52

224 32 0
                                    

-Yeorin-

Aku tidak membutuhkan lebih dari ranjang full size. Namun, Jimin menolak membeli kurang dari ranjang berukuran king, dua nakas dan satu lemari yang serasi dengan sebuah cermin yang cantik.

Aku membuat kesalahan dengan terlalu lama memandangi pada sehelai selimut berwarna lavender dan shams yang serasi. Sebelum aku tahu apa yang terjadi dia telah membeli seluruh perlengkapan alas tidur lengkap dengan sprei dan bantal baru.

Aku mendebatnya sepanjang waktu tapi dia bersikap seakan-akan aku sedang tidak berbicara. Dia hanya berkedip padaku dan terus saja menempatkan pesanannya dan memberikan pengarahan kepada sang salesman.

Sekembalinya kami dari makan malam, yang mana dia bersikeras untuk memberiku makan, semua furniturnya telah diantarkan. Seonjoo berdiri di pintu ketika kami naik. Dia menyukai ini.

"Terima kasih telah memperbolehkanku melakukan semuanya hari ini. Aku membutuhkannya. Kau mungkin tidak mengerti namun aku harus melakukannya," Jimin berujar sebelum aku membuka pintu mobil.

Aku balik memandangnya.

"Kau butuh membelikanku seluruh perlengkapan kamar tidur dan sprei yang mahal?" tanyaku, kebingungan.

"Ya, benar."

Aku tidak mengerti tapi aku menganguk. Jika dia perlu melakukannya aku akan menghargainya. Aku masih belum percaya bahwa semua itu milikku. Aku akan merasa menjadi seorang putri di dalam kamarku.

"Terima kasih sebelumnya aku tidak mengharapkan apa pun lebih dari sebuah ranjang. Aku tidak siap untuk dimanjakan."

Jimin mencondongkan tubuhnya ke depan dan menekankan sebuah kecupan disamping telingaku.

"Yang kulakukan tadi sama sekali belum mendekati memanjakanmu. Namun aku berniat menunjukkanmu apa tepatnya yang dimaksud dengan memanjakan."

Aku bergidik dan meremas pegangan pintu. Aku tidak akan membiarkannya membelikanku apapun lagi. Aku harus menghentikannya namun ciuman-ciuman di seputaran telingaku membuat sulit untuk fokus.

"Mari kita lihat bagaimana keadaannya," katanya saat menarik diri.

Jarak.

Harus mendapatkan sedikit jarak. Aku sangat siap melompat kearahnya sekarang. Bukan hal yang bagus. Kontrol. Hormon-hormon kehamilan ingin mengambil alih.

Jimin berlari mengitari bagian depan Rover ketika kubuka pintu di sisiku dan bersiap keluar. Dia kemudian mengambil tempat di depanku mengambil tanganku dan membantuku turun seolah aku seseorang yang tidak berdaya sebelum aku dapat turun sendiri.

"Aku bisa keluar sendiri, kau tahu," tukasku padanya.

Dia nyengir. "Ya, namun apa yang seru dari hal itu?"

Tertawa, aku mendorong melewatinya dan berjalan menuju Seonjoo yang telah menonton kami seakan kami adalah salah satu drama favoritnya di televisi.

"Nampaknya The Room Wood memutuskan untuk menurunkan pengiriman terakhir mereka di kamarmu." Seonjoo berkata, menyeringai seperti anak kecil yang berada di toko permen.

"Bolehkah aku tidur denganmu di tempat tidur luar biasa besar itu malam ini? Kasurnya menakjubkan!"

"Tidak. Dia membutuhkan istirahat. Tidak ada teman tidur," timpal Jimin, berjalan ke belakangku dan membungkuskan lengannya dengan protektif disekeliling pinggangku.

Pandangan mata Seonjoo jatuh ke pinggangku dan kemudian kembali menatap Jimin.

"Kau tahu," ujarnya, terlihat amat senang.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang