73

171 25 11
                                    

Jimin.

Ayah berjalan ke sofa dan tenggelam di atasnya sebelum menarik keluar sebungkus rokok. Sialan. Aku tidak ingin berurusan dengannya sekarang.

"Tidak boleh merokok di sini atau di sekitar Yeorin. Itu buruk bagi bayinya."

Ayah memiringkan salah satu alisnya. "Sialan boy, aku sangat yakin ibumu merokok ketika dia hamil dirimu."

Aku tidak ragu bahwa dia melakukan itu dan banyak hal lainnya lagi. Tidak mungkin aku mengekspos anakku untuk hal itu.

"Tidak berarti itu sehat. Yeorin tidak seperti Ibu."

Saat menyebut namanya, Yeorin berjalan ke ruang tamu membawa dua gelas bir. Aku tidak memintanya untuk itu. Aku tidak suka melihat dia melayani siapa pun. Tapi dia tetap melakukannya. Aku mendekatinya dan menghentikan dia ditengah jalan.

"Kau tidak harus melakukan ini," kataku, mengambil bir darinya sebelum aku menempatkan ciuman di pelipisnya.

"Aku tahu. Tapi kita memiliki tamu. Aku ingin dia merasa diterima."

Senyum manis di bibirnya membuatku sulit untuk berkonsentrasi pada ayahku. Aku ingin membawanya ke kamar tidur.

"Ambilkan aku bir, boy, dan berhenti menjadi begitu sialan sombong. Kau akan menghalangi gadis itu. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya telah merasukimu."

Sebuah tawa kecil berasal dari bibir Yeorin dan aku memutuskan sejak dia membuatnya tertawa, aku mengabaikan kata-katanya.

"Ini," kataku, mendorong bir padanya. "Sekarang, kenapa Ayah di sini?"

"Mwo? Tidak bisakah seorang ayah datang melihat anaknya ketika dia ingin?"

"Ini Busan. Ayah tidak pernah datang ke sini."

Ayah mengangkat bahu dan meneguk bir, lalu meletakkan lengan ke atas sandaran sofa dan menyandarkan kedua kakinya di atas meja kopi.

"Adikmu adalah jalang gila. Dia benar-benar gila. Kami butuh bantuan."

Ini tentang Hyun Ji. Aku pikir begitu. Aku duduk di kursi, di depannya dan mengulurkan tanganku untuk menarik Yeorin mendekat. Aku tidak ingin dia berdiri dan aku ingin dia merasa diterima dalam percakapan kami. Dia berjalan ke arahku dan aku menariknya untuk duduk di pangkuanku.

"Apa yang telah dilakukan Hyun Ji?" Aku bertanya, hampir takut untuk mendengar jawabannya.

Ayah meneguk lagi birnya. Kemudian mengusap rambut shaggy panjangnya.

"Pertanyaannya adalah, apa yang tidak dia lakukan. Gadis sialan pembuat masalah. Kami tidak bisa beristirahat. Kami selesai tur dua minggu yang lalu dan kembali ke Seoul untuk menikmati beberapa waktu istirahat. Dia muncul dan terjadi kepanikan. Tidak ada yang mendapatkan waktu istirahat. Ayahnya tidak tahu apa yang harus dilakukan dengannya. Kami butuh bantuan."

Aku tahu Hyun Ji telah tenang tapi aku tidak menyangka dia akan pergi ke Seoul dan mencari Ayahnya. Dia tahu ayahku dan ayahnya berbagi mansion di Hamnan Hills. Mereka sudah tinggal di sana ketika mereka tidak tur sepanjang hidupku. Ayahnya telah menikah beberapa kali dan dia pindah selama pernikahan itu, tetapi setelah setiap perceraian dia kembali. Itu dikenal sebagai dorm SN Blue. Tidak ada yang pernah benar-benar yakin anggota band berada di kediaman pada waktu tertentu.

"Apakah dia tinggal di rumah itu?" Aku bertanya.

Ayah mengangkat alisnya. "Apakah aku terlihat seperti idiot untukmu? Persetan, tidak, dia tidak tinggal di sana. Dia hanya muncul sepanjang waktu sialan. Dia membuat tuntutan dan sebuah omong kosong. Ayahnya telah mencoba untuk meluruskan hal itu dan membentuk semacam hubungan dengan dia, tapi dia tidak akan membiarkannya. Dia tidak mau mendengarkan dan dia mengetahui ayahnya memiliki anak lagi. Tidak menjadi lebih baik."

Rupanya dia belum tahu tentang anak Yong Hwa Ahjussi tapi memang Jung Shin tidak pernah datang.

"Dia pasti sangat marah," kata Yeorin dengan keprihatinan yang sebenarnya dalam suaranya. Bagaimana Yeorin bisa merasakan simpati untuk Hyun Ji, Aku tidak tahu. "Kau harus pergi menemuinya. Membantunya menangani hal ini, dan lihat, siapa tahu kau bisa menahan Hyun Ji dan ayahnya untuk membentuk semacam hubungan."

Aku ingin mulai membantah tapi ayah memotong.

"Aku menyukainya. Itulah yang harus kau lakukan, Jim. Kamarmu kosong dan kau tahu itu nyaman. Bawa Yeorin bersamamu, itu akan memberikan aku kesempatan untuk mengenalnya dan menghabiskan waktu denganmu juga. Jika tidak, Yong Hwa hyung mungkin akan berakhir membunuh Hyun Ji."

Yeorin meremas bahuku. "Aku pikir kita harus pergi. Hyun Ji membutuhkanmu."

Aku memiringkan kepalaku kembali dan menatapnya.

"Kenapa kau peduli apa yang dibutuhkan Hyun Ji?" Tanyaku kagum.

"Karena kau menyayanginya," jawabnya sederhana.

"Sekarang, cukup tentang Hyun Ji. Aku ingin tahu kapan bayi ini lahir dan kapan pernikahannya," kata ayah dengan nada ceria. Jauh berbeda dari yang dia gunakan saat berbicara tentang Hyun Ji.

Yeorin memandang ayahku dan tersenyum.

"Aku hamil dua puluh minggu. Bayi ini tidak akan lahir sampai pertengahan April. Mengenai pernikahan, kami akan menikah dalam dua minggu, tapi aku tidak ingin ini menjadi membebani Jimin. Aku lebih suka menunda pernikahannya dan membiarkan dia menangani masalah keluarga terlebih dulu. Kami belum mengirimkan undangan atau apa pun. Jadi mengubah tanggal pernikahan tidak masalah."

"Tidak. Aku tidak akan menunggu lebih lama lagi untuk mengubah nama belakangmu," Aku berpendapat tapi Yeorin meletakkan jarinya di bibirku.

"Shhhtt. Aku tidak ingin berdebat tentang hal ini. Aku tidak bisa menikmati pernikahan kita, mengetahui kau memiliki masalah keluarga untuk ditangani. Mari kita nikmati Thanksgiving dengan teman-teman seperti yang telah kita rencanakan dan kemudian pergi ke Seoul dan berurusan dengan Hyun Ji. Setelah kau menangani semuanya maka kita bisa fokus pada pernikahan kita."

Aku tidak mau menunggu. Aku benci ide dia masih Kim Yeorin sementara bayi kami tumbuh dalam dirinya. Aku ingin dia memiliki namaku agar dunia tahu aku menginginkannya dan bayiku. Tapi kilau tekad di matanya mengatakan padaku bahwa aku tidak akan memenangkan argumen ini.

"Aku hanya ingin kau bahagia," Aku akhirnya menjawab.

Yeorin mencium ujung hidungku. "Aku tahu. Itu salah satu alasan aku mencintaimu."

"Jika kau menunggu sampai setelah Thanksgiving untuk kembali ke Seoul dan berurusan dengan adikmu maka demikian juga aku. Selain itu, sudah bertahun-tahun sejak aku menghabiskan Thanksgiving denganmu," ayahku mengumumkan.

Aku tidak yakin bagaimana perasaanku tentang hal itu.

"Kami akan senang Anda ada di sini, Tuan Park," Yeorin memberitahukan, tersenyum cerah seperti dia bersungguh-sungguh. Brengsek. Aku harus membiarkan ini terjadi.

"Panggil saja aku ayah, Sayang. Kita sudah menjadi keluarga."

Tampilan kebahagiaan di matanya membuatku tersenyum. Mungkin memiliki ayahku di sini untuk Thanksgiving tidak akan begitu buruk setelah semuanya. Jika dia bisa membuat Yeorin tersenyum maka aku setuju dengannya.

.
.
.
To be continued..

Cie.. Yeorin pedekate sama calon ayah mertua.

Yang lain pada heboh liat Taehyung di red carpet, aku masih belum mupon sama moon phase tatoo nya Jimin 😩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang lain pada heboh liat Taehyung di red carpet, aku masih belum mupon sama moon phase tatoo nya Jimin 😩

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang