13

258 34 0
                                    

Yeorin.

Seonjoo menunjukkan Jimin arah untuk menuju ke club favoritnya.

Untuk pergi kesana perlu menghabiskan waktu empat puluh menit dari rumah Jimin. Tidak terlalu mengejutkan. Satu-satunya pub dipantai itu adalah Country Club, dan itu bukanlah suatu tempat yang menghabiskan waktu yang sebentar untuk menuju kesana.

Bar itu sangat luas dan keseluruhannya. Rupanya, tempat ini sangat terkenal. Mungkin karena didaerah ini tidak terlalu banyak ditemukan tempat semacam ini. Bir-bir terang yang berpijar menandakan hiasan dinding didalam dan diluar ruangan.

"Mereka akan memulai live musik sekitar tiga puluh menit lagi. Itu adalah waktu terbaik untuk berdansa. Kami memiliki banyak waktu untuk menemukan tempat yang bagus dan minum segelas tequila dengan sekali tegukan." Teriak Seonjoo ditengah hingar bingar bar.

Aku tidak pernah meneguk tequila. Bahkan bir sekalipun, aku tidak pernah. Tapi malam ini aku akan mencobanya. Aku ingin menjadi bebas. Menikmati malam ini. Jimin bergerak dibelakangku dan tangannya berada dipunggungku.

Ini bukanlah posisi seorang teman, bukan?

Aku memutuskan untuk tidak menegurnya disini karena kalau begitu aku harus berteriak melawan suara musik yang berdentum keras. Jimin mengajak kami ke meja kosong yang berada jauh dari lantai dansa. Jimin berdiri dan mempersilahkan aku duduk. Seonjoo masuk dan duduk diseberangku sedangkan Jimin duduk disebelahku. Seonjoo memberengut kepadanya.

"Kau ingin minum apa?" Tanya Jimin, menunduk kearah telingaku jadi dia tidak perlu berteriak.

"Aku tidak tahu," jawabku, melirik kearah Seonjoo untuk meminta bantuan. "Apa yang harus aku minum?"

Mata Seonjoo melebar lalu dia tertawa.

"Kau tidak pernah minum sebelumnya, ya?"

Aku menggelengkan kepalaku.

"Aku belum dewasa untuk bisa membeli alkohol untuk diriku sendiri. Kau?"

Seonjoo menepuk tangannya. "Ini akan menjadi sangat menyenangkan. Aku dua puluh dua tahun, setidaknya ID-ku menyatakan seperti itu."

Seonjoo melempar pandangan kearah Jimin.

"Kau harus membiarkannya pergi keluar. Aku akan mengajaknya ke bar."

Jimin tidak bergeming. Jimin kembali menatapku.

"Kau tidak pernah sekalipun meminum alkohol?"

"Tidak. Tapi aku akan mencobanya malam ini." Aku meyakinkannya.

"Kau harus perlahan-lahan. Kau tidak memiliki toleransi yang cukup tinggi untuk itu." Jimin meraih lengan pelayan. "Kami ingin menu."

Seonjoo meletakkan tangannya dipinggang. "Kenapa kau memesan makanan? Kita disini untuk minum dan berdansa. Bukannya makan."

Jimin memutar kepala kearahnya jadi aku tidak bisa melihat dengan pasti wajahnya tapi yang aku tahu bahunya menegang.

"Dia tidak pernah mabuk sebelumnya. Dia butuh makan terlebih dahulu atau dia akan membungkuk untuk memuntahkannya dan aku akan memarahimu selama dua jam."

Oh. Aku tidak ingin muntah. Tidak untuk itu.

Seonjoo memutar matanya dan melambaikan tangannya didepan wajah Jimin seakan Jimin adalah seorang idiot.

"Terserah, Daddy Jimin. Yang pasti aku akan mendapatkan sesuatu yang bisa diminum dan memberikannya juga. Jadi suruh dia makan dengan cepat."

Pelayan itu kembali dengan membawa menu sebelum Seonjoo menyelesaikan pembicaraannya. Jimin mengambilnya dan berbalik kearahku sambil membuka menu.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang