Bryan masih duduk bersila di atas sofa kamarnya dengan memegang ponsel. Cowok itu masih berpikir cukup dalam sejak Adit pulang dari rumahnya beberapa menit yang lalu.
Kalimat Adit tadi terus terngiang-ngiang. Adit dan Rahel memang baru jadian ketika liburan semester yang lalu. Awalnya Adit cukup ragu untuk mengajak Rahel menjalin hubungan yang lebih serius karena gadis itu tampak menganggapnya hanya sebagai teman saja. Tapi akhirnya cowok itu mencoba berani saja untuk nembak Rahel. Dan gadis itu menerimanya tanpa mengatakan 'aku perlu waktu untuk mikir jawabannya'.
Sungguh jadian yang mulus luar biasa.
Bryan menghela napas. Cowok itu mengubah posisi duduknya menjadi bersandar ke pegangan sofa dengan kaki diluruskan di sofanya itu. Bryan beberapa kali mengetuk-ngetuk jarinya di atas ponsel sebelum akhirnya mengangkat benda pipih itu ke depan wajahnya.
Bryan : Alora
Bryan : gue nungguin chat lo dari tadi
Bryan : kirain abis kita telponan, lo bakal bales chat gue
Bryan : lo lagi ngapain sekarang?
Dalam hati, Bryan berharap agar Alora membalas pesannya dengan cepat mengingta gadis itu biasanya akan memegang ponsel setelah pukul 9 malam. Entah apa saja kegiatannya di rumah sampai-sampai harus mengabaikan ponselnya itu. Bryan rasa, sesibuk apa pun generasi milenial sekarang, ponsel akan selalu ada di dekat mereka.
Semenit kemudian, benda pipih di tangan Bryan bergetar. Wajah cowok itu merekah ketika melihat nama siapa yang tertera di bar notifikasinya.
Alora : sorry ya. Tadi abis telponan gue langsung charge HP. Jadi ga sempet bales chat lo
Alora : gue baru abis main gitar hehe
Alora : lo?
Ujung bibir Bryan tertarik membentuk senyuman. Ah, benar-benar menyenangkan keitka Alora bertanya balik kepadanya. Memang sih gadis itu sudah beberapa kali melakukannya, tapi tetap saja Bryan senang bukan kepalang jika Alora yang melakukannya.
Jika ada orang yang mengeluh kenapa hubungannya dengan si doi begitu-begitu saja, maka Bryan bukanlah salah satunya. Cowok itu benar-benar bersyukur bisa berada di posisi ini sekarang. Ia belum bisa membayangkan jika hubungannya dengan Alora lebih jauh dari ini.
Bryan kembali merunduk pada ponselnya. Jemarinya bergerak di atas layar benda pipih itu, membalas pesan dari Alora.
Bryan : gue lagi mikirin seseorang nih hehe
Bryan : bingung kenapa cepet banget kangen sama dia hehe
Bryan tersenyum ketika balasan dari Alora datang lebih cepat dari sebelumnya.
Alora : samperinlah kalo kangen
Bryan : gatau alamat rumahnya
Alora : tanya ke dia coba
Bryan : alamat rumah lo emang dimana?
Alora : kok jadi nanya ke gue?
Bryan : kan gue kangennya sama lo
Bryan : pengen ketemunya juga sama lo
****
Bryan : kan gue kangennya sama lo
Bryan : pengen ketemunya juga sama lo
Senyum yang sejak tadi bertengger di wajah Alora perlahan memudar ketika membaca sebaris chat dari cowok itu. Matanya meredup begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...