59

216 27 2
                                    

-Jimin-

Segera setelah turnamen berakhir, aku pergi mandi di shower dan membersihkan diri.

Aku bahkan tidak bertahan lebih lama disana untuk mendapatkan trophi juara kedua. Aku meninggalkan Hoseok dan Hana untuk melakukan kehormatan tersebut. Aku tidak peduli akan hal itu. Aku hanya mengikuti turnamen ini karena aku sudah menandatanganinya bersama Hyunji dan Hoseok di awal musim panas yang lalu. Kami melakukannya tiap tahun. Itu adalah penyebab utamanya.

Saat aku berhenti di kantor dimana kereta minuman disimpan, Han MinJi mengatakan bahwa Yeorin sudah pergi bersama Seonjoo sekitar satu jam yang lalu. Aku menelepon Seonjoo, tapi tidak ada jawaban. Aku memperhitungkan bahwa setelah aku selesai mandi dan berganti pakaian nanti mereka sudah kembali dari tempat manapun tadi yang mereka kunjungi.

Mobil Seonjoo ada di tempat parkir saat aku sampai di kondo mereka.

Yeorin ada di rumah. Terima kasih Tuhan. Aku sudah begitu merindukan dia sepanjang hari ini. Aku mengetuk pintu tiga kali dan menunggu dengan tidak sabar hingga pintunya terbuka. Seonjoo tersenyum kaku. Tapi bukan dia yang aku cari.

“Hai,” Aku menyapanya dan melangkah masuk.

“Dia sudah tidur. Hari ini adalah hari yang panjang,” kata Seonjoo, masih berdiri di pintu dan membiarkannya terbuka, seakan dia menginginkan aku untuk pulang.

“Apa dia baik-baik saja?” Aku bertanya, melihat ke arah lorong, ke arah pintu kamar tidurnya yang tertutup.

“Cuma lelah saja. Biarkan dia beristirahat,” Seonjoo menjawabku.

Aku tidak akan pergi. Dia bisa menutup pintu Sialan itu.

“Aku tidak akan membangunkan dia tapi aku juga tidak akan pergi. Jadi kau bisa menutup pintunya,” Aku mengatakan itu pada Seonjoo sebelum aku beranjak ke kamar Yeorin.

Sekarang baru jam enam petang. Dia pasti belum tidur lelap kecuali kalau dia sakit. Pikiran membiarkan dia bekerja keras hari ini membuat jantungku berdegup dengan kencang. Aku seharusnya tidak memperbolehkan dia bekerja hari ini. Itu tidak aman untuknya atau bayinya.

Aku membuka pintu perlahan-lahan dan masuk ke dalam kamar. Kemudian aku mengunci pintu yang ada di belakangku. Yeorin sedang meringkuk di tengah-tengah tempat tidurnya yang luas.

Dia kelihatan begitu mungil disana. Rambut panjangnya yang berwarna hitam itu terurai di atas bantalnya dan salah satu kakinya yang jenjang itu keluar dari selimut.

Aku menarik lepas kaos yang kukenakan dan melemparkannya ke meja nakas sebelum melepaskan juga celana jeans yang kukenakan. Saat aku hanya mengenakan celana pendekku saja, aku naik ke atas tempat tidur di belakangnya. Aku menarik dia mendekat, dia datang dengan kemauannya sendiri.

Sebuah desahan ringan dan bisikan selamat datang darinya adalah suara yang paling mengagumkan. Sambil tersenyum, aku mengubur wajahku di dalam rambutnya dan menutup mataku. Inilah tempat yang benar-benar aku inginkan. Aku meluncurkan tanganku turun ke perutnya yang datar. Pikiran tentang apa yang aku peluk sekarang begitu sederhana.

Sebuah sentuhan ringan di lenganku kemudian menuju ke arah dadaku membuat wajahku kembali tersenyum dan aku membuka mataku.

Yeorin sudah menghadap ke arahku sekarang. Matanya terbuka saat dia memperhatikan dadaku dan mengulurkan jarinya ke setiap otot perutku kemudian naik ke bahuku. Dia membuka matanya dan senyuman kecil terbentuk di bibirnya.

“Hai,” aku berbisik.

“Hai.”

Di luar sudah gelap sekarang tapi aku tidak tahu ini sudah selarut apa. “Aku merindukanmu hari ini.”

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang