14

311 36 3
                                    

Yeorin.

“Yeorin?”

Nada perhatian yang berasal dari suara Jimin mengejutkanku, aku membuka mataku dan menegang di kegelapan ketika aku melihatnya berjalan kearahku.

“Ya,” jawabku.

“Aku tidak bisa menemukanmu. Kenapa kau berada diluar? Disini tidak aman.”

Aku sudah biasa dengan peran kakaknya. Aku bisa menanganinya dengan caraku sendiri. Jimin harus kembali kedalam.

“Aku baik-baik saja. Masuklah ke dalam dan lanjutkan kegiatanmu di ruangan kita tadi.” Kepahitan terdengar jelas dalam suaraku. Itu karena aku tidak bisa menahannya.

“Kenapa kau bisa berada di luar?” Jimin mengulangi pertanyaannya, dengan perlahan Jimin melangkah semakin dekat kearahku.

“Karena aku ingin ada disini,” jawabku pelan, menatapnya.

“Pestanya ada didalam. Bukankah itu yang kau inginkan? Berdansa dengan pria dan minuman? Dan kau tidak akan bisa menemukannya disini -diluar.”

“Kembalilah, Jim.”

Jimin melangkah lebih dekat lagi dan hanya menyisakan jarak beberapa inci.

“Tidak, aku ingin tahu apa yang sedang terjadi.”

Sesuatu dalam diriku terasa memberontak keluar, aku pun meletakkan tanganku di dadanya dan saat itu juga aku mendorongnya sekeras yang aku bisa. Jimin sedikit terhuyung ke belakang.

“Kau ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi? Semua yang membuatku seperti ini adalah kau, Jimin. Semua karena kau.” Aku berteriak padanya, kemudian langsung pergi meninggalkannya menuju tempat parkir.

Sebuah tangan kuat tiba-tiba membungkus sekeliling lenganku dan aku berusaha keras untuk melepaskannya tapi sia-sia saja. Jimin dengan kuat menahanku seakan dia tidak ingin membiarkanku pergi.

“Apa maksud semua ini, Rin?” Tanyanya, menarikku hingga aku membentur dadanya.

Aku menggeliat dalam pegangannya dan berusaha melawan untuk dapat berteriak. Aku benci mengetahui diriku bahwa hanya dengan mencium aromanya saja, membuat jantungku berdegup kencang dan tubuhku terasa berdenyut. Aku ingin dia menjauh dariku. Tidak menebarkan kehangatan aroma tubuhnya pada diriku.

“Biarkan. Aku. Pergi.” Aku memohon kepadanya.

“Tidak sampai kau memberitahuku apa masalahmu,” jawab Jimin marah.

Aku menepis tangannya tapi Jimin tidak bergeming sedikitpun. Ini sangat tidak masuk akal. Jimin tidak ingin mendengar apa yang aku katakan. Kenyataan itu membuatku ingin mengatakannya. Sesuatu yang akan ku katakan mungkin akan membuatnya terganggu. Merusak semua rencananya untuk menjadi sahabat yang baik.

“Aku tidak suka kau menyentuh wanita lain. Dan saat pria lain meraba-raba pantatku, aku sangat membencinya. Aku ingin kau yang melakukannya. Sangat ingin kau menyentuhku disana. Tapi kau tidak menginginkanku dan aku sudah mengerti untuk hal itu. Sekarang, tolong biarkan aku pergi!”

Aku mencoba untuk melepaskan diriku dan menuju ke Range Rover-nya. Aku tidak bisa menahannya sampai nanti Jimin mengajak ku untuk pulang kerumah.

Air mata terus mengalir dan aku berlari lebih kencang. Saat aku sampai di Range Rover-nya aku menuju ke samping dan bersandar di sana, menutup mataku. Aku baru saja bilang pada Jimin untuk meraba pantatku?

Betapa bodohnya aku.

Jimin bahkan memberikanku pinjaman kamar. Membiarkanku tinggal disana hingga ayahku pulang jadi aku bisa menyimpan uangku dan sekarang aku malah memberikannya alasan untuk bisa mengusirku dari rumahnya.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang