69

219 25 13
                                    

-Jimin-

Keadaan rumah gelap dan senyap saat kubuka kunci pintu dan melangkah masuk.

Mungkin Yeorin mematikan semua lampu jika dia berada di sini sendirian?

Aku hanya fokus untuk kembali pulang padanya setelah berbincang-bincang dengan Hyunji sehingga aku tidak membiarkan diriku mempertimbangkan kemungkinan Yeorin meninggalkanku. Mungkinkah dia meninggalkanku?

Aku berbalik dan menaiki tangga dua anak tangga sekaligus. Ketika aku sampai di puncak anak tangga aku mulai berlari. Jantungku berpacu dengan kencang di dadaku. Dia tidak mungkin pergi.

Aku telah mengatakan bahwa aku mencintainya. Aku telah berkata padanya aku akan pulang. Dia harus berada di sini. Aku harus mengatakan segalanya pada Yeorin. Aku harus mengatakan semua hal akan berubah.

Aku harus mengatakan padanya bahwa aku ingat tentang ibunya. Aku ingat pancake Mickey Mouse buatan ibunya. Aku harus mengatakan padanya aku akan menjadi pria yang dia butuhkan. Aku harus mengatakan padanya aku akan menjadi ayah terbaik yang pernah ada di dunia.

Kusentakkan pintu yang mengarah ke kamarku hingga terbuka dan melesat menaiki anak tangga karena butuh melihatnya. Ya Tuhan, izinkan dia berada di sana. Kumohon izinkan dia berada di sana.

Tempat tidurnya kosong.

Tidak.

TIDAK!

Kutelusuri kamar untuk mencari barang-barang miliknya. Perasaanku berkata dia belum meninggalkanku. Dia tidak boleh meninggalkanku. Aku akan mengejarnya. Aku akan berlutut dan memohon. Aku akan menjadi bayangannya hingga dia menyerah dan memaafkanku.

“Jim?” Suaranya memecah keheningan dan dentuman di dalam kepalaku, aku berbalik dengan cepat melihatnya duduk di atas sofa. Rambutnya berantakan dan wajah mengantuknya sempurna.

“Kau di sini.” Aku berlutut di hadapannya dan menjatuhkan kepalaku di atas pangkuannya.

Dia berada di sini. Dia tidak meninggalkanku.

Tangan Yeorin menyentuh kepalaku saat dia menjalankan tangannya membelai rambutku.

“Ya, aku di sini,” jawabnya dengan suara tidak yakin.

Aku telah menakutinya namun aku butuh semenit untuk meyakinkan diriku sendiri dia tidak meninggalkanku. Aku tidak sepenuhnya mengacaukan semuanya. Aku tidak ingin seperti ayahnya. Aku tidak pernah ingin menjadi seperti pria tersesat dan hampa yang kulihat kemarin. Dan aku tahu tanpa kehadiran Yeorin aku akan menjadi seperti itu.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya.

Aku mengangguk tapi kubiarkan kepalaku tetap berada di pangkuannya. Dia terus berusaha dan menenangkanku dengan membelaiku secara lembut. Ketika aku telah merasa yakin bisa berbicara padanya tanpa terlihat sepenuhnya rapuh kuangkat kepalaku untuk melihatnya.

“Aku mencintaimu.”

Caraku mengatakannya sangat garang itu terdengar hampir seperti aku sedang memaki. Seulas senyuman sedih tersungging di bibirnya.

“Aku tahu dan itu bukan masalah. Aku mengerti. Aku tidak akan membuatmu memilih. Aku hanya menginginkan agar kau bahagia. Kau pantas untuk bahagia. Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku kuat. Aku bisa melakukan ini seorang diri.”

Aku tidak paham dengan apa yang dikatakannya. Apa yang akan dilakukannya seorang diri?

“Apa?” Aku bertanya, mengulang semua kata-katanya di dalam kepalaku.

“Aku berbicara dengan ayahku hari ini. Aku tahu semuanya. Memang sulit untuk dipahami namun sekarang semuanya makin masuk akal.”

Kim Jungil telah datang kemari?

Dia telah datang dan mengatakan segalanya pada Yeorin. Dia tahu, namun apa yang dikatakannya tidak masuk akal.

“Sayang, mungkin karena aku kurang tidur selama delapan hari belakangan ini atau mungkin karena sangat lega bahwa kau ada disini namun aku tidak mengerti apa yang berusaha kau katakan padaku.”

Setetes airmata menggenangi matanya dan aku terlonjak dan menariknya keatas pangkuanku. Aku tidak ingin membuatnya menangis. Kukira ini adalah hal yang membahagiakan. Dia telah mengetahui kebenaran yang selalu dia tahu, bahwa ibunya suci dan jujur seperti yang diyakininya. Aku telah berada di rumah dan aku telah siap untuk menjadi segala yang pantas didapatkannya di dalam hidup. Aku rela mati untuk membuatnya bahagia.

“Aku mencintaimu dan karena aku mencintaimu aku melepaskanmu. Aku menginginkan kau mendapatkan kehidupan yang kau inginkan. Aku tidak ingin menjadi belenggu yang merantai di sekeliling kakimu.”

“Apa yang baru saja kau katakan?” aku bertanya saat kata 'melepaskanku' meresap. Apa-apaan dia ingin melepaskanku.

“Kau telah mendengarku, Jim. Jangan membuat ini lebih sulit,” bisiknya.

Kupandangi dia dengan sorot ketidakpercayaan. Dia benar-benar serius dengan apa yang dikatakannya. Aku telah meninggalkannya di sini untuk memikirkan semua ini sementara aku duduk di rumah sakit menunggui Hyunji. Aku seharusnya meneleponnya tapi tidak kulakukan. Tentu saja dia kebingungan.

“Dengarkan aku, Rin. Jika kau sampai berusaha pergi, kemanapun aku akan memburumu. Aku akan menjadi bayanganmu. Aku tidak akan membiarkanmu lepas dari pandanganku karena aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku telah banyak sekali melakukan kesalahan padamu aku bahkan tidak ingin berusaha dan menghitungnya namun aku akan mulai membuat segalanya benar sejak saat ini. Aku bersumpah padamu ini tidak akan pernah terjadi lagi. Sekarang aku tahu bahwa di sinilah seharusnya aku berada. Tak ada lagi kebohongan. Hanya kita.”

Dia terisak dan menguburkan kepalanya di bahuku. Aku mendekapnya semakin erat.

“Aku bersungguh-sungguh. Aku membutuhkanmu. Kau tidak boleh meninggalkanku.”

“Namun aku tidak pantas. Keluargamu membenciku. Aku membuat hidupmu sulit.”

Disitulah dia salah.

“Tidak. Kaulah keluargaku. Ibuku tidak pernah menjadi keluargaku. Dia tidak pernah berusaha menjadi bagian dari itu. Adikku mungkin tidak sepenuhnya menyetujui namun dia telah mengatakan padaku bahwa dia bisa menjadi bagian dari kehidupan keponakan perempuan atau keponakan laki-lakinya. Jadi dia sedang berusaha menuju ke sana. Dan mengenai membuat hidupku sulit, kau, Kim Yeorin, membuat hidupku lengkap.”

Mulut Yeorin menutupi mulutku saat dia mencengkeram kausku sekepalan tangannya. Lidahnya meluncur memasuki mulutku dan aku mengecap rasanya. Aku sangat merindukannya. Bagaimana aku bisa sempat berpikir aku bisa bertahan hidup tanpa ini, tanpanya, aku tak tahu.

.
.
.
To be continued.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang