16

290 31 28
                                    

Yeorin.

Jimin membuka pintu dan mundur sedikit sehingga aku bisa masuk. Aku berjalan masuk ke dalam dan langsung menuju ke dapur.

“Sekarang kamarmu ada di atas.” Jimin mengatakan itu, memecahkan keheningan yang ada.

Aku tahu itu. Pikiranku sekarang sedang berada di tempat lain. Aku berbalik dan berjalan menuju ke arah tangga. Jimin tidak mengikutiku. Aku ingin melihat ke belakang dan memastikan apa yang sedang Jimin lakukan tapi aku tidak berani melakukannya.

“Aku berusaha untuk tetap berada jauh darimu.” Kata-katanya terdengar sedih.

Aku berhenti dan menoleh untuk melihatnya. Jimin sedang bediri di anak tangga paling bawah dan memandang padaku. Ekspresi rasa sakit di wajahnya membuat hatiku juga ikut sakit.

“Malam pertama dimana aku mencoba menyingkirkanmu. Itu bukan karena aku tidak menyukaimu.” Jimin tertawa pahit. “Tapi karena aku tahu. Aku tahu kau akan berada di bawah kulitku. Aku tahu aku tidak akan bisa berada jauh darimu. Mungkin aku sedikit membencimu karena kau telah menemukan kelemahan yang ada di dalam diriku.”

“Apa yang salah kalau kau tertarik padaku?” Aku bertanya, paling tidak aku perlu Jimin menjawab pertanyaan itu.

“Karena kau tidak tahu semuanya dan aku tidak bisa mengatakannya padamu. Aku tidak bisa memberitahukan rahasia Hyunji. Itu semua miliknya. Aku mencintainya, Rin. Aku mencintai Hyunji dan sudah melindunginya seumur hidupku. Hyunji adalah adikku. Itulah yang aku lakukan. Bahkan, meski aku menginginkanmu sampai tidak menginginkan hal yang lain di dunia ini, aku tetap tidak bisa memberitahukan rahasia Hyunji.”

Semua kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar seperti dipaksakan keluar. Hyunji memang adiknya dan aku mengerti loyalitas dan cinta semacam itu.

Aku juga akan mati untuk Yeonji jika bisa melakukannya. Usianya hanya lima belas menit lebih muda dariku tapi akan kulakukan apapun yang dia pinta. Tidak ada pria atau perasaan lainnya yang mampu membuatku mengkhianati adikku.

“Aku bisa mengerti hal itu. Tak apa. Aku seharusnya tidak bertanya. Maafkan aku.” Aku menyesal.

Aku sudah memaksa masuk ke dalam kehidupan dia dan adiknya. Tentu saja apapun yang Seonjoo tahu seharusnya dia tidak perlu mengetahuinya. Kalau Seonjoo berpikir perlindungan Jimin terhadap adiknya akan menjadi masalah bagi hubungan kami, Seonjoo salah.

Jimin menutup matanya dan menggumamkan sesuatu. Jimin sedang berhadapan dengan sesuatu. Mungkin ini akan membawa memori yang buruk. Meskipun besar keinginanku untuk turun kebawah dan memeluknya, aku tahu aku tidak akan diterima sekarang ini. Aku akan mengacaukannya.

“Selamat malam, Jim.” Aku mengatakan itu dan melanjutkan naik ke atas.

Aku tidak menoleh lagi ke belakang kali ini. Aku langsung menuju ke kamarku.

.
.
.

Tidak ada yang tidak menyadari pagi yang terlihat di jendela ini. Jam alarm sudah tidak diperlukan lagi. Matahari membangunkan aku satu jam sebelum jam alarmku mulai berbunyi.

Aku mandi dan mengenakan pakaian dengan santai karena aku memiliki kamar mandi di sini dan lebih banyak ruang untuk bisa bergerak bebas.

Aku sedang tidak berada dalam mood untuk makan makanan Jimin pagi ini. Aku benar-benar dalam mood yang tidak ingin makan tapi aku harus bekerja dua shift hari ini jadi aku memerlukan makanan.

Aku akan berhenti di toko kopi untuk membeli sedikit kafein dan sebuah muffin.

Rok linen hitam yang pendek dan atasan hem berkancing dengan warna putih yang harus kami kenakan sebagai seragam saat kami menyajikan makanan di ruang makan di klub adalah merupakan tanggung jawab kami untuk tetap bersih dan rapi.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang