-Yeorin-
Jantungku berdetak begitu keras jadi aku yakin dia bisa mendengarnya. Ini akan jadi ide yang buruk. Dekat dengannya begitu membingungkan. Mudah melupakan siapa dia. Membiarkan dia menyentuhku, meskipun hanya di wajahku, membuatku merasa ingin menangis. Aku ingin lebih dari itu. Aku merindukannya.
Segala tentangnya dan aku berbohong jika pemikiran dekat dengannya sepanjang hari tidak akan membuatku terjaga sepanjang malam.
Jimin menyalakan radio ketika aku tidak berbicara apapun. Aku seharusnya mengatakan sesuatu setelahnya tapi apa? Bagaimana aku menjawabnya tanpa membuat kami berdua lebih tersakiti?
Mengatakan padanya aku merindukannya dan aku menginginkannya tidak akan membuat hal ini lebih mudah. Ini akan menjadi lebih sullit.
Ketika ponselnya berdering layar komputer di mobilnya menampilkan nama 'Hoseok hyung'. Jimin menekan sebuah tombol dan mengangkat panggilannya.
"Hei," katanya di telepon.
Aku menoleh padanya ketika dia tidak menatapku lagi. Garis kerutan keras di wajahnya membuat ku sedih. Aku tidak ingin kerutan itu disana.
"Yeah, kami sedang di jalan," jawabnya di telepon. "Jangan berfikir ini adalah ide yang bagus. Aku akan meneleponmu saat aku kembali."
Rahangnya mengetat dan aku tahu apa pun yang Hoseok katakan telah membuatnya marah.
"Ku bilang tidak," Dia menggeram dan mengakhiri panggilan sebelum melemparkan telepon genggamnya pada cup holder.
"Kau baik-baik saja?" tanyaku sebelum aku bisa memikirkannya.
Dia menyentakkan kepalanya untuk menatapku. Itu seolah mengejutkannya bahwa aku berbicara padanya.
"Hmm, yeah. Aku baik-baik saja," jawabnya dengan nada yang lebih tenang kemudian mengarahkan tatapannya kembali ke jalan.
Aku menunggu selama beberapa menit kemudian memutuskan untuk mengatakan sesuatu tentang apa yang akan dia katakan padaku. Jika aku tidak mulai membicarakan ini dengannya, kami mungkin saja akan selalu merasakan kesunyian yang aneh diantara kami.
Meskipun aku akan pergi dalam empat bulan dan tidak pernah melihat dia lagi. Tidak, aku akan melihatnya lagi. Aku akan melakukannya, bukan?
Bisakah aku sama sekali tidak mengatakan padanya tentang bayi ini?
Aku mendorong pikiran itu kembali. Aku belum pergi ke dokter. Aku akan melewati semua masalah itu saat kami mengetahuinya. Meskipun aku muntah lagi ketika aku membuka tempat sampah dan mencium bau ikan goreng yang ditinggalkan Seokjin semalam.
Aku tidak biasanya begitu sensitif. Teh jahe panas yang sudah ku minum ketika Jimin menjemputku telah membantuku meredakan perutku. Aku menganggap seolah tes kehamilan itu salah atau benar.
"Tentang apa yang kau katakan sebelumnya. Aku, hmm, aku benar-benar tak tahu bagaimana menanggapinya. Maksudku, aku tahu bagaimana perasaanku dan bagaimana aku berharap semua berbeda meskipun tidak. Aku ingin kita... Aku ingin kita mencari cara untuk menjadi teman... mungkin. Aku tidak tahu. Itu terdengar begitu bodoh. Setelah semuanya." Aku berhenti karena usahaku berbicara padanya tentang masalah ini terdengar seolah bertele-tele.
Bagaimana kami bisa menjadi teman? Itulah bagaimana ini semua bermula dan aku jatuh cinta dengannya dan hamil dengan pria yang tidak bisa membangun masa depan denganku.
"Aku akan jadi apa pun yang kau inginkan, Rin. Hanya saja, jangan jauhi aku lagi. Kumohon."
Aku mengangguk.
Oke. Aku beri waktu tentang pertemanan ini. Kemudian... aku akan mengatakan padanya tentang bayi ini. Dia akan pergi jauh atau menjadi bagian dari hidup bayi kami. Yang manapun itu, aku butuh waktu untuk menyiapkan diri. Karena aku tidak akan membiarkan anakku berhubungan dengan keluarganya, tidak akan pernah. Hal itu bukanlah pertanyaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Too Far (PJM)
Romance(completed) Yeorin baru saja berumur dua puluh tahun. Yeorin adalah putri ayah tiri Jimin yang baru. Yeorin masih naif dan polos karena menghabiskan tiga tahun terakhir merawat ibunya yang sakit. Tapi untuk Park Jimin yang berusia dua puluh tujuh...