Aku datang menepati janji. Masih ada yang melek? Kalo ada komen di line ini dong:3
****
Alora merebahkan diri ke ranjang setelah mandi dan membereskan barang-barang yang dibawanya ke jumpa karya kemarin. Gadis itu memiringkan badan menghadap jendela. Di luar langit sudah gelap.
Setelah seluruh peserta jumpa karya pulang meninggalkan area buper, panitia masih diharuskan membereskan peralatan yang ada di sana. Jadilah Alora dan panitia lainnya baru pulang pukul 6 sore.
Alora beranjak dari ranjangnya dan mengambil ransel yang ada di sofa. Gadis itu baru ingat Bryan memberinya sesuatu tadi.
Flashback on
Alora mengusap keringat di dahinya. Cuaca memang tidak begitu panas. Tapi karena terlalu banyak beraktivitas, Alora jadi keringatan begini. Untung dia tidak menggunakan seragam pramuka lagi. Tadi ia sempat mengganti seragamnya dengan kaos panitia jumpa karya sebelum membantu membereskan peralatan jumpa karya.
Alora baru saja merunduk hendak merapikan patok-patok tenda panitia ketika sesuatu menempel di kepalanya. Gadis itu mendongak, menemukan Bryan tengah memasangkan topi di kepalanya.
Bryan tersenyum lalu ikut berjongkok di sebelah di Alora, membantu gadis itu merapikan patok-patok di sekitar tenda panitia.
Alora menenguk ludah. "M-makasih. Ini topi siapa?"
"Buat lo."
Alora melebarkan mata. "Buat gue?"
Bryan mengangguk mantap. "Gue udah beli itu seminggu sebelum jumpa karya. Tapi baru sempet ngasih ke elo sekarang."
Flashback off
Alora mengacak rambutnya, lalu merubah posisi menjadi tidur terlentang menatap langit-langit kamarnya. Alora tak pernah merasa sehangat ini. Menghabiskan banyak waktu bersama Bryan selama jumpa karya ternyata sebahagia ini.
Sepanjang jumpa karya, Alora benar-benar merasa nyaman. Gadis itu merasa tempat itu adalah rumahnya sendiri, bukan sekedar tempat sementara untuk ia berkemah. Di sana ia mendapatkan semuanya—kasih sayang, teman-teman, dan lebih lagi dari itu, ia mendapat penghargaan dari sekitarnya.
Alora bergerak menyenderkan punggungnya ke sandaran ranjang. Gadis itu masih belum bisa melupakan apa yang terjadi di malam pensi puncak ketika ia mengambil gitar dan bernyanyi di depan mikrofon. Benar-benar hal yang tak pernah terbesit di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...