48

285 30 9
                                    

-Yeorin-

Apa yang salah denganku?

Aku berjalan kembali masuk kedalam kamar Seonjoo dan menutup pintunya. Aku membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. Tadi aku telah siap memohon pada Jimin untuk menyetubuhiku disana. Ini adalah akibat dari mimpi bodoh itu. Oke, mungkin mimpi tadi malam tidaklah bodoh tapi amat sangat intens.

Memikirkannya membuatku harus menekan kedua kaki. Kenapa aku melakukannya sekarang?

Mimpi seksual memang terjadi namun sekarang jelas dan sangat nyata aku mengalami orgasme dalam tidurku. Ini gila. Tidak sekalipun di Paju aku merasa sedemikian bergairahnya seperti sekarang. Namun, di Paju tidak ada Jimin.

Aku merosot pada kasur Seonjoo yang telah dia lepaskan spreinya karena akan pindahan. Aku harus mengendalikan diriku disekitar Jimin. Dia belum mencoba untuk mendekatiku namun aku telah menjadi wanita liar yang kelaparan saat jemarinya menyentuh tanganku. Betapa memalukan. Menghadapinya setelah kejadian tadi akan sulit.

Pintu terbuka dan Seonjoo melangkah masuk dengan sebuah seringai kecil tersungging pada wajahnya. Mengapa dia menyeringai seperti itu sekarang? Dia akan meledekku habis-habisan kalau saja dia tadi menangkap basah diriku di luar.

"Hormon kehamilan mempengaruhimu," ujarnya setelah pintu dibelakangnya tertutup rapat.

"Mwo?" Tanyaku kebingungan.

Seonjoo memiringkan kepalanya ke satu sisi. "Sudahkah kau membaca pamflet yang dokter berikan untuk kau bawa pulang? Aku yakin salah satunya menjelaskan hal ini."

Aku masih kebingungan. "Mengenai kenyataan bahwa aku tidak dapat mengontrol diriku disekitar Jimin?"

Seonjoo mengangkat bahu.

"Yeah. Kukira dia satu-satunya yang dapat membuatmu seperti itu. Tapi kau akan selalu merasa bergairah selama hamil, Yeorin. Aku tahu ini karena sepupuku selalu menjadikannya bahan lelucon tentang istrinya ketika dia sedang hamil. Katanya dia mengalami masa sulit untuk melayani kebutuhan istrinya."

Bergairah?

Kehamilan membuatku bergairah? Hebat.

"Barangkali yang akan menjadi masalah hanyalah dengan Jimin. Aku rasa dialah satu-satunya yang dapat membuatmu terpikat dan menginginkannya secara seksual. Jadi akan semakin intens berada disekitarnya. Mungkin sebaiknya kau memberitahunya dan menikmati ini semua. Aku tidak ragu dia akan dengan senang hati membantumu."

Aku tidak bisa memberitahunya. Belum saatnya. Aku belum siap dan begitu pula Jimin. Hyunji akan murka dan saat ini aku tidak mampu menghadapi Hyunji. Lagipula, Jimin akan memilih Hyunji dan aku pun tidak mampu menghadapi hal tersebut.

"Tidak. Dia tidak perlu tahu. Tidak sekarang. Aku akan membaik."

Seonjoo mengangkat bahu.

"Baiklah. Aku telah mengutarakan pendapatku. Kau tidak ingin memberitahunya, kalau begitu tidak usah. Namun kalau kau sudah tidak mampu menahannya dan menyetubuhinya habis-habisan, bisakah kau tidak melakukannya di muka umum?" tanyanya dibarengi sebuah cengiran, kemudian membuka pintu dan melangkah keluar.

"Kau harus membungkusnya dengan selimut terlebih dulu! Kau akan menghancurkan bantalku," Seonjoo meneriaki para pria.

Aku bisa menghadapi Jimin. Dia sama sekali tidak tahu akan hal ini. Aku akan bersikap seolah tidak terjadi apapun. Lagipula aku harus membantu untuk melakukan sesuatu. Aku bisa menyelesaikan mengemas dapur.

Jimin memperhatikanku.

Setiap kali dia kembali ke apartemen untuk memindahkan sesuatu yang lain matanya menatapku. Aku menjatuhkan mangkuk, menumpahkan sekotak sereal dan membuang sebuah dus berisi peralatan makan akibat dari tatapan membara itu.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang