Yeorin.
Aku tidak menoleh ke belakang dan Jimin tidak memanggil namaku lagi.
Aku melangkah menuruni tangga dengan koper di tangan. Ketika aku sampai ke anak tangga paling bawah, ayahku keluar dari ruang tamu dan menuju foyer. Mimik cemberut terukir di wajahnya. Dia tampak lebih tua lima belas tahun sejak terakhir kali aku melihatnya. Lima tahun terakhir ini sepertinya tidak baik untuknya.
"Jangan pergi, Yeorin. Mari kita bicarakan tentang hal ini. Luangkan waktumu untuk memikirkannya."
Dia ingin aku tetap tinggal. Kenapa?
Jadi dia bisa membuat dirinya merasa lebih baik karena telah menghancurkan hidupku?
Menghancurkan hidup Hyunji?
Aku menarik ponsel yang pernah diberikannya dari sakuku dan mengulurkannya kepadanya.
"Ambil saja. Aku tidak menginginkan benda itu," kataku.
Dia menatap ponsel itu dan lalu kembali menatapku.
"Mengapa aku harus mengambil ponselmu?"
"Karena aku tidak ingin apa-apa darimu," jawabku marah tapi aku sudah lelah.
Aku hanya ingin keluar dari sini.
"Aku tidak memberikan ponsel itu padamu," kata dia masih terlihat bingung.
"Ambil telepon itu, Rin. Jika kau ingin pergi, aku tidak bisa menahanmu di sini. Tapi tolong, ambillah telepon itu." Jimin berdiri di tangga teratas.
Jadi Jimin yang membelikan aku ponsel itu. Ayahku tak pernah menyuruhnya untuk memberikanku ponsel. Perasaan kebas merasukiku dan aku tidak bisa merasakan sakit lagi. Tidak ada kesedihan lagi untuk apa yang mungkin telah kami alami.
Aku berjalan mendekat dan meletakkan ponsel di atas meja di samping tangga.
"Aku tidak bisa," jawaban singkat.
Aku tidak menoleh pada salah satu dari mereka. Meskipun aku mendengar tumit sepatu Bibi Sooah berderap pada lantai marmer menyadarkanku bahwa dia telah memasuki foyer.
Aku meraih gagang pintu dan membuka pintu. Aku tidak akan pernah melihat mereka lagi. Aku hanya meratapi mereka yang telah pergi.
"Kau tampak seperti dia." Suara bibi Sooah nyaring di keheningan foyer.
Aku tahu maksudnya adalah ibuku. Dia tidak punya hak bahkan untuk mengingat ibuku. Atau berbicara tentang dirinya. Dia berbohong tentang ibuku. Dia membuat wanita yang aku kagumi tampak seperti orang lain yang egois dan kejam.
"Aku hanya berharap aku bisa menjadi setengah dari dirinya." Aku berkata dengan suara lantang dan nyaring.
Aku ingin mereka semua mendengarku. Mereka perlu tahu tidak ada keraguan dalam pikiranku, bahwa ibuku tidak bersalah.
Aku melangkah keluar ke sinar matahari dan menutup pintu keras dibelakangku. Sebuah mobil sport perak bergerak masuk ke halaman saat aku berjalan menuju mobilku. Aku tahu itu Hyunji. Aku tidak bisa melihatnya. Tidak sekarang.
Pintu mobil dibanting dan aku tidak gentar. Aku melemparkan koperku ke belakang mobil dan membuka pintu. Aku sudah selesai di sini.
"Kau tahu," kata Hyunji dengan nada suara geli yang nyaring.
Aku tidak akan menanggapinya. Aku tidak akan mendengarkan mulutnya memuntahkan lebih banyak kebohongan tentang ibuku.
"Bagaimana rasanya? Mengetahui kau ditinggalkan karena seseorang oleh ayahmu sendiri?"
Rasanya kebas. Itu hanya sedikit dari rasa sakitku. Ayahku telah meninggalkan kami lima tahun yang lalu. Aku telah bisa mengatasi rasa sakitnya.
"Kau tidak merasa begitu hebat dan berkuasa sekarang, ya? Ibumu adalah perempuan nakal murahan yang layak mendapatkan apa yang telah dia terima."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Too Far (PJM)
Romance(completed) Yeorin baru saja berumur dua puluh tahun. Yeorin adalah putri ayah tiri Jimin yang baru. Yeorin masih naif dan polos karena menghabiskan tiga tahun terakhir merawat ibunya yang sakit. Tapi untuk Park Jimin yang berusia dua puluh tujuh...