-Yeorin-
Aku belum lama tertidur saat telepon berdering. Saat ini masih tengah malam dan hanya beberapa orang yang memiliki nomerku. Perutku melilit saat aku meraih ponselku. Itu dari Jimin.
“Halo,” kataku hampir takut pada apa yang akan dia katakan padaku.
“Hei, ini aku.” Suaranya seperti dia baru saja menangis.
Ya Tuhan tolong jangan biarkan Hyunji meninggal.
“Apakah dia baik-baik saja?” tanyaku, berharap kali ini Tuhan benar-benar mendengar doaku.
“Dia akhirnya bangun. Dia sedikit bingung tapi dia mengenaliku saat dia membuka mata jadi memorinya baik-baik saja.”
“Oh terima kasih Tuhan.” Aku duduk di ranjang dan memutuskan bahwa aku perlu berdoa lebih sering.
“Maafkan aku, Yeorin. Aku benar-benar minta maaf.” Suaranya serak.
Aku dapat merasakan rasa sakit dalam kata-katanya dan aku tak perlu menanyakan apa maksudnya. Ini saatnya. Dia hanya tak dapat mengatakannya.
“Tak apa-apa. Rawat saja Hyunji. Aku benar-benar bahagia dia baik-baik saja Jim. Kau mungkin tak percaya itu tapi aku mendoakannya. Aku ingin dia baik-baik saja.”
Aku perlu dia mempercayaiku. Bahkan jika tak ada cinta antara Hyunji dan aku, Hyunji penting untuknya.
“Terima kasih,” katanya. “Aku akan pulang. Aku akan berada di rumah tak lebih dari besok malam.”
Aku tak yakin apakah ini artinya dia ingin aku sudah pergi pada saat dia datang atau apakah dia ingin berpamitan secara langsung. Lari akan jauh lebih mudah. Tak harus berhadapan dengannya. Ini sudah cukup menyakitkan lewat telepon. Melihat wajahnya akan sangat sulit tapi aku tak dapat membiarkannya menghancurkanku. Aku memiliki bayi kami untuk dipikirkan. Ini bukan hanya tentangku lagi.
“Aku akan menunggumu kalau begitu,” jawabku.
“Aku mencintaimu.”
Mendengar kalimat itu lebih menyakitkan dari apapun.
Aku ingin mempercayainya tapi itu tak cukup. Rasa cinta yang mungkin dia rasakan padaku tidaklah cukup.
“Aku juga mencintaimu,” aku menjawab dan menutup telepon sebelum aku bergelung dan menangis sampai tertidur.
.
.
.Bel pintu berdering saat aku baru saja keluar dari kamar mandi. Aku meraih pakaian yang telah kusiapkan dan segera berpakaian sebelum membungkus rambutku dengan handuk dan segera ke lantai bawah.
Saat aku membuka pintu dan melihat ayahku berdiri di sana aku tak yakin harus berpikiran apa. Apakah Jimin mengirimnya untuk mengusirku?
Tidak. Jimin tak mungkin melakukannya. Tapi kenapa dia di sini?
“Hey, sayang. Aku, hmm, datang untuk berbicara padamu.” Dia terlihat seperti sudah tak tidur selama beberapa hari dan pakaiannya kusut.
Melihat putri yang benar-benar dia cintai di rumah sakit pasti sangat berat untuknya. Aku membuang jauh-jauh perasaan pahit itu. Aku tak akan berpikiran tentang itu. Dia adalah ayah Hyunji juga. Setidaknya dia ada untuknya sekarang bahkan jika dia mengacaukan hidup Hyunji di awal kehidupannya.
“Tentang apa?” tanyaku, tanpa bergerak untuk mengizinkannya masuk. Aku tak yakin ingin mendengar apapun yang akan dia katakan.
“Ini tentang Hyunji… dan kau.”
Aku menggelengkan kepalaku.
“Aku tak peduli. Aku sedang tidak ingin mendengar apapun yang akan kau katakan. Putrimu sudah bangun. Aku senang dia tidak meninggal.” Aku mulai menutup pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Too Far (PJM)
Romance(completed) Yeorin baru saja berumur dua puluh tahun. Yeorin adalah putri ayah tiri Jimin yang baru. Yeorin masih naif dan polos karena menghabiskan tiga tahun terakhir merawat ibunya yang sakit. Tapi untuk Park Jimin yang berusia dua puluh tujuh...