TIGA PULUH SEMBILAN

1.5K 126 26
                                    

Hari terakhir di jumpa karya. Seluruh peserta tengah sibuk merapikan tenda yang mereka gunakan dan juga mengemas barang-barang mereka.

Upacara penutupan baru saja selesai dilakukan lima belas menit yang lalu. Seluruh petugas berhasil menjalankan upacara penutupan dengan lancar.

Alora yang tidak menjadi petugas di upacara penutupan sibuk membantu panitia lain yang ada di tenda panitia. Alora membantu Misell mengurus sertifikat kegiatan untuk peserta jumpa karya dan juga kakak pendamping mereka. Keduanya sibuk di tenda panitia sejak upacara penutupan tadi.

Misell menghampiri Alora yang tengah merapikan printer yang mereka gunakan untuk mencetak sertifikat tadi. “Ra, nanti kalo dari penggalang putri SMPN 3 dateng, lo kasih sertifikatnya ya. Tinggal mereka yang belum ambil.”

Alora mengangguk. “Oke, Kak. Sertifikatnya di mana?”

“Di atas laptop gue ada map biru. Di sana semua,” jawab Misell. “Nanti lo cek dulu sebelum ngasih. Gue mau ke toilet dulu. Kebelet dari tadi.” Gadis berambut sebahu itu segera berbalik keluar dari tenda besar mereka menuju toilet.

Alora menyimpan printer yang mereka gunakan tadi ke dalam kardusnya. Kemudian gadis itu melangkah duduk di depan meja laptop, mengecek isi map biru yang tadi disebut oleh Misell.

“Kak, mau ngambil sertifikat penggalang putri SMPN 3.”

Alora mengangkat wajah. “Oh ini. Coba dicek lagi.” Alora menyerahkan map biru di tangannya pada gadis berseragam pramuka penggalang di hadapannya ini. “Nanti tiskanya dijait ya. Masa berlakunya enam bulan. Berarti sampe kalian naik kelas nanti.”

“Oke, Kak. Ini udah lengkap kok. Makasih ya.”

Alora tersenyum. “Sama-sama.”
“Oh iya. Ini Kak Alora temennya Kak Sella kan?”

Alora mengernyit. Ia lalu tersentak kecil, baru menyadari gadis di depannya ini adalah Putri, adik Sella. “Putri ya?”

Putri mengangguk dengan senyum lebar. “Aku kira Kak Alora udah lupa sama aku karena udah lama gak ketemu,” ucapnya. “Oh ya, aku baru tau Kak Alora bisa nyanyi dan main gitar sebagus itu.”

Alora menipiskan bibir. Kalau Putri sudah tau, gadis ini pasti akan menceritakan hal itu pada Sella. Alora belum siap kalau banyak orang harus tahu tentang suara dan permainan musiknya.

“Ah, biasa aja, Put. Kakak lo juga bagus nyanyinya.”

“Kak Sella mah kalo nyanyi bisa bikin ikan di aquarium mati kali, Kak.” Putri tertawa. “Oh ya, Kak, yang namanya Bryan Ivander itu yang mana ya? Dari awal tau aku ikut jumpa karya ini sampe tadi malem, Kak Sella nanyain dia terus. Dia sampe WA aku terus tadi malem.”

Alora terdiam. Gadis itu mengulum bibir bawah. Sella masih membahas tentang Bryan sampai saat ini rupanya. “Oh, Bryan. Ehm, itu yang kemaren ngibarin bendera di sebelah kanan.”

Putri terdiam sejenak sebelum menjentikkan jarinya. “Oh yang ganteng banget itu!” cicitnya. “Temen-temen aku pada ngomong dia sejak upacara pembukaan. Apalagi dia baik banget pas di pos traditional game.”

Alora tersenyum kaku. “Seru ya traditional game kemaren?”

Putri mengangguk semangat. “Iya, Kak. Oh ya kak, kata Kak Silvi tadi, yang ikut jumpa karya penggalang ini bisa daftar jadi anggota komunitas pramuka penggalang kota angkatan pertama. Daftarnya di mana, Kak?”

“Di sekretariat, Put. Ada Kak Dika di sana. Samperin aja, minta formulirnya.”

“Oke, Kak. Makasih ya.” Putri tersenyum. “Ah, iya. Sekalian salamin sama Kak Bryan ya, Kak. Aku liat kakak deket banget sama dia sampe pernah makan siang berdua di depan sekretariat. Bilang aja dari adeknya Kak Sella,” cerocos Putri. Gadis itu lalu pamita, meninggalkan Alora sendirian di tenda panitia putri.

Alora terdiam. Gadis itu tak menyangka ada peserta jumpa karya yang memerhatikannya dan Bryan sedetail itu.

Alora menggigit bibir bawahnya. Mampus. Kalau Putri juga tahu tentang kedekatannya dengan Bryan selama di jumpa karya ini, maka Sella juga pasti akan tahu dari adiknya itu. Dan Sella yang bermulut lemas itu bisa saja memberi tahu tentang hal ini kepada orang lain di sekolah.

Alora belum yakin akan baik-baik saja setelah berita kedekatannya dengan Bryan tersebar sampai ke sekolahnya. Gadis itu belum siap harus menerima tanggapan orang lain terhadap kedekatannya dengan cowok tampan itu.

“Kak, aku mau ngambil sertifikat dong.”

Alora terlonjak kaget. Gadis itu mengangkat wajah. “Astaga gue kira siapa.”

Bryan yang berdiri di depan meja Alora tertawa lebar melihat ekspresi gadis itu. “Kirain siapa emangnya?”

“Gue kira beneran adek-adek jumpa karya yang mau ambil sertifikat.”

Bryan mengangkat alis. “Emang masih ada yang belum ngambil?”

“Udah semua. Makanya gue bingung kenapa tiba-tiba ada lagi yang mau ambil.”

Bryan tak bisa menahan diri untuk mencubit pelan pipi kiri Alora. “Gue mau ngambil hati lo aja boleh gak?”

Alora terdiam. Pipinya semakin memanas setelah dicubit oleh Bryan tadi. “A-apaan sih?!”

Bryan terkekeh pelan. “Kerjaan lo di sini udah selesai belum? Makan bareng yuk.”

“Udah sih. Tapi gue mau nungguin Kak Misell dulu.”

“Yaudah gue tungguin di sini deh.” Bryan meraih kursi di tenda panitia putri dan duduk di samping Alora.

Alora membasahi bibir bawahnya. “Tadi ada adeknya Sella.”

Bryan mengernyit. “Sella temen sekolah lo?”

Alora mengangguk. “Yang waktu itu nitip salam ke elo.”

“Terus?”

Alora mengulum bibir. “Adeknya Sella liat lo sama gue selama di jumpa karya ini. Dia pasti bakal ngasih tau Sella.”

“Bagus dong biar Sella tau tentang lo sama gue tanpa perlu lo yang ngomong. Lo kan selama ini gak pernah ngasih tau ke dia tentang kita.”

Alora melengos. Gadis itu mengatupkan bibir, tak menjawab kalimat Bryan.

Bryan mengangkat alis. “Lo takut ceritanya kesebar ke anak-anak sekolah lo?” Hening sesaat sampai akhirnya Bryan menghela napas ketika melihat Alora mengangguk kaku. “Kenapa harus takut, Ra?”

“G-gue takut lo malu kalo sampe cerita kita kesebar ke anak-anak di sekolah gue. Gue gak mau lo dijelek-jelekin karena deket sama cewek kayak gue yang gak secantik yang la—”

Kalimat Alora berhenti begitu saja ketika telunjuk Bryan menempel di bibirnya. Cowok itu merunduk mendekat.

“Gue gak pernah malu deket sama lo, Ra. Gue suka sama lo. Gue rasa itu udah cukup ngejelasinnya.”

****







A.N :
Aku double up kalo komen dan votenya rame:3

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang