65

183 31 2
                                    

-Jimin-

Aku belum bisa memejamkan mata. Aku duduk di kursi kulit di samping tempat tidur rumah sakit dan menatap adikku. Dia tidak membuka matanya. Monitor berkedip dan berbunyi menandakan bahwa dia masih hidup. Tubuhnya yang diam di tempat tidur dengan kain kasa melilit kepala dan jarum di lengan membuatnya seolah dia sudah meninggal. Kata-kata terakhir yang aku ucapkan padanya sudah cukup keras. Kata-kataku sekarang tampak kejam.

Aku hanya ingin dia menjadi dewasa. Sekarang itu mungkin saja tak akan terjadi.

Kemarahan yang kurasakan ketika aku tiba telah tersingkir dariku ketika aku menjatuhkan pandangan padanya. Hanya melihatnya tak berdaya dan begitu sakit benar-benar menyiksaku. Aku tidak bisa makan atau tidur. Aku hanya ingin agar dia membuka matanya. Aku harus mengatakan padanya aku mencintainya dan aku menyesal.

Aku berjanji bahwa dia akan selalu mendapatkan perhatianku. Tak peduli apapun. Lalu aku tersentak menjauh darinya. Karena dia tidak bisa menerima Yeorin.

Perutku melilit memikirkan bagaimana aku meninggalkan Yeorin. Matanya terbelalak dan ketakutan. Aku salah telah meninggalkan Yeorin, tapi aku sendiri juga merasa ketakutan. Aku belum bisa meneleponnya. Tidak bisa saat kondisi Hyunji seperti ini. Aku sudah memposisikan Yeorin di atas Hyunji dan lihat apa yang terjadi padaku.

Kali ini Hyunji harus mendapat prioritas pertama. Jika Hyunji tahu kalau aku duduk di sini menunggunya membuka mata. Aku tahu dia akan selamat.

Pintu terbuka dan Hoseok hyung melangkah masuk. Matanya langsung tertuju ke arah Hyunji. Rasa sakit yang melintas di matanya tidak mengejutkanku.

Meskipun Hoseok hyung bersikap seolah dia tidak suka pada Hyunji namun aku tahu dia peduli padanya. Hyunji telah menjadi anak nakal yang butuh perhatian yang tidak mungkin untuk tidak disayangi ketika kita tumbuh besar. Ikatan seperti itu tak akan mungkin terputus.

“Aku baru saja berbicara dengan Taehyung. Yeorin tidak apa-apa. Tadi malam dia tidak bisa masuk ke dalam rumah tapi dia menginap di tempat Seonjoo. Aku menelepon Song Ahjuma dan dia membukakan pintu rumah untuknya.” Dia bicara dengan pelan seolah-olah Hyunji akan bangun atau mengganggunya karena membicarakan tentang Yeorin.

Aku meninggalkan Yeorin berdiri sendirian di jalan masuk rumah tadi malam. Terima kasih Tuhan dia membawa ponsel. Membayangkan Yeorin sendirian dalam gelap sungguh tak mampu kutanggung saat ini.

“Apa dia marah?” Sebenarnya apa yang sesungguhnya ingin kutanyakan adalah apakah dia marah padaku.

Bagaimana mungkin dia tidak akan marah padaku?

Aku lari meninggalkannya setelah membentaknya agar keluar dari mobilku. Ketika ibuku mengatakan padaku tentang Hyunji sesuatu dalam diriku menyala dan aku kehilangan akal.

“Dia bilang dia akan menjaganya…” Suara Hoseok hyung melemah.

Aku tahu apa yang sedang dipikirkannya. Meninggalkan Taehyung sendirian menjaga Yeorin adalah sesuatu yang berbahaya. Dia kaya, sukses dan keluarganya tidak membenci Yeorin. Bagaimana jika Yeorin menyadari kalau aku membuang-buang waktunya?

“Dia hamil,” kataku padanya. Aku harus memberitahu seseorang.

“Oh sial,” gumamnya dan jatuh terduduk di kursi plastik keras yang terletak di sudut ruangan. “Kapan kau tahu?”

“Dia mengatakan padaku sesaat setelah dia kembali.”

Hosoek menutup mulutnya dan menggeleng. Itu bukan sesuatu yang dia harapkan untuk didengar. Tapi kemudian dia juga tak tahu kalau kami sudah bertunangan. Hoseok hyung sudah meninggalkan Busan ketika aku melamar Yeorin. Aku tidak memberitahunya.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang