11

266 39 0
                                    

Yeorin.

Aku menghabiskan sandwich selai kacang terakhirku dan membersihkan remah-remahnya dari pangkuanku.

Sepertinya aku harus segera pergi ke toko makanan dan membeli makanan baru. Sandwich selai kacang ini sudah hampir kadaluarsa.

Aku libur hari ini dan bingung mau mengerjakan apa. Aku berbaring di tempat tidur memikirkan Jimin dan betapa bodohnya aku malam itu.

Apa yang dilakukannya untuk meyakinkanku kalau dia hanya ingin berteman denganku?

Jimin mengucapkan itu padaku lebih dari sekali. Aku harus berhenti berupaya agar Jimin melihatku lebih dari sekedar teman. Aku melakukan itu tadi malam. Seharusnya itu tidak kulakukan. Jimin tidak ingin menciumku. Aku bahkan tidak percaya aku memohon padanya untuk menciumku.

Aku membuka pintu pantry dan melangkah ke dalam dapur. Wangi dari bacon menyeruak di hidungku dan jika saja bukan Jimin yang sedang berdiri di depan kompor hanya dengan celana piyamanya saja, aku pasti sudah menikmati aroma kelezatan ini. Pemandangan indah dari punggung telanjang Jimin sudah mengusir aroma bacon.

Jimin menoleh dari bahunya dan tersenyum.

“Selamat pagi. Hari ini pasti hari liburmu.”

Aku mengangguk dan berdiri disana memikirkan apa yang seorang teman seharusnya katakan. Aku tidak mau mematahkan aturannya lagi. Aku akan mengikuti aturannya. Lagi pula aku akan segera pergi dari sini.

“Baunya harum,” balasku.

“Keluarkan dua piring. Aku membuat bacon yang paling enak.”

Sekarang aku berharap aku tidak memakan sandwich selai kacang tadi.

“Aku sudah makan, tapi terima kasih sebelumnya.”

Jimin menurunkan garpunya dan berpaling menghadapku. “Bagaimana bisa kau sudah makan? Kau baru saja bangun.”

“Aku menyimpan selai kacang dan roti di kamarku. Aku baru saja makan itu sebelum aku kesini.”

Dahi Jimin berkerut mencerna kata-kataku. “Kenapa kau menyimpan selai kacang dan roti di kamarmu?”

Karena aku tidak ingin teman-temannya yang banyak itu menghabiskan makananku. Tapi, tentu saja, tidak mungkin aku mengatakan itu.

“Ini bukan dapurku. Aku menyimpan semua barang-barangku di kamar.”

Tubuh Jimin menegang dan aku berpikir apa yang salah dengan kata-kataku yang membuatnya marah.

“Apa kau baru saja memberitahuku bahwa kau hanya makan roti dan selai kacang saat kau berada disini? Begitu? Kau membelinya dan menyimpannya di kamarmu dan hanya itu yang kau makan?”

Aku mengangguk, tidak yakin kenapa hal ini dipermasalahkan.

Jimin memukul tangannya ke atas meja dapur dan membalikkan wajahnya ke arah bacon sambil memaki pelan.

“Kemasi semua barang-barangmu dan pindah keatas. Ambil kamar mana saja di hall sebelah kiri. Buang selai kacang sialan itu dan makan apapun yang kau ingin makan di dapur ini.”

Aku tidak bergerak. Aku tidak yakin dari mana datangnya reaksi ini.

“Yeorin! jika kau ingin tinggal di sini, cepat pindahkan pantatmu ke atas sekarang. Lalu turun ke bawah sini dan makan sesuatu dari lemari es ku sambil aku lihat.”

Jimin marah. Padaku?

“Kenapa kau ingin aku pindah ke atas?” Tanyaku penasaran.

Jimin menjatuhkan potongan terakhir baconnya ke atas kertas tissue dan mematikan kompor gas sebelum menoleh ke arahku.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang