2

409 46 2
                                    

Yeorin.

Aku menghapus air mataku dan memaksakan diri untuk mengambil nafas dalam. Aku tidak boleh menyerah sekarang. Aku tidak menyerah ketika aku duduk memegang tangan Ibuku saat beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Aku tidak menyerah saat mereka membaringkannya di tanah yang dingin. Dan aku tidak menyerah ketika aku menjual satu-satunya rumahku.

Aku tidak akan menyerah sekarang.

Aku bisa melaluinya.

Aku tidak punya cukup uang untuk menyewa kamar hotel tapi aku punya mobil ini. Aku bisa tinggal di mobilku. Mencari tempat aman untuk memarkirnya di malam hari mungkin akan menjadi satu-satunya masalahku.

Kota ini kelihatannya cukup aman tapi aku sangat yakin jika mobil tua di parkir disembarang tempat akan menarik perhatian. Aku akan melihat polisi mengetuk jendelaku bahkan sebelum aku tidur.

Aku akan menggunakan dua puluh ribu won terakhirku untuk mengisi bensin. Kemudian aku bisa mengemudikan mobilku ke pusat kota dimana tidak akan ketahuan di tempat parkir.

Mungkin aku bisa memarkirnya di belakang restoran dan mendapat kerja juga di sana. Aku tidak perlu bensin untuk pulang pergi ke tempat kerja. Perut keronconganku mengingatkanku kalau aku belum makan sejak pagi tadi. Aku akan menghabiskan beberapa ribu won untuk makan. Dan berdoa semoga aku akan mendapatkan kerja esok hari.

Aku akan baik-baik saja.

Aku memutar kepalaku untuk memeriksa di belakangku sebelum aku menghidupkan mesin mobil dan mundur.

Sepasang mata menatapku.

Sebuah teriakan kecil lolos dariku sebelum aku tahu kalau itu adalah Jimin. Apa yang dia lakukan berdiri di luar mobilku?

Apakah dia meyakinkan dirinya kalau aku telah meninggalkan rumahnya?

Aku benar-benar tidak mau berbicara lagi dengannya. Aku mengalihkan tatapanku untuk keluar dari tempat ini sebelum dia mengangkat alis matanya padaku.

Apa maksudnya?

Aku tidak tahu apa?

Aku benar-benar tidak peduli. Meskipun dia terlihat sangat seksi saat melakukannya. Aku mulai menghidupkan mesin lagi tapi tiba-tiba meraung, aku mendengar bunyi klik dan senyap.

Oh tidak. Jangan sekarang. Tolong jangan sekarang.

Aku menggoncangkan kunci dan berdoa kalau aku salah. Aku tahu alat pengukur bensinku rusak tapi aku melihat alat pengukur jarak. Aku seharusnya tidak kehabisan bensin. Aku masih punya beberapa mil lagi. Aku tahu aku bisa.

Aku menghantamkan telapak tanganku pada setir dan memaki mobil dengan beberapa pilihan nama tapi tidak terjadi apa-apa. Aku terjebak.

Apakah Jimin akan menelpon polisi?

Dia ingin aku keluar dari rumahnya jadi dia keluar untuk memastikan aku sudah pergi. Sekarang aku tidak bisa pergi apakah dia akan membuatku ditangkap?

Atau yang lebih buruk, memanggil mobil derek. Aku tidak punya uang untuk mendapatkan kembali mobilku jika dia melakukannya. Paling tidak di penjara aku dapat makan dan tempat tidur.

Menelan gumpalan yang tersangkut ditenggorokanku aku membuka pintu dan berharap yang terbaik.

"Ada masalah?" Tanya Jimin.

Aku ingin berteriak histeris dalam frustasi. Namun, aku memutuskan untuk mengangguk.

"Aku kehabisan bensin."

Jimin mendesah.

Aku tidak berbicara. Aku memutuskan untuk menunggu keputusan yang menjadi pilihan terbaik di sini. Aku bisa saja memohon dan membela diri setelahnya.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang