71

380 34 15
                                    

-Jimin-

Aku memegang tangan Yeorin dan melihat melalui bahunya saat dia membolak-balik majalah parenting. Semua gambar popok dan benda bayi lainnya yang menakutkanku seperti kotoran bayi.

Aku tidak mengatakan padanya tetapi kenyataannya hal-hal yang menyangkut tentang bayi mulai membuatku takut. Payudara besar dan seks di tengah malam dan pinggul manis Yeorin yang membengkak adalah keuntungan utama dan itu mudah melupakan mengapa semua hal tersebut bisa terjadi.

"Kim Yeorin." Seorang perawat memanggil namanya dan aku melihat kearah berlian di jarinya.

Dalam dua minggu nama belakangnya akan berubah. Aku telah siap untuk itu. Aku tidak suka dia dipanggil Kim. Bagiku dia sudah menjadi Park Yeorin.

"Itu kita," katanya, tersenyum padaku sebelum berdiri.

Dia nyaris tidak terlihat sekarang. Bagaimana mereka berharap dapat melihat sesuatu yang tidak lebih besar dari kacang aku tidak yakin tetapi dia berjanji padaku kami benar-benar dapat melihat bayi. Bayinya memiliki tangan dan kaki, kedengarannya gila.

Aku tidak melepaskan tangannya saat dia membawa kami kembali ke ruang pemeriksaan. Beberapa kali perawat melirik kearahku. Lebih baik dia tidak mengatakan jika aku tidak boleh masuk ke ruangan tersebut karena aku akan masuk. Ini adalah waktuku untuk melihat bayiku.

"Di sini," kata perawat, mundur ke belakang dan membiarkan kami masuk ke dalam ruangan. "Silahkan dan lepaskan semua pakaian dan ganti dengan baju ini. Dokter Jeon akan melakukan pemeriksaan vagina juga hari ini. Tetapi kita akan memeriksa dengan ultrasonografi dulu."

Yeorin tampak tidak berfikir itu adalah bukan masalah besar jika dia harus telanjang. Perawat kembali melihatku.

"Apakah masalah jika orang ini ada di sini?"

Orang ini? Apa maksudnya?

Yeorin tersenyum dan kembali melihatku. "Ya, orang ini adalah ayah bayi ini."

Perawat berdiri dan memberiku senyum lega. "Itu bagus sekali. Aku benci jika seseorang yang masih muda sepertimu melakukan semua ini sendirian."

Yeorin tersipu dan masuk ke dalam ruangan kecil dengan tirai di depannya. Setelah perawat pergi meninggalkanku dan melangkah ke tempat yang tampak seperti sebuah ruangan ganti kecil.

"Apa yang dia maksud dengan 'orang ini'?" Tanyaku.

Yeorin menggigit bibir bawahnya dan menutup matanya rapat.

"Apakah aku harus menjawabnya?"

"Hm ya. Terutama setelah komentar tadi." Aku mempersiapkan diri untuk mendengar jawaban yang tidak kusukai.

"Taehyung mengantarku pada pertemuanku terakhir. Mereka mengatakan padanya jika dia bisa kembali dan aku mengatakan pada mereka tidak bisa kembali, dia hanya seorang teman."

Aku hampir melupakan hal itu. Aku mengerti kenapa dia diantarkan olehnya. Aku belum ada di sini. Tetapi mengetahui laki-laki lain bersamanya saat dia membutuhkanku, membuatku sulit diterima. Aku sadar wajahnya memucat dan aku membungkuk dan mencium bibirnya.

"Tidak apa-apa. Aku harusnya ada di sampingmu. Aku tidak."

Dia mengangguk. "Maafkan aku."

"Jangan. Aku yang harusnya meminta maaf."

Pintu ruang pemeriksaan terbuka kembali dan aku menolehkan kepalaku ke ruang ganti. Perawat menyeringai padaku dan menarik sebuah mesin dengan sebuah layar kecil di atasnya.

"Apakah dia siap?" Seringai geli di wajah perawat itu lucu.

"Hampir," kataku kemudian melihat ke Yeorin yang bersemu merah.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang