44

216 26 9
                                    

-Yeorin-

Hari pertama kembali bekerja dan Taehyung menugaskanku di ruang makan. Untuk shift sarapan dan makan siang.

Tidak baik.

Aku berdiri di luar dapur secara mental mempersiapkan diri untuk tidak berpikir tentang bau masakan. Bangun pagi disertai mual, aku memaksakan diriku untuk makan dua biskuit asin dan minum beberapa Ginger-ale, hanya itu yang bisa masuk ke perutku.

Saat aku berjalan memasuki dapur, bau masakan masuk ke hidungku. Bacon… Oh Tuhan, daging babi asap itu…

“Kau tahu rasanya menyenangkan kalau kau sebenarnya disuruh bekerja disana,” gumam Baekhyun dari belakangku.

Aku berbalik, terkejut dari konflik di batinku dan melihat dia tersenyum geli kepadaku.

“Para juru masak tidak begitu buruk. Kau akan bisa mengatasi teriakannya dalam waktu yang singkat. Selain itu, terakhir kali kau membuat mereka melakukan apapun yang kau minta.”

Aku memaksakan diri untuk tersenyum.

“Kau benar. Aku bisa melakukan ini. Kurasa, aku hanya belum siap pada orang-orang yang akan mengajukan pertanyaan kepadaku.” Sebenarnya bukan itu tepatnya namun hal itu juga bukan suatu kebohongan.

Baekhyun membuka pintu dan bau masakan menusuk hidungku. Telur, bacon, sosis, lemak. Oh, tidak. Tubuhku tiba-tiba keluar keringat dingin dan perutku seperti diaduk-aduk.

“Aku, hmm, ingin ke kamar kecil dulu,” jelasku dan berjalan menuju toilet karyawan secepat yang aku bisa tanpa harus berlari. Hal itu akan terlihat lebih mencurigakan.

Aku menutup pintu di belakangku dan suara klik pintu tertutup saat aku berlutut di lantai keramik yang dingin. Aku meraih toilet ketika semua yang aku makan tadi malam dan pagi ini kembali keluar.

Aku terus muntah tapi sudah tidak ada lagi yang keluar kemudian aku berdiri masih merasa lemas. Aku membasahi tisu towel untuk membersihkan wajahku. T-shirt polo putihku melekat di badanku karena keringat yang keluar di seluruh tubuhku. Aku perlu mengganti kaosku.

Aku berkumur dengan obat kumur yang ada di atas meja dan meluruskan kaosku sebaik mungkin. Barangkali tak seorangpun akan memperhatikan. Aku bisa melakukan ini. Aku cukup menahan napasku sementara aku berada di dapur. Itulah yang akan aku lakukan. Aku mengambil napas dalam-dalam setiap kali akan memasuki dapur. Aku harus mengatasi hal ini.

Ketika aku membuka pintu, mataku terpaku pada Taehyung. Dia berdiri bersandar di dinding menghadap toilet dengan tangan disilangkan di dadanya sedang mengamati aku. Aku terlambat bekerja.

“Maafkan aku. Aku tahu aku terlambat. Aku hanya butuh istirahat sebentar sebelum aku mulai bekerja. Aku berjanji ini tidak akan terjadi lagi. Aku akan pulang terlambat untuk menebusnya-“

“Kantorku. Sekarang,” bentaknya dan berbalik berjalan menyusuri lorong.

Detak jantungku semakin naik dan aku mengikuti dengan cepat di belakangnya. Aku tidak ingin Taehyung marah padaku. Aku menginginkan pekerjaan ini selama beberapa bulan ke depan. Saat ini aku berbicara pada diriku sendiri ingin tetap tinggal disini dan memikirkan apa yang harus dilakukan, aku benar-benar tidak ingin pergi.

Belum.

Taehyung membuka pintu untukku dan aku melangkah masuk.

“Aku benar-benar minta maaf. Tolong jangan memecatku. Aku hanya-“

“Aku tidak memecatmu.” Taehyung menyela kata-kataku.

Oh…

“Apa kau sudah menemui dokter? Aku menduga itu Jimin. Apakah dia tahu? Karena jika dia sudah tahu dan kau disini bekerja padaku dalam kondisi seperti ini, aku sendiri yang akan mematahkan leher sialan-nya itu.”

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang