-Jimin-
Sudah tiga minggu, empat hari, dan dua belas jam sejak aku melihatnya. Sejak dia menghancurkan hatiku. Jika aku mabuk, aku menyalahkan alkohol. Itu pasti hanya khayalan, khayalan yang menyedihkan.
Tapi aku belum mabuk. Tidak setetes pun. Tidak ada yang salah pada Yeorin. Itu memang dia. Yeorin memang benar-benar di sini. Yeorin kembali ke Busan. Yeorin ada di rumahku.
Aku telah menghabiskan lima jam semalam mengemudi seluruh tempat sialan untuk mencari Seonjoo berharap dia akan membawaku pada Yeorin. Tapi aku tidak menemukan keduanya. Kembali ke rumah dan menerima kekalahan, sangat menyakitkan. Aku telah meyakinkan diriku bahwa Seonjoo masih di Paju bersama Yeorin.
Mungkin pesan dari Seonjoo adalah pesan ketika mabuk dan tidak lebih.
Aku terpana melihatnya. Yeorin lebih kurus dan aku tidak menyukainya. Apakah dia tidak makan?
Apakah dia sakit?
"Hai, Jim," katanya, memecah kesunyian. Bunyi suaranya hampir meluluhkanku. Ya Tuhan, aku merindukan suaranya.
"Yeorin." Aku berhasil mengucapkannya, takut bahwa aku akan menakutinya hanya dengan berbicara.
Yeorin mengulurkan tangannya ke atas dan membalutkan sehelai rambutnya di jarinya dan menariknya dengan sedikit keras. Dia gugup. Aku tidak menyukai fakta bahwa aku membuat dia gugup. Tapi apa yang bisa aku lakukan untuk membuat ini menjadi lebih mudah?
"Bisakah kita berbicara?" tanyanya lembut.
"Ya." Aku melangkah mundur untuk membiarkan dia masuk. "Masuklah."
Yeorin berhenti dan melirikku menuju rumah. Rasa takut dan rasa sakit yang terpancar di matanya membuatku diam-diam mengutuk diriku sendiri. Yeorin telah terluka di sini. Dunianya telah hancur di rumahku.
Sialan. Aku tidak ingin Yeorin merasa seperti itu tentang rumahku.
Tidak ketika ada kenangan bagus juga di sini.
"Apakah kau sendirian?" tanya Yeorin. Matanya berpindah kembali menatapku.
Yeorin tidak ingin melihat ibuku atau ayahnya. Aku mengerti sekarang. Ini bukan tentang rumah.
"Aku memaksa mereka untuk pergi di hari kau pergi." Aku membalas, menatapnya dengan hati-hati.
Matanya membelalak. Kenapa ini mengejutkannya?
Tidakkah Yeorin mengerti?
Yeorin datang pertama. Aku sudah memberitahunya di kamar hotel itu.
"Oh. Aku tidak tahu..." Yeorin berhenti.
Kami berdua tahu dia tidak tahu karena Yeorin menyingkirkanku dari hidupnya.
"Hanya aku. Kecuali untuk kunjungan sesekali Hoseok Hyung, selalu hanya aku."
Yeorin harus tahu aku belum pindah. Aku tidak pindah.
Yeorin berjalan ke dalam rumah dan aku mengepalkan tangan menjadi genggaman ketika aroma familiar manis mengikutinya.
Begitu banyak malam aku duduk disini dan bermimpi melihatnya berjalan kembali dalam hidupku.
Duniaku.
"Bisakah aku mengambilkanmu sesuatu untuk diminum?" tanyaku, berpikir bagaimana aku benar-benar ingin meminta Yeorin untuk berbicara denganku.
Untuk tinggal denganku. Untuk memaafkanku.
Yeorin menggelengkan kepalanya dan berbalik untuk menatapku.
"Tidak. Aku baik-baik saja. Aku... aku hanya... aku berada di kota dan..." Yeorin mengernyitkan hidungnya dan aku melawan dorongan untuk meraih dan menyentuh wajahnya. "Apakah kau memukul Jihoon?"
Jihoon. Sialan. Dia tahu tentang Jihoon. Apakah dia di sini untuk membicarakan Jihoon?
"Dia menanyakan sesuatu yang tidak seharusnya. Mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya." Jawabku melalui gigi terkatup.
Yeorin menghela napasnya.
"Aku hanya bisa membayangkan," Yeorin bergumam dan menggelengkan kepalanya. "Maafkan aku dia datang ke sini. Dia tidak memikirkan sesuatu dengan keseluruhan. Dia hanya bertindak impulsif."
Yeorin tidak membelanya. Yeorin meminta maaf untuk Jihoon. Itu bukan tugasnya. Bajingan bodoh itu bukan tanggung jawabnya atau salahnya.
"Jangan meminta maaf untuknya, Rin. Itu membuatku ingin memburunya." Aku menggeram, tidak mampu mengontrol reaksiku.
"Itu salahku dia ke sini, Jim. Makanya aku meminta maaf. Aku menyinggung perasaannya dan dia mengira itu semua gara-gara kau jadi dia ke sini sebelum membicarakannya denganku."
Membicarakannya dengan dia? Apa yang Jihoon perlu bicarakan dengannya?
"Dia harus mundur. Kalau dia terlalu-"
"Jim. Tenanglah. Kami teman lama. Tidak lebih. Aku memberitahunya beberapa hal yang aku ingin katakan dari dulu. Dia tidak menyukainya. Aku kejam tapi aku harus mengatakannya. Aku lelah untuk melindungi perasaannya. Dia mendesakku terlalu jauh. Hanya itu."
Aku mengambil napas dalam tetapi dentuman di kepala ku semakin keras.
"Apakah kau datang untuk menemuinya?" Aku perlu tahu apakah itu penyebab kenapa Yeorin disini. Jika hal ini tidak ada hubungannya denganku, hatiku harus menghadapinya.
Yeorin berjalan ke arah tangga bukannya pergi ke ruang tamu. Aku memperhatikan itu. Aku mengerti. Yeorin mungkin masuk ke rumahku tapi dia tidak bisa berjalan ke dalam dan menghadapinya. Belum. Mungkin tidak akan pernah.
"Dia mungkin telah menjadi alasanku untuk masuk ke dalam mobil dengan Seonjoo." Yeorin berhenti sejenak dan menghela napas. "Tapi dia sudah pergi ketika aku sampai di sini. Aku disini untuk alasan lain. Aku... Aku ingin berbicara denganmu."
Yeorin datang ke sini untuk berbicara denganku. Sudahkah waktunya cukup? Aku gunakan setiap ons kekuatan yang aku miliki untuk berdiri diam dan tidak pergi menariknya ke dalam pelukanku. Aku tidak peduli apa yang dia katakan. Fakta dia ingin melihatku sudah cukup.
"Aku senang kau datang," kataku.
Kerutan kecil itu kembali dan Yeorin tidak melihat langsung ke arahku.
"Semuanya masih sama. Aku belum bisa untuk membiarkannya pergi. Aku tidak akan pernah bisa mempercayaimu. Bahkan... jika aku mau. Aku tidak bisa."
Apa-apaan itu artinya? Debaran di telingaku semakin kuat.
"Aku akan meninggalkan Paju. Aku tidak bisa tinggal di sana. Aku harus bisa melakukannya sendiri."
Apa?
"Apa kau pindah dengan Seonjoo?" tanyaku, merasa ragu jika aku masih tidur dan ini adalah mimpi.
"Tidak, aku tidak akan pindah dengannya. Tapi pagi ini aku berbicara dengan Seonjoo dan kupikir mungkin jika aku menemuimu dan berbicara denganmu dan menghadapi ini, aku akan bisa tinggal bersamanya untuk sementara waktu. Tidak akan permanen, aku akan pergi dalam beberapa bulan. Hanya sampai aku punya waktu untuk memutuskan kemana aku akan pergi selanjutnya."
Yeorin masih berencana untuk pergi. Aku perlu merubah itu. Aku punya beberapa bulan jika dia tinggal di sini. Untuk pertama kalinya sejak Yeorin mengatakan padaku untuk meninggalkan hotel aku punya harapan.
"Aku pikir itu ide bagus. Tidak ada alasan untuk membuat keputusan dengan tergesa-gesa ketika kau memiliki pilihan yang tepat disini."
Yeorin bisa tinggal di rumah ku gratis. Di tempat tidurku. Bersamaku. Tetapi aku tidak bisa menawarkan itu. Yeorin tidak akan pernah setuju.
.
.
.
To be continued.Dalam mimpimu, Jim 🤭
![](https://img.wattpad.com/cover/209486218-288-k17490.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Too Far (PJM)
Romance(completed) Yeorin baru saja berumur dua puluh tahun. Yeorin adalah putri ayah tiri Jimin yang baru. Yeorin masih naif dan polos karena menghabiskan tiga tahun terakhir merawat ibunya yang sakit. Tapi untuk Park Jimin yang berusia dua puluh tujuh...