39

199 29 6
                                    

-Jimin-

Aku mengetuk sekali sebelum membuka pintu apartement milik Hyunji dan berjalan masuk. Mobilnya terparkir di luar. Aku tahu dia disini. Aku hanya ingin memastikan dia tahu kalau aku ada disini.

Aku pernah membuat kesalahan dengan tidak mengetuk pintu terlebih dahulu dan kemudian aku melihat adikku sedang mengangkang di pangkuan seorang cowok. Rasanya aku ingin mencuci mata dan otakku setelah kejadian itu.

“Ji-ya, ini aku. Kita harus bicara.” Aku memanggilnya kemudian menutup pintu di belakangku.

Aku melangkah ke ruang tamu dan bunyi yang tidak lebih dari suara hening dan langkah kaki yang datang dari arah kamar tidur utama hampir membuatku berbalik dan pergi. Tapi aku tidak jadi melakukannya. Ini lebih penting. Teman tidurnya harus pulang sekarang bagaimanapun juga. Ini sudah lebih dari jam sebelas.

Pintu kamar tidurnya terbuka dan tertutup. Menarik. Siapapun yang ada disini, dia menetap. Kami harus pergi keluar ke balkon untuk berbicara. Aku tidak ingin membahas Yeorin di depan orang lain.

Aku mungkin kenal dengan pria yang ada di kamar itu. Itulah adalah satu-satunya alasan kenapa Hyunji menyembunyikannya di dalam sana.

“Apa Oppa tidak pernah mendengar tentang menelepon dulu sebelum datang?” Hyunji membentak saat dia berjalan ke ruang tamu memakai mantel sutera pendek.

Dia semakin lama semakin mirip dengan Ibu kami seiring bertambahnya usia.

“Ini hampir jam makan siang, Ji. Kau tidak bisa menahan pria-mu di tempat tidur sepanjang hari,” jawabku dan membuka pintu ke arah balkon yang menghadap ke arah laut. “Aku butuh berbicara denganmu dan aku tidak ingin melakukannya di tempat yang bisa di dengar teman kencanmu.”

Hyunji memutar matanya dan melangkah keluar.

“Aku merasa aneh ketika aku mencoba untuk berbicara dengan Oppa selama berminggu-minggu dan kemudian Oppa sekarang ingin berbicara denganku, Oppa menerobos masuk seenaknya seakan aku tidak punya kehidupan. Setidaknya aku menelepon Oppa terlebih dahulu.”

Dia juga mulai terdengar seperti ibu kami.

“Aku pemilik apartement ini, Ji. Aku bisa datang kapanpun aku mau.” Aku mengingatkannya.

Dia akan pergi dari sini pada pertengahan Agustus untuk kembali ke asrama mahasiswanya, kampus adalah fungsi sosial baginya. Dia tahu aku akan membayar tagihan dan uang sekolahnya. Aku selalu mengurus semua hal untuknya.

“Sangat menyebalkan. Tentang apa ini? Aku bahkan belum minum kopi.” Dia juga tidak takut kepadaku.

Bukan berarti aku ingin dia takut padaku, tapi ini saatnya dia bersikap dewasa. Aku tidak akan membiarkan dia membuat Yeorin melarikan diri. Dalam sebulan, Hyunji akan pergi. Biasanya aku juga akan pergi. Tapi tidak tahun ini. Aku akan tetap berada di Busan. Ibu harus mencari lokasi lain. Dia tidak akan mendapatkan rumah ini secara gratis sepanjang tahun ini.

“Yeorin telah kembali.” Aku mengatakan secara terus terang.

Aku telah memiliki waktu untuk melihat segalanya dari sudut yang berbeda. Aku tidak lagi merasa bahwa Hyunji adalah seorang korban. Saat kecil dia memang korban tapi begitu juga dengan Yeorin. Hyunji menegang dan matanya berkilat penuh kebencian yang mengarah kepada ayahnya alih-alih kepada Yeorin.

“Jangan mengatakan apapun. Biarkan aku bicara lebih dulu atau aku akan mengusir teman kencanmu keluar dari apartement-ku. Aku yang berkuasa disini Ji. Ibu kita tidak punya apa-apa. Aku menghidupi kalian berdua. Aku tidak pernah memintamu untuk apapun. Tidak pernah. Tapi sekarang aku akan memintanya… tidak, aku akan menuntutmu untuk mendengarkanku dan mengikuti ucapanku.”

Kemarahan Hyunji memudar dan sekarang si anak manja ada disana melihat ke arahku. Dia tidak suka diperintah. Aku tidak bisa menyalahkan Ibu-ku atas sikapnya itu, tidak seluruhnya. Aku juga merupakan penyebabnya. Kepuasan yang berlebihan telah menghancurkan Hyunji.

“Aku benci dia,” Hyunji mendidih.

“Aku bilang dengarkan aku. Jangan berasumsi aku menggertak, Ji. Karena kali ini kau berurusan dengan sesuatu yang aku pedulikan. Hal ini mempengaruhiku, jadi dengarkan dan tutup mulutmu.”

Matanya membulat terkejut. Aku yakin aku tidak pernah berbicara seperti itu padanya. Aku sendiri juga sedikit merasa terkejut. Mendengar kebencian dalam suaranya yang mengarah ke Yeorin telah membuatku marah.

“Yeorin tinggal dengan Seonjoo. Taehyung telah memberi Yeorin pekerjaannya kembali. Dia tidak memiliki apapun di Paju. Dia tidak memiliki siapapun. Ayah yang kalian berdua miliki tidak berguna. Baginya Ayahnya sudah mati. Dia kembali untuk mencari tahu dimana tempat yang tepat baginya dan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia telah melakukan hal itu sebelumnya, tapi ketika kebenaran telah terungkap membuat dunianya hancur sehingga dia melarikan diri. Merupakan sebuah keajaiban bahwa dia telah kembali. Aku ingin dia kembali disini, Ji. Kau mungkin tidak ingin mendengar ini, tapi aku mencintainya. Aku akan melakukan segalanya untuk memastikan dia aman. Dia telah aman dan tidak ada seorangpun, benar-benar tak seorang pun, bahkan adikku sendiri, yang akan membuatnya merasa tidak diinginkan. Kau akan segera pergi. Kau bisa menyimpan kebencianmu yang salah tempat jika kau ingin, tapi suatu hari nanti aku harap kau cukup dewasa untuk menyadari bahwa hanya ada satu orang untuk dibenci disini.”

Hyunji tenggelam dalam kursi santai yang dia taruh disini untuk bersantai dan membaca buku. Aku juga mencintai Hyunji. Aku telah melindunginya sepanjang hidupku. Memberitahunya hal ini dan mengancamnya adalah hal yang sulit tapi aku tidak bisa membiarkannya menyakiti Yeorin lagi. Aku harus menghentikannya.

Yeorin tidak akan memberikan kesempatan lagi padaku selama Hyunji masih menyiksa hidupnya.

“Jadi Oppa lebih memilih dia daripada aku,” Hyunji berbisik.

“Ini bukan kontes, Ji. Berhenti bertingkah seperti itu. Kau mendapatkan Ayah. Yeorin kehilangannya. Kau menang. Sekarang lepaskan.”

Hyunji mengangkat matanya dan air mata menempel pada bulu matanya. “Dia membuat Oppa membenciku.”

Drama sialan. Hyunji hidup dalam opera sabun dalam kepalanya.

“Dengarkan aku, Ji-ya. Aku mencintaimu. Kau adalah adikku. Tak ada seorangpun yang bisa mengubahnya. Tapi aku jatuh cinta pada Yeorin. Itu mungkin halangan yang besar bagi rencanamu untuk menaklukkan dan menghancurkannya, tapi sayangku, sudah waktunya bagimu untuk melupakan masalah tentang Ayahmu. Lima tahun yang lalu dia telah kembali. Aku ingin kau menyingkirkan rencanamu.”

“Bagaimana dengan keluarga adalah yang utama?” Dia tercekik.

“Jangan bawa-bawa itu. Kau dan aku tahu bahwa aku selalu mengutamakanmu sepanjang hidupku. Kau membutuhkanku dan aku ada disana. Tapi kita sekarang sudah dewasa, Ji.”

Dia menghapus air mata yang keluar dari matanya kemudian berdiri. Aku tidak bisa bilang apakah air matanya asli atau palsu. Dia bisa menyalakan dan mematikannya dalam sekejap.

“Baiklah. Mungkin aku akan kembali ke sekolah lebih awal. Oppa juga tidak menginginkanku disini bagaimanapun juga. Oppa telah memilihnya.”

“Aku ingin kau selalu berada disisiku, Ji. Tapi kali ini aku ingin kau bersikap baik. Pikirkan orang lain sebagai gantinya. Kau punya hati. Aku pernah melihatnya. Sekarang waktunya untuk menggunakannya.”

Punggung Hyunji mengencang. “Jika kita sudah selesai bisakah Oppa meninggalkan apartement-mu?”

Aku mengangguk.

“Ya. Aku selesai.” Aku menjawab dan berjalan masuk ke dalam.

Tanpa berkata-kata lagi aku berjalan menuju pintu depan. Waktu akan menunjukkan apakah aku harus menggunakan ancaman untuk memberi adikku pelajaran. Aku harap aku tidak perlu melakukannya.

.
.
.
To be continued.

Info santet online buat Hyunji dong gaes

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang