“Ra, nanti kalo Alfa ngajak makan bareng jangan mau ya.”
Alora yang baru saja duduk di sisi Bryan mengangkat alis dengan wajah bingung. “Emangnya kenapa?”
Bryan menghela napas panjang. “Gue gak suka liat lo terlalu deket sama dia. Apalagi nanti malem gue gak di buper. Pasti Alfa lebih leluasa deketin lo.”
Alora berusaha sekuat tenaga untuk tidak tersenyum. Ia tidak GR kan kalau mengira Bryan cemburu pada Alfa.
Ah, cowok ini.
“Kalo perlu lo bareng Karin atau Adit aja. Entar gue mintain mereka supaya jagain lo biar Alfa gak bisa deket-deket.”
Alora terkekeh. “Lebay deh, Bryan. Lagian Kak Alfa juga gak buat gue risih kok. Dia cuma ngajak makan bareng.”
“Iya lo gak risih. Tapi gue yang risih liat dia deket-deket lo.” Bryan terdiam. Cowok itu merutuk, baru menyadari apa yang ia katakan.
Bego! Emang lo siapanya Alora sampe berani ngomong gitu anjir?! –batin Bryan.
Bryan mengusap tengkuk lehernya. “Hm, gue gak maksud, Ra. T-tapi gue emang risih liat dia deket sama lo.”
“Emang kenapa?”
Bryan sontak membelalakkan mata lebar mendengar kalimat Alora. Gadis itu bertanya kenapa? Yang benar saja!
“Lo cemburu?”
Bryan yang baru akan membuka mulut menjawab, tersentak kecil mendengar kalimat itu dari Alora. Punggungnya menegak begitu saja. Alora benar-benar membuat jantungnya berdegup lebih kencang.
Sementara itu, Alora sendiri bingung bagaimana bisa kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya tanpa bisa ditahan. Kenapa dia GR sekali?!
Bryan membasahi bibir bawahnya, lalu menoleh, menatap Alora tepat. “Iya, gue cemburu.”
****
Alora cepat-cepat memutar keran di kamar mandi buper, lalu membasuh wajahnya beberapa kali. Gadis itu masih merasa panas yang amat di wajahnya.
Alora menghela napas panjang lalu menyenderkan punggungnya di tembok toilet. Ia merutuki mulutnya yang bisa-bisanya mengeluarkan kalimat itu.
“Emang kenapa? Lo cemburu?”
Bryan menoleh dan menatap Alora tepat. “Iya gue cemburu.”
Alora mengalihkan wajahnya yang mulai memerah. Gadis itu merutuki dirinya sendiri. Sumpah, dia sama sekali tidak berniat mengucapkan pertanyaan itu.
Bryan mengulurkan tangan, menarik dagu Alora lembut untuk menatapnya. Alora meneguk ludah dengan susah payah ketika menyadari wajah Bryan mendekat, berbisik di telinganya.
“Gue emang cemburu, Ra.”
Alora menggeleng kuat-kuat. Gadis itu membasahi wajahnya dengan air sekali lagi, berharap panas di wajahnya ini dapat menghilang setelah dibasuh dengan air.
Bryan benar-benar hampir membuatnya mati di tempat. Untungnya cowok itu langsung menjauhkan diri dan melepaskan tangannya dari dagu Alora setelah mengucapkan kalimat itu.
Bryan seolah menegaskan bahwa cowok itu benar-benar serius dengan perasaannya.
Alora menghela napas gusar. Gadis itu memperbaiki anak rambut yang menempel di wajahnya karena mencuci muka tadi, kemudian buru-buru keluar dari bilik toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...