DELAPAN PULUH SATU

2K 173 79
                                    

"Alora, ada Bryan di depan!"

"Iya bentar, Ma!"

Alora buru-buru mengenakan stangan lehernya, lalu meraih tas yang ditaruhnya di kursi meja belajar. Ia mematut diri sekilas di cermin, memastikan seragamnya rapi. Gadis itu lalu segera keluar dari kamar setelah memastikan topi pramukanya sudah masuk ke dalam tas.

Hari ini hari kedua sekaligus hari terakhir perlombaan yang dilaksanakan oleh komunitas pramuka kota. Perlombaan akan dimulai pukul 10 pagi nanti. Tapi panitia sudah diminta berkumpul di kwarcab pukul 8 pagi. Jadilah Bryan menjemput Alora pagi ini lebih awal.

"Tuh Bryan udah nunggu di depan pagar." Monika yang tengah duduk di ruang tamu dengan laptop di pangkuannya masih sempat berceletuk ketika Alora baru saja keluar kamar.

Alora menghampiri Monika, lalu menyalimi ibunya itu. "Yaudah Alora berangkat ya, Ma." Gadis itu lalu melangkah keluar rumah sebelum Monika menggodanya lagi.

Alora memang selalu menyalimi Monika dulu sebelum pergi dengan Bryan. Di saat Alora berpamitan dengan ibunya itulah, Monika akan menggodanya hingga wajah Alora memerah.

Alora duduk di kursi teras untuk mengenakan kaus kaki hitam dan sepatu lapangannya. Sesekali ia melirik ke arah gerbang, menatap Bryan yang menunggunya di atas motor. Tanpa sadar, Alora tersenyum tipis melihat betapa gagahnya cowok itu mengenakan seragam pramuka lengkap dan duduk di atas motornya.

Alora mengalihkan pandangan ketikan Bryan menoleh dan membalas tatapannya

"Pagi Alora." Bryan mengulurkan helm kepada Alora.

"Pagi juga. Sorry lama." Alora meraih helm yang diberikan Bryan dan mengenakannya.

"Ayo naik." Bryan melirik spion, mengamati Alora yang naik ke jok motornya. "Udah sarapan?"

Alora menggeleng. "Nanti aja sekalian makan siang." Gadis itu memperbaiki posisi duduknya di motor Bryan. "Ayo berangkat nanti telat."

Bryan menyalakan mesin motornya, lalu menarik gas perlahan. "Kita cari makan dulu ya. Gue gak mau lo sakit."

****

Alora tak bisa menolak ketika Bryan menarik tangannya turun dari motor dan masuk ke warung makan yang pernah didatangi keduanya dulu. Bryan menuntun Alora duduk di meja dekat jendela. Lalu memesan dua porsi nasi goreng untuk mereka.

Sebenarnya kedatangan keduanya ke tempat makan dengan seragam pramuka lengkap seperti ini bisa dibilang bukan keputusan yang baik. Warung makan itu memang masih sepi dengan pengunjung, tapi seluruh pelayan di sana langsung menujukan pandangan kepada keduanya.

Mereka terlihat seperti pasangan.

"Ini tempatnya gak begitu jauh dari kwarcab. Kita gak bakal telat," ucap Bryan, seakan mengerti bahwa Alora takut datang terlambat. "Lagian sekarang masih jam setengah delapan kurang."

Alora menghela napas, memilih untuk mengalah dan menikmati waktu yang ada sekarang. Gadis itu juga sebenarnya lapar dan ingin sarapan dulu. Tapi rasanya tidak enak jika harus meminta Bryan menunggunya sarapan.

Dua porsi nasi goreng pesanan Bryan akhirnya datang. Setelah mengucapkan terima kasih pada pelayan yang mengantar dan berdoa sejenak, keduanya mulai melahap nasi goreng itu bersama.

Alora mengangkat alis, baru menyadari Bryan juga ikut makan. "Lo juga belum sarapan?"

Bryan menelan nasi gorengnya, lalu mengangguk. "Tadi gak sempet."

Alora menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. "Kenapa gak sempet?"

"Tadi gue kesiangan, baru bangun jam setengah tujuh. Jadinya langsung mandi, ganti baju, terus jemput lo."

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang