-Jimin-
Hoseok Hyung akhirnya menyerah padaku dan pergi berdansa dengan salah seorang gadis yang telah main mata dengan kami ketika kami berjalan masuk ke klub. Dia datang ke sini untuk bersenang-senang dan aku membutuhkan pengalihan tapi sekarang saat aku sudah disini yang ingin kulakukan hanyalah segera pergi.
Meminum birku, aku tidak mencoba untuk membuat kontak mata dengan siapa pun.
Aku terus menunduk dan cemberut. Itu tidak sulit untuk dilakukan. Ucapan Seokjin Hyung terus berputar di kepalaku. Aku takut… Tidak, aku terlalu takut untuk membiarkan diriku percaya bahwa dia akan kembali ke sini.
Aku telah melihat wajahnya malam itu di kamar hotel. Dia begitu kosong. Emosi di matanya hilang. Dia telah selesai - denganku, dengan Ayahnya, dengan segala sesuatu nya. Cinta itu kejam. Sangat kejam.
Kursi bar di sampingku berbunyi di lantai saat di duduki. Aku tidak melihatnya. Aku tidak ingin siapa pun untuk berbicara denganku.
“Tolong katakan padaku bahwa mimik cemberut di wajah gantengmu itu bukanlah karena seorang gadis. Kau mungkin menghancurkan hatiku.” Suara perempuan itu terdengar akrab.
Aku memiringkan kepalaku ke sisi hanya cukup untuk melihat wajahnya. Meskipun dia lebih tua sekarang aku langsung mengenalinya. Ada beberapa hal yang tak bisa dilupakan oleh pria dalam hidupnya dan gadis yang mengambil keperjakaan mereka adalah salah satunya.
Lee Hana. Dia tiga tahun lebih tua dariku dan sedang mengunjungi neneknya kala musim panas saat aku berumur empat belas tahun. Itu bukanlah cinta. Lebih seperti pelajaran hidup.
“Hana Noona,” jawabku, lega itu bukanlah perempuan lain yang tidak ku kenal yang ingin melemparkan dirinya kepadaku.
“Dan dia mengingat namaku. Aku terkesan,” jawabnya lalu memandang bartender dan tersenyum. “Tolong Jack dan Coke.”
“Para pria tidak pernah melupakan wanita pertamanya.”
Dia bergeser di bangkunya, menyilangkan kaki dan memiringkan kepalanya untuk menatapku menyebabkan rambut hitam panjangnya jatuh di salah satu bahu. Dia masih memanjangkannya. Aku pernah terpesona akan hal itu dulu.
“Kebanyakan para pria tidak tetapi kau telah menjalani kehidupan yang berbeda dibandingkan dengan kebanyakan orang. Ketenaran harus mengubahmu selama bertahun-tahun.”
“Ayahku yang terkenal bukan aku,” bentakku, membenci hal ini ketika wanita ingin berbicara tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui.
Hana dan aku telah bercinta beberapa kali tapi dia tidak benar-benar tahu banyak tentangku saat itu.
“Hmmm, terserah. Jadi, kenapa kau begitu murung?”
Aku tidak murung. Aku benar-benar kacau. Tapi dia bukan orang yang aku berniat untuk menceritakan curhatku.
“Aku baik-baik saja,” jawabku dan melirik kembali ke lantai dansa berharap untuk menangkap perhatian Hoseok Hyung. Aku sudah siap untuk pergi.
“Kau kelihatan seperti sedang patah hati dan tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hal itu,” katanya sambil meraih Jack dan Cokenya.
“Aku tidak akan berbicara denganmu tentang kehidupan pribadiku, Noona.” Aku memberikan peringatan terdengar keras dan jelas di ujung suaraku.
“Whoaa sabar, tampan. Aku tidak berusaha untuk membuatmu kesal. Hanya berbasa-basi.”
Kehidupan pribadi ku bukanlah hal basa-basi.
“Kalo begitu tanyakan saja padaku tentang cuaca sialan itu,” kataku sambil membentak.
Hana tidak menanggapi dan aku senang. Mungkin dia akan pindah. Jangan ganggu aku.
“Aku sedang di kota merawat Nenekku. Dia sakit dan aku butuh sesuatu yang baru untuk kulakukan dalam hidupku. Aku baru saja mengalami perceraian yang berantakan. Sebuah perubahan pemandangan dari Seoul adalah apa yang aku butuhkan. Aku akan berada di sini selama setidaknya enam bulan. Apakah kau akan jahat padaku selama aku disini atau kau akan baik padaku suatu saat dalam waktu dekat?”
Dia ingin berkencan denganku. Tidak, aku tidak siap untuk itu. Aku akan mulai menjawabnya ketika ponselku memberitahu adanya pesan masuk. Lega karena memiliki jeda sejenak sehingga aku bisa berpikir tentang bagaimana aku akan menanggapinya aku menariknya keluar dari kantongku.
Aku tidak mengenali nomornya.
Tapi Hei Ini Seonjoo menarik perhatian ku dan aku berhenti bernapas saat aku membuka pesan untuk membaca selengkapnya.
.
* Hei ini Seon Joo. Jika kau bukanlah seseorang yang sangat bodoh bangunlah dan bersiaplah dengan rencana.
.
Apa artinya itu?
Apa yang aku lewati?
Apakah Yeorin di Busan?
Apakah itu artinya ini?
Aku berdiri dan menaruh cukup uang di bar untuk membayar birku dan minuman Hana.
“Aku harus pergi. Senang bertemu denganmu lagi. Jaga dirimu, Noona.” kataku sambil lalu saat aku berjalan melalui kerumunan orang sampai aku menemukan Hoseok Hyung sedang berdansa dengan seseorang berambut merah di lantai dansa.
Matanya bertemu mataku dan aku mengangguk ke arah pintu.
“Sekarang,” kataku dan berbalik untuk berjalan keluar.
Aku akan meninggalkan dia disini jika dia tidak menyusulku saat aku mencapai Range Roverku. Yeorin akan kembali kesini. Aku akan mencari tahu. Bertanya pada Seonjoo apa yang dia maksudkan dengan pesan yang menyemangatiku itu bukanlah sia-sia.
.
.
.
To be continued.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Too Far (PJM)
Romansa(completed) Yeorin baru saja berumur dua puluh tahun. Yeorin adalah putri ayah tiri Jimin yang baru. Yeorin masih naif dan polos karena menghabiskan tiga tahun terakhir merawat ibunya yang sakit. Tapi untuk Park Jimin yang berusia dua puluh tujuh...