"Alora, Bryan udah nunggu di depan!"
"Iya, Ma. Alora ambil topi dulu!"
Alora buru-buru mengambil topi pramuka di lemari dan menyimpannya di tas yang ia bawa. Gadis itu keluar dari kamar, berpamitan dengan Monika yang ada di dapur bersama Mbak Wati, lalu segera duduk di teras untuk mengenakan sepatu dan kaus kakinya.
Hari ini tepat sudah tiga minggu sejak Bryan resmi menjadi pacarnya. Dua minggu lalu, Bryan datang ke rumah Alora untuk menjemput gadis itu ke tempat lesnya. Cowok itu juga sekaligus bertemu dengan Frans dan Monika yang sekarang selalu di rumah setiap hari Sabtu dan Minggu.
Bryan memberi tahu Frans dan Monika mengenai hubungannya dengan Alora dan kedua orangtua Alora dengan lantang mengatakan bahwa mereka memercayakan putri tunggal mereka itu kepada Bryan.
"Saya percaya kamu bisa jaga Alora dan bisa bikin Alora bahagia. Tapi kalo kamu nyakitin Alora, saya gepengin kamu."
Begitu kata Frans setelah mengetahui hubungan Alora dengan Bryan. Tentu saja Bryan tidak akan berpikir untuk menyakiti gadisnya itu.
Ah, sekarang dia sudah bisa menyebut Alora sebagai gadisnya.
"Hai. Udah lama nunggu?" Alora menghampiri Bryan yang duduk di atas motornya.
"Aku baru sampe. Tante langsung teriakin kamu pas denger suara motorku." Bryan terkekeh.
Sejak minggu lalu sepertinya Monika sudah hapal dengan suara motor Bryan. Wanita selalu langsung memanggil Alora ketika suara khas motor Bryan terdengar dari depan rumahnya. Entah kemampuan dari mana, tapi sepertinya Monika punya telinga yang super tajam.
Alora ikut terkekeh. "Kayaknya dari minggu lalu Mama kayak gitu terus deh."
Bryan tersenyum geli. Cowok itu lalu mengambil helm yang ia simpan untuk Alora. Tangannya terulur memakaikan helm itu di kepala Alora, lalu memasang kaitan helm. "Ayo berangkat."
Alora mengangguk. Tiga minggu ini Bryan memang selalu begitu, jadi Alora sudah cukup terbiasa dengan tindakan cowok itu meski debaran jantungnya juga masih tetap abnormal tiap menerima perlakuan manis dari Bryan.
Bryan duduk di jok motornya, lalu menoleh ke belakang, memastikan Alora sudah duduk dengan baik di belakangnya. "Udah siap?"
"Siap. Ayo berangkat."
Bryan berdeham. Cowok itu lalu menatap Alora. "Gak mau peluk?"
"Ah? Ha?" Pipi Alora memanas mendengar kalimat Bryan. Suara dalam Bryan dan tatapan lekat cowok itu berhasil Alora deg-degan setengah mati.
Bryan tersenyum geli melihat ekspresi Alora dan wajah memerahnya. "Yaudah kapan-kapan aja," ucapnya dengan menjawil ujung hidung Alora. Cowok itu lalu kembali memandang ke depan, menghidupkan, motor, dan mengganti gigi mesinnya.
Bryan menarik gas perlahan. "Nanti kalo mau peluk, langsung peluk aja ya. Pasti aku bolehin kok."
****
Pertemuan komunitas pramuka kota hari ini sangat padat dengan jadwal. Dika membentuk 5 pos hari ini dengan beberapa senior komunitas. Di tiap pos ada sesuatu yang harus dilakukan oleh anggota komunitas yang berhubungan dengan pramuka.
Di pos pertama ada Freya dan Leo yang menguji tentang semaphore dan sandi rumput. Di pos kedua ada Reza dan Ratna yang menguji tentang tali menali dan mini pionerring. Di pos ketiga ada Revan, Fira, dan Arfan yang menguji tentang LKBB. Di pos keempat ada Silvi dan Ridho yang menguji tentang KIM (Kemampuan Indra Manusia). Di pos terakhir ada Dika dan Alfa yang memberi evaluasi kepanitiaan perlombaan kemarin. Dika juga memberikan mini evaluasi tentang komunitas mengingat sudah hampir setahun dari penerimaan anggota baru terakhir untuk tingkat penegak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...