75

166 19 8
                                    

Jimin.

Yeorin tidak akan setuju dengan ideku untuk tinggal di kamar telanjang sepanjang hari. Dia bersikeras kami harus berpakaian dan menemani Ayahku.

Aku berpendapat Ayah memahami keinginanku untuk tetap tinggal bersama Yeorin, tapi dia tidak setuju. Terbukti bahwa sedikit sekali yang dia ketahui mengenai kehidupan ayahku.

Aku meninggalkannya yang sedang mengeringkan rambutnya dan menuju lantai bawah untuk membuat sarapan. Dia tidak makan banyak tadi malam di pesta, kemudian dia pulang dan pergi tidur sebelum dia makan lagi.

Ayah berdiri di dapurku, menarik keluar beberapa barang dari kulkas dan meletakkannya di konter. Aku berdiri di sana dan menyaksikan dia sejenak, mencoba untuk mencari tahu apa yang dia lakukan. Dia mengeluarkan susu kemudian berhenti dan melihat ke arahku.

"Selamat pagi. Aku tidak yakin kau akan keluar dari kamar tidur hari ini, melihat caramu mengejarnya ke lantai atas semalam ketika dia pergi. Aku bermaksud menggoda kalian dengan sarapan."

Aku bersandar pada meja dan menyilangkan tangan di depan dada.

"Aku mencoba untuk menahannya di lantai atas bersamaku. Dia bersikeras kami harus datang menemuimu," aku menjelaskan.

Ayah terkekeh. "Like Father, Like Son."

"Aku tidak sepertimu. Wanita yang aku hamili kebetulan memiliki hatiku. Aku akan menikahinya dan menghabiskan sisa hidupku melakukan semua yang aku bisa untuk membuatnya tersenyum."

Ayah menutup pintu kulkas dan menatapku. Aku tahu dia tidak mengira kata-kata seperti itu keluar dari mulutku. Terakhir kali aku menghabiskan waktu bersamanya, aku punya seorang gadis yang berbeda di tempat tidur setiap malam.

"Apa yang membuat dia berbeda? Kau telah bersama dengan banyak gadis. Mengapa dia?" Jika ia tidak secara jujur ingin tahu, aku pasti marah. Tapi dia hanya tahu aku sebelum Yeorin.

"Ketika dia masuk ke rumahku pertama kalinya dan aku meletakkan pandanganku padanya, aku tertarik padanya. Itu bagian yang mudah. Tapi kemudian aku mengenalnya. Dia tidak seperti gadis lain yang pernah kukenal. Dia begitu bertekad ketika ia seharusnya menyerah. Hidupnya telah memberikannya kebohongan dan dia berjuang untuk hidup. Dia tidak akan mundur atau menyerah. Aku mengaguminya. Lalu aku merasakannya dan aku tenggelam. Dia adalah segalanya yang aku inginkan."

Senyum tipis tersebar di wajah Ayah dan kemudian dia mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Kurasa kau tahu lebih banyak tentang kehidupan dari orang tuamu, karena tidak ada wanita yang pernah membuatku merasa seperti itu. Aku senang kau menemukannya. Itu langka nak, jadi pertahankan. Itu tidak akan datang lagi."

Aku tidak pernah bermaksud untuk melepaskannya. Ayah melihat ke sekeliling ruangan. "Di mana mangkuk? Aku akan membuatkan ibu dari cucuku beberapa telur orak-arik."

Hatiku serasa diperas. "Rak kedua di sebelah kiri kompor."

"Kau harus memberinya bacon. Dia membutuhkan protein," katanya sambil menurunkan mangkuk.

Aku tidak akan berdebat. Aku selalu memastikan Yeorin makan dengan baik di pagi hari.

"Dia akan menginginkan waffle juga. Aku punya cetakan waffle untuknya," kataku padanya.

Ayah mengangguk. "Senang mengetahui bahwa kau merawatnya."

Kami bekerja dalam diam selama beberapa menit. Aku ingin bertanya tentang Hyunji dan ayahnya tapi aku tidak ingin Yeorin berjalan ke sini dan itu menjadi hal pertama yang dia dengar. Aku suka Yeorin menikmati sarapannya. Berbicara tentang Hyunji tidak pernah menjadi pengalaman yang menyenangkan.

"Tahukah kau bahwa Hoseokie menemui Hyunji," kata Ayah sambil mengocok telur.

Aku membeku. Apa? Apakah yang aku dengar darinya itu benar?

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang