu malah menjadi penghalang dirinya bisa bertemu dengan gadis itu.
Sepulang dari SMA Bhinneka waktu itu, Bryan langsung menghubungi Sella untuk bertanya perihal Alora. Bryan yakin Sella pasti tahu mengenai Alora mengingat keduanya sangat dekat di kelas. Tapi Sella juga tidak mengetahui keberadaan Alora.
Tapi
Sella : dia gak masuk hari ini
Sella : sebenernya dari kemaren dia udah gak masuk
Sella : gak ada keterangan juga
Jawaban Sella membuat Bryan benar-benar frustasi. Ia tidak tahu lagi harus pergi ke mana mencari Alora. Gadis itu benar-benar membuatnya tak tenang selama seminggu ini.
"Der."
Bryan mengangkat wajah. Suara itu sudah pasti milik Adit. Tidak ada orang yang memanggilnya dengan sebutan itu selain sobat anehnya itu. Bryan menatap Adit datar."Hm?"
"Lo mau balik duluan atau nunggu gue? Gue ada rapat OSIS bentaran."
"Rapat apaan?"
"Bahas kegiatan bulan depan. Kata Derry sih setengah jam doang."
"Hm. Yaudah lo rapat aja. Gue tunggu di kelas. Mau numpang wifi sekalian."
Adit mendengus geli. "Yaudah sana." Adit baru saja hendak berbalik dan melangkah pergi ketika cowok itu mengingat sesuatu. "Oh ya. Lo udah liat grup komunitas pramuka kota?"
Bryan mengangkat alis. "Belum. Ada apaan emang?"
"Tadi Kak Dika umumin hari ini kita latihan lebih lama. Mulainya dari jam tiga sore," jelas Adit. "Dah gue pergi rapat dulu. Bye." Cowok itu berbalik, melangkah cepat meninggalkan Bryan.
Sementara itu, Bryan masih terdiam setelah mendengar kalimat Adit tadi. Cowok itu seperti memikirkan sesuatu. Tiba-tiba ia menjentikkan jarinya dan memangut. Ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...