12

261 34 1
                                    

Yeorin.

Aku mungkin tidak punya baju untuk ke pesta-pesta Jimin tapi aku memiliki segalanya untuk pergi ke club. Sudah lama sekali semenjak terakhir kali aku memakai rok pendek biruku. Roknya lebih pendek dari yang kuingat tapi itu masih sesuai. Terutama dengan sepatu heels-ku.

Jimin sudah pergi pagi tadi ketika aku sedang mandi dan dia belum kembali hingga saat ini. Aku bertanya-tanya apakah kamarku terlarang untuk temannya jika dia mengadakan pesta disini.

Aku tidak suka pemikiran tentang orang asing yang berhubungan seks di ranjangku. Aku tidak suka pemikiran tentang orang selain aku berhubungan seks di ranjang tempat dimana aku tidur. Aku ingin bertanya tapi aku tidak yakin bagaimana menanyakan hal seperti ini.

Pergi sebelum Jimin kembali artinya aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi. Haruskah aku berencana mencuci spreiku saat aku pulang?

Ide itu membuatku ngeri.

Ketika kakiku menyentuh anak tangga terbawah, pintu depan mengayun terbuka dan Jimin berjalan masuk ke dalam. Ketika tatapannya menemukanku dia membeku dan perlahan menelusuri penampilanku. Aku tidak berpakaian untuk membuat teman-temannya terkesan tetapi ada sebuah kelompok lain di luar sana yang dimana mungkin aku bisa mendapatkan perhatian.

“Wow.” Jimin bergumam dan menutup pintu di belakangnya.

Aku tidak bergerak. Aku mencoba untuk mencari tahu bagaimana cara menanyakan apakah ada orang asing yang berhubungan seks di ranjangku.

“Kau, hm, mengenakan baju itu untuk clubbing?” Tanyanya.

“Aku sangat yakin itu adalah hal yang sangat berbeda.” Aku mengkoreksinya.

Jimin menjalarkan tangannya ke rambut pendeknya dan mengeluarkan desahan yang terdengar seperti diantara agak frustasi dan agak geli. Jika Jimin hendak mencemooh penampilanku aku mungkin akan melempar sepatuku padanya.

“Bisakah aku ikut dengan kalian malam ini?”

Apa? Apa aku baru saja mendengarnya dengan benar?

“Kau ingin pergi bersama kami?” Aku bertanya dalam kebingungan.

Jimin mengangguk dan matanya mengamati tubuhku sekali lagi.

“Yeah, aku ingin ikut.”

Kupikir Jimin bisa ikut juga. Jika kami berteman maka kami seharusnya bisa bergaul bersama.

“Oke. Jika kau ingin ikut. Kita harus berangkat dalam sepuluh menit. Seonjoo ingin aku menjemputnya.”

“Aku akan siap dalam lima menit,” katanya dan melompati dua anak tangga secara bersamaan.

Ini bukan sesuatu yang aku sangka.

Terasa aneh.

.
.
.

Tujuh menit kemudian, Jimin turun dari tangga dan memakai jeans yang nyaman dan kaus hitam ketat. Cincin perak di ibu jarinya juga dikenakan di tangannya lagi dan untuk pertama kali sejak aku bertemu dengannya dia punya beberapa jenis anting bulat kecil di telinganya.

Dia makin terlihat lebih seperti anak penyanyi rock kelas dunia dari sebelumnya. Bulu mata hitamnya membuat seolah dia memakai eyeliner secara permanen dan itu hanya semakin menambahkan efek yang ada.

 Bulu mata hitamnya membuat seolah dia memakai eyeliner secara permanen dan itu hanya semakin menambahkan efek yang ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang