33

199 23 5
                                    

-Yeorin-

Seonjoo menghentikan mobil Seokjin ke tempat 7eleven.

Aku melihat mobil hyundai kecil berwarna biru milik Seomi dan memutuskan untuk tidak keluar dari mobil. Aku hanya pernah bertemu Seomi dua kali sejak aku kembali dan dia sudah siap mencakar keluar mataku. Dia menyukai Jihoon semenjak SMA.

Aku pulang kembali dan mengacaukan apa pun jenis hubungan mereka yang akhirnya telah berhasil mereka jalani. Aku tidak bermaksud seperti itu. Dia bisa memiliki Jihoon.

Seonjoo mulai keluar dari mobil dan aku meraih lengannya.

"Mari kita bicara di dalam mobil saja," kataku, menghentikannya.

"Tapi aku ingin beberapa es krim yang dicampur dengan Oreo," keluhnya.

"Aku tidak bisa bicara di sana. Aku kenal banyak orang," jelasku.

Seonjoo menghela napas dan bersandar di kursinya. "Oke baik. Lagipula diriku tidak membutuhkan es krim dan kue."

Aku tersenyum dan santai, berterima kasih atas jendela berwarna gelap. Mengetahui aku tidak akan terlihat saat orang berhenti dan menatap mobil Seokjin itu. Tidak ada seorang pun di sini yang mengendarai mobil yang bahkan dekat dengan lingkaran ini.

"Aku tidak akan bertele-tele dengan ini, Yeo. Aku merindukanmu. Aku tidak pernah punya teman dekat wanita sebelumnya. Tidak pernah. Kemudian kau datang dan kau pergi. Aku benci ketika kau pergi. Pekerjaan menjadi menyebalkan tanpamu di sana. Aku tidak memiliki seorangpun yang bisa di ajak cerita tentang kehidupan seksku dengan Seokjin Oppa dan bagaimana manisnya dia yang mana takkan pernah kudapatkan bila aku tak mendengar nasihatmu. Aku hanya merindukanmu."

Aku merasa airmata mulai menggenang. Hanya merasa dirindukan terasa begitu baik. Aku merindukannya juga. Aku merindukan banyak hal.

"Aku juga merindukanmu," jawabku, berharap aku tidak menjadi cengeng.

Seonjoo mengangguk dan senyum terpasang di bibirnya.

"Oke baik. Karena aku ingin kau kembali dan tinggal bersamaku. Seokjin Oppa menempatkanku di kondominium tepi pantai di properti klub. Aku, bagaimanapun, menolak untuk membiarkan dia membayarnya. Jadi, aku butuh teman sekamar. Tolong kembalilah. Aku membutuhkanmu. Dan Taehyung mengatakan kau akan mendapatkan pekerjaanmu kembali segera."

Kembali ke Busan? Dimana Jimin berada... dan Hyunji... dan Ayahku. Aku tidak bisa kembali. Aku tidak bisa bertemu mereka. Mereka akan berada di klub. Apakah Ayahku akan mengajak Hyunji untuk bermain golf?

Bisakah aku melihatnya? Tidak, aku tidak bisa. Ini akan menjadi terlalu menyesakan.

"Aku tidak bisa." Aku tercekat.

Aku berharap aku bisa. Aku tidak tahu kemana aku akan pergi sekarang mengetahui bahwa aku hamil tapi aku tidak bisa pergi ke Busan dan aku tak bisa tinggal disini.

"Kumohon, Yeo. Jimin juga merindukanmu. Dia tidak pernah meninggalkan rumahnya. Seokjin Oppa mengatakan dia begitu menyedihkan."

Rasa amarah seketika menggelegak dalam dadaku. Mengetahui bahwa Jimin juga sakit terasa terlalu berat. Aku membayangkan dia mengadakan pesta dirumahnya dan meneruskan hidupnya. Aku tidak ingin dia masih sedih. Aku hanya perlu tahu kami bisa melanjutkan hidup. Tapi mungkin aku tidak akan pernah bisa. Aku akan selalu mengingat Jimin.

"Aku tidak bisa melihat mereka. Salah satu dari mereka. Ini akan terlalu berat," aku berhenti.

Aku tidak bisa memberitahu Seonjoo tentang kehamilanku. Aku hampir tidak punya waktu untuk memahaminya. Aku belum siap untuk memberitahu siapa pun. Aku mungkin tidak akan pernah memberitahu siapa pun selain Jihoon. Aku akan segera meninggalkan tempat ini. Kemanapun aku pergi aku tak ingin mengenali seorangpun. Aku akan mulai lagi dari awal.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang