-Yeorin-
Papan kayu retak di bawah kakiku kala aku melangkah kembali ke teras depan rumah Nenek Min. Aku membiarkan pintu kasa menutup dengan suara keras di belakangku sebelum teringat bahwa pintu itu sudah tua dan kelihatan sudah lama berkarat.
Aku menghabiskan banyak waktu masa kecilku di teras depan ini mengupas kacang polong dengan Jihoon dan Nenek Min. Aku tidak ingin dia marah padaku. Perutku bergejolak.
“Duduklah dan berhenti menatap seperti kau bersiap untuk menangis. Tuhan tahu aku mencintaimu layaknya kau cucuku sendiri. Kupikir kau akan menjadi salah satunya suatu hari nanti.”
Dia menggelengkan kepalanya.
“Bocah bodoh itu tidak bisa mengatasinya bersama-sama. Aku berharap dia akan menyadarinya sebelum semuanya terlambat. Tapi dia tidak, bukan? Kau telah pergi dan menemukan orang lain untukmu.”
Ini bukan sesuatu yang kuharapkan. Aku mengambil kursi di depannya dan mulai mengupas kacang polong jadi aku tidak perlu melihatnya.
“Jihoonie dan aku telah putus lebih dari empat tahun silam. Tidak ada yang terjadi sekarang karena hubungan itu. Dia adalah temanku, itu saja.”
Nenek Min berdeham dan bergeser di ayunan teras dimana duduk.
“Aku tidak mempercayainya. Kalian berdua tidak terpisahkan semenjak anak-anak. Bahkan ketika remaja dia tidak bisa berhenti menatapmu. Itu lucu melihat betapa dia memujamu dan bahkan tidak menyadarinya sendiri. Tapi masa remaja menghantam dan kehilangan pikirannya tentang mencintai. Aku benci dia begitu. Aku benci dia kehilangan dirimu. Karena tidak akan ada Yeorin lain untuk Jihoon. Kau untuknya.”
Dia tidak menyebutkan tes kehamilanku. Apakah dia tahu aku membelinya? Aku tidak ingin mengulang masa laluku dengan Jihoon.
Tentu kami punya kenangan tapi ada begitu banyak kesedihan dan penyesalan yang tidak ingin ku alami lagi. Aku sudah hidup dalam kebohongan yang dibangun oleh Ayahku. Hanya mengingatnya terasa menyakitkan.
“Apakah Jihoon datang ke sini hari ini?” tanyaku.
“Ya. Dia datang pagi ini mencarimu. Aku bilang padanya kau belum kembali dari kepergian awalmu. Dia tampak khawatir dan berbalik dan pergi tanpa mengatakan apa-apa. Dia juga menangis. Jangan dikira aku pernah melihatnya menangis sebelumnya. Paling tidak sejak dia masih kecil.”
Dia menangis?
Aku memejamkan mata dan menjatuhkan kacang polong ke dalam ember plastik besar yang digunakan Nenek Min. Jihoon seharusnya tidak marah. Dia tidak seharusnya menangis. Dia membiarkan aku pergi sejak lama. Mengapa ini begitu sulit baginya?
“Berapa lama itu?” tanyaku, berpikir tentang berapa jam yang telah dia lalui sejak aku memperlihatkan jiwaku padanya di tempat parkir apotek.
“Ah, sekitar sembilan jam yang lalu kurasa. Itu masih pagi. Dia terlihat kacau. Setidaknya pergilah mencarinya dan berbicara dengannya. Tidak peduli bagaimana perasaanmu padanya sekarang dia perlu mendengar sendiri darimu bahwa kau baik-baik saja.”
Aku mengangguk.
“Bisakah aku memakai teleponmu?” tanyaku, berdiri.
“Tentu saja bisa. Makanlah salah satu kue pie saat kau berada di sana. Aku membuat cukup untuk banyak orang setelah dia kabur pagi ini. Itu rasa favoritnya,” katanya.
“Cherry,” jawabku dan dia tersenyum padaku.
Aku bisa melihat begitu banyak hal dalam mata miliknya. Aku tahu Jihoon. Tidak ada yang mengejutkanku darinya. Aku memahami dia. Kami memiliki masa lalu. Aku mencintai keluarganya dan mereka jelas mencintaiku juga. Ini adalah rasa aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Too Far (PJM)
Romansa(completed) Yeorin baru saja berumur dua puluh tahun. Yeorin adalah putri ayah tiri Jimin yang baru. Yeorin masih naif dan polos karena menghabiskan tiga tahun terakhir merawat ibunya yang sakit. Tapi untuk Park Jimin yang berusia dua puluh tujuh...