Alora terlambat bangun pagi ini. Gadis itu baru bangun tidur ketika jam menunjukkna pukul 05.45 WIB. Sebenarnya dalam hitungan jam orang-orang pada umumnya, gadis itu sama sekali belum terlambat. Tapi untuk Alora yang biasanya bangun pukul 5 pagi, bangun jam segini benar-benar terlambat.
Usai mandi dan berseragam, Alora buru-buru ke ruang makan. Gadis itu terdiam ketika melihat Frans dan Monika sudah duduk di meja makan.
Alora menghela napas dalam. Inilah alasan kenapa dia lebih sering bangun pukul 5 pagi dan sarapan sebelum pukul setengah enam. Gadis itu tidak mau sarapan bersama dengan kedua orangtuanya. Alora tak nyaman jika pagi-pagi sudah harus mendengar banyak hal yang tak ia suka. Tentang semua 'harus' yang wajib ia penuhi.
Tapi hari ini, alasannya lebih dari itu.
Sekali lagi, Alora menghela napas dalam-dalam sebelum melangkah duduk di ruang makan. Gadis itu membasahi bibir bawahnya, lalu menyapa Frans dan Monika yang sudah sibuk dengan ponsel di sebelah piring makanan mereka. Kedua orangtuanya itu membalas sapaan Alora tanpa mengalihkan fokus mereka dari gadget masing-masing.
Untuk pertama kalinya, Alora sarapan terburu-buru. Gadis itu makan dengan cepat karena tak mau lama-lama berada di satu meja bersama kedua orangtuanya. Alora menyelesaikan sarapannya dalam waktu 5 menit, lalu pamit, dan langsung melangkah keluar rumah menghampiri Pak Muri.
Sepanjang perjalanan, Alora diam memikirkan kejadian tadi malam yang membuatnya cukup terlambat bangun pagi ini.
Flashback on
Alora meneguk ludah ketika Monika duduk di depannya dengan wajah kaku. Lebih kaku dari biasa yang dilihatnya.
Hening beberapa saat. Alora dan Monika sama sekali tidak mengeluarkan suara. Alora memilih menunggu Monika duluan yang memulai percakapan malam ini.
Monika meletakkan ponselnya di meja. Ia menyenderkan punggungnya di senderan sofa. "Kamu ke mana tadi pas pulang sekolah? Kata Pak Muri kamu ada urusan sama temen-temenmu. Belajar?"
Alora terdiam. Dia tahu akan mendapat pertanyaan ini. Tapi ia sama sekali tidak menyangka akan mendapat pertanyaan ini di suara pertama Monika.
Ah, Alora harusnya tidak terkejut. Ia sudah sering mendengar Monika bicara tanpa basa-basi setiap minggunya.
"Mama nanya. Jawab, jangan diem," ucap Monika tegas.
Alora menghela napas. "Alora pergi sama temen-temen, Ma."
"Mama nanya kamu ngapain. Bukan pergi sama siapa."
Alora meneguk ludah samar. "Alora... nonton sama mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUKA IN LOVE ✔
Teen Fiction[C O M P L E T E D] Perangainya membuatku tertarik sejak awal. Dia memang tak secantik gadis-gadis lain yang dengan percaya diri datang padaku, mengajak kenalan, atau bahkan meminta nomor HP. Dia berbeda. Aku bahkan bisa tahu itu sejak awal pertemua...