51

218 30 13
                                    

-Jimin-

Kakiku terpaku ke tanah. Bahkan saat aku melihat Yeorin lari dariku aku tidak dapat bergerak.

Apakah aku baru saja bermimpi?

Apakah itu halusinasi putus asa?

Apakah aku bertambah buruk?

"Jika kau tidak pergi mengejarnya, aku yang akan melakukannya." Suara Taehyung memecah pikiranku dan aku tersadar dari kabut keterkejutanku.

"Mwo?" tanyaku, melotot padanya.

Aku membencinya. Memukul wajahnya adalah sesuatu yang aku bayangkan sekarang.

"Aku berkata, jika kau tidak mengejarnya, aku yang akan melakukannya. Dia membutuhkan seseorang sekarang. Aku sangat tidak ingin itu kau karena aku berpikir kau tidak berhak mendapatkan dia walaupun itu milikmu."

Apakah dia tahu bahwa Yeorin hamil?

Darahku mulai mendidih.

Apakah Yeorin mengatakan pada Taehyung bahwa dia hamil dan tidak mengatakannya padaku?

"Aku di sini saat pagi pertama dia mencoba untuk bekerja dan bau bacon membuatnya berjuang ke kamar mandi untuk muntah. Jadi, ya aku sudah tahu. Singkirkan tatapan posesif gila dari matamu dan pergilah untuk mengejarnya." Nada Taehyung memaksa dengan memuakkan.

"Dia sakit?" aku tidak tahu dia sakit.

Dadaku sakit. Dia sakit sendirian. Aku meninggalkan dia sendirian dan dia menderita. Udara tidak masuk ke paru-paruku.

"Ya, kau bajingan bodoh, dia sakit. Itu terjadi pada situasinya. Tetapi dia sudah lebih baik. Sekarang aku akan pergi dan mengejarnya. Menyingkirlah," Taehyung memperingatkan.

Aku mendadak berlari.

Tidak sampai aku keluar dari gedung di bagian belakang dan melihat ke bukit di mana aku menemukannya. Dia masih berlari. Menuju ke rumah. Dia kembali ke tempatnya. Aku mengejarnya. Dia hamil.

Bolehkah dia berlari seperti ini?

Bagaimana jika itu buruk untuk bayi? Dia harus pelan-pelan.

"Yeorin, berhenti. Tunggu," aku berteriak ketika aku cukup dekat.

Dia melambat dan akhirnya berhenti saat aku menangkapnya.

"Maafkan aku," dia terisak dengan wajahnya di tangannya.

"Untuk apa kau minta maaf?" tanyaku, menutup jarak di antara kami dan menarik dia kepadaku.

Aku tidak khawatir tentang menakutinya lagi. Aku tidak akan membiarkan dia pergi kemanapun.

"Ini. Segalanya. Kehamilanku," bisiknya, kaku di lenganku.

Dia minta maaf. Tidak. Dia tidak seharusnya meminta maaf untuk itu.

"Kau tidak punya apapun untuk dimaafkan. Jangan pernah meminta maaf padaku lagi. Apa kau mendengarku?"

Beberapa tekanan pada tubuhnya mereda dan dia bersandar padaku.

"Tetapi aku tidak memberitahumu."

Tidak, dia tidak memberitahuku tetapi aku mengerti. Itu menyakitkan tetapi aku mengerti.

"Aku berharap kau melakukannya. Aku tidak seharusnya membiarkanmu sakit sendirian. Aku seharusnya menjagamu. Aku akan menjagamu sekarang. Aku akan siap untuk itu. Aku janji."

Yeorin menggelengkan kepalanya dan menjauh dariku.

"Tidak. Aku tidak bisa. Kita tidak bisa melakukan ini. Aku tidak memberitahumu karena suatu alasan. Kita... kita perlu bicara."

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang