TUJUH BELAS

2.2K 143 1
                                    

Alora tersenyum tipis ketika mobil yang dikendarai Pak Muri berhenti di tak jauh dari gerbang utama kwarcab. Alora mengucapkan terima kasih sebelum turun dari mobil yang dikendarai Pak Muri. Gadis itu melangkah masuk ke area kwarcab. Sudah ada beberapa teman-teman yang berkumpul di sana. Pertemuan mereka baru akan dimulai setengah jam lagi.

Seminggu ke depan, anggota komunitas pramuka kota akan banyak berkumpul untuk mempersiapkan acara jumpa karya penggalang. Itu artinya seminggu ke depan Alora akan banyak bertemu dengan cowok itu di tempat ini.

Jumpa karya penggalang akan diadakan di area kwarcab yang memang lumayan besar. Senior dari komunitas dan juga beberapa anggota lain sudah menyulap area kwarcab menjadi dua kelurahan, kelurahan pramuka putra dan kelurahan pramuka putri.

Di setiap kelurahan ada dua buah tenda besar yang didirikan. Satu untuk panitia yang bertugas jaga, sementara satu lainnya untuk meletakkan keperluan jumpa karya dan untuk istirahat panitia yang sedang tidak bertugas.

Langkah Alora terhenti ketika lengannya ditahan seseorang. Awalnya gadis itu mengira bahwa pelakunya adalah cowok itu. Tapi ketika berbalik, yang ia temukan bukanlah wajah tampan milik Bryan, melainkan Viola.

Alora mengernyit. "Kenapa, Vi?"

Viola menatap sinis. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Gue baru tau dari Kak Ratna kalo lo pernah makan bareng sama Bryan di SMA Cendekia, sekolah Bryan. Bener?"

Alora merutuk dirinya dalam hati. Seharusnya gadis itu tahu kalau membawa Bryan ke depan Ratna waktu itu akan berdampak seperti ini. Ratna dan Viola itu sama-sama gadis cantik yang diidamkan banyak lelaki di SMA Bhinneka. Tentu keduanya juga punya hubungan yang cukup baik sebagai kakak kelas dan adik kelas.

Kalau Ratna sudah memberi tahu Viola, artinya berita itu bisa saja sudah menyebar di antara teman-teman yang lain.

"Kenapa lo diem? Gue suruh jawab!"

Alora tersentak kecil. Gadis itu mengulum bibirnya sekilas. "I-iya."

Viola melebarkan mata, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Harusnya Viola tidak perlu terkejut karena cowok yang dideskripsikan kakak kelasnya tadi sangat mirip dengan Bryan.

Berpakaian pramuka, pradana di SMA Cendekia, dan tampan. Tentu saja itu Bryan.

Hanya saja Viola tak percaya kalau cowok tampan idamannya itu ternyata punya kedekatan dengan gadis terculun di sangganya.

"Lo jangan ngarang!" geram Viola. Gadis itu meninggikan suaranya tanpa sadar. Untung jarak mereka dengan kumpulan teman-teman yang lain cukup jauh.

"Ya udah kalo lo gak percaya." Alora berbalik ingin melangkah. Kenapa juga Viola harus bertanya kalau gadis itu ujung-ujungnya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Alora.

Viola tertegun sesaat sebelum meraih lengan Alora lagi. "Lo gak usah songong ya, Ra. Jangan karena Bryan deket sama lo terus lo pikir lo bakalan keren. Enggak sama sekali! Yang ada elo tuh rusakin citra Bryan di depan banyak orang!" ucapnya tajam. "Lo pikir Bryan suka sama lo? Ngaca, Ra! Lo tuh cuma—"

"Iya, gue emang suka sama dia. Kenapa?"

Alora dan Viola sama-sama tersentak ketika suara serak dalam itu terdengar. Keduanya menoleh, menemukan Bryan berdiri dengan jarak sekitar semeter dari posisi mereka.

Viola tergagap. Gadis itu berdeham, berusaha mengendalikan garis wajahnya. "Eh, Bryan. Lo udah dateng ya? Ayo gabung sama yang lain." Alora melangkah mendekat. Gadis itu meraih lengan Bryan, mengamitnya untuk beranjak.

Bryan melepas pegangan Viola pada lengannya. Cowok itu berdiri menghadap Viola dan memberikan senyuman manisnya. Bryan memajukan wajah, berbisik pada gadis cantik itu. "Kalo gue yang suka sama Alora, lo mau apa? Gue gak peduli apa pun yang lo bilang tentang dia," ucap Bryan. "Intinya gue udah jatuh cinta sama dia. Lo gak bisa ubah itu."

PRAMUKA IN LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang