Yeorin.
Jimin tidak berbohong saat mengatakan kalau dia ingin aku berpakaian lagi.
Jimin mengambil bra-ku lalu mengaitkannya kembali di punggungku, Jimin juga meninggalkan kecupan kecil di bahuku sebelum menyelipkan pakaianku melalui kepala.
"Aku lebih suka kau disini sementara aku pergi mencari Seonjoo. Saat ini kau menunjukkan ekspresi yang begitu puas di wajahmu dan itu benar-benar seksi. Aku tidak ingin mengakhirinya dengan pertengkaran."
Pujian lagi. Aku tidak yakin akan terbiasa dengan perlakuannya yang seperti ini padaku.
"Aku datang kesini bersama Seonjoo karena aku ingin mencoba untuk menasihatinya agar tidak tidur bersama dengan pria yang hanya menganggap dia sebagai pasangan untuk bersenang-senang saja. Lalu kau ikut dengan kami, dan sekarang aku disini, duduk di jok belakang mobilmu. Aku rasa, aku harus menjelaskannya pada Seonjoo."
Jimin tidak menjawab. Jimin terlihat memperhatikanku sejenak tapi aku tidak bisa membaca ekspresi wajahnya di dalam gelap.
"Aku mencoba untuk mengerti jika kau ingin menasihatinya untuk tidak melakukan hal itu." Jimin menggerakkan tubuhnya kembali kearahku dan menyelipkan tangannya pada rambutku. "Karena aku merasakannya dan aku tidak ingin berbagi. Ini bukanlah untuk bersenang-senang. Aku mungkin sedikit ketagihan."
Jantungku berdetak kencang pada tulang rusukku dan aku menarik nafas dalam-dalam.
Wow.
Oke.
Astaga.
Aku mencoba untuk mengangguk dan Jimin merendahkan kepalanya lalu menekankan kecupan kecil dibibirku sebelum memainkan ujung lidahnya di bibir bawahku.
"Mmmmm, Kau tetap disini. Aku akan mencari Seonjoo, membawanya kesini dan berbicara padamu."
Lagi, yang bisa kulakukan hanyalah mengangguk.
Jimin menjauh dariku dan keluar dari pintu dan masuk kembali ke dalam club. Sebelum aku bisa menarik nafas. Jimin mungkin berpikir kalau dia juga ketagihan tapi dia sama sekali tidak tahu apa yang telah di lakukan padaku. Setidaknya Jimin dapat berjalan. Aku tidak akan pernah bisa berjalan dengan kedua kakiku sesudahnya.
Meluruskan posisi dudukku, aku menarik celanaku kembali dan menutup pintu dengan cepat. Aku harus bangun dan secepat mungkin pindah ke jok depan tapi aku masih tidak yakin dengan kakiku.
Apakah ini normal?
Haruskah seorang pria membuat wanita merasakan hal yang seperti ini?
Atau mungkin ada yang salah denganku. Tidak seharusnya aku bereaksi seperti ini terhadap Jimin?
Ini adalah salah satu saat dimana aku membutuhkan seorang teman wanita untuk berbagi. Satu-satunya yang aku miliki adalah Seonjoo dan aku tidak benar-benar yakin kalau dia bisa memberikanku saran yang baik kalau menyangkut tentang pria.
Aku butuh ibuku.
Rasa sakit muncul saat aku mengingat ibuku pergi dan yang aku bisa lakukan setelahnya adalah menutup mataku untuk melawan semua bayangannya. Aku tidak bisa membiarkan kesedihanku berlanjut disaat seperti ini.
Pintu terbuka, dan Seonjoo berdiri disana tersenyum kearahku.
"Baiklah, lihat dirimu. Melakukan hal dengan sesuatu yang panas di Busan, di jok belakang Range Rovernya. Aku pikir kau menginginkan pria dengan kerah biru itu." Kata Seonjoo sedikit menghina
"Naiklah Joo, sebelum kau terjatuh diatas pantatmu disini." Ucap Jimin di belakangnya.
Aku melihatnya dari balik bahu Seonjoo. Jimin terlihat terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Too Far (PJM)
Romance(completed) Yeorin baru saja berumur dua puluh tahun. Yeorin adalah putri ayah tiri Jimin yang baru. Yeorin masih naif dan polos karena menghabiskan tiga tahun terakhir merawat ibunya yang sakit. Tapi untuk Park Jimin yang berusia dua puluh tujuh...